Friday 26 July 2013

BUKAN CINTA BIASA



oleh: KH.Bachtiar Ahmad.
=====================
Al-Hafizh Ibnu Hajar rhml menceritakan dalam Al-Ishabah fi Tamyizish Shahabah:

“Bahwa ketika perang Uhud meletus, Hanzhalah baru saja menikah dan menikmati malam pertamanya. Dan pagi harinya ketika ia mendengar seruan untuk berangkat ke medan perang, ia segera menyambutnya dan serta merta bergabung dengan pasukan yang sedang berjalan ke Uhud. Padahal ia belum sempat mandi junub. Hal ini terjadi lantaran cinta Hanzhalah kepada Allah dan Rasulullah SAW, sehingga dirinya sedikitpun tak ingin kehilangan kesempatan  untuk tetap bersama-sama dengan Rasulullah SAW  dan para sahabat yang lain untuk membela agama Allah.

Selanjutnya atas kehendak Allah, Hanzalah gugur sebagai syuhada Uhud, dan tentu saja apa yang dialaminya menjadi bahan perbincangan. Lalu keadaan ini disampaikan kepada Rasulullah SAW, bahwa Hanzhalah gugur dalam keadaan junub. Rasulullah SAW kemudian bersabda: “Sesungguhnya sahabat kalian (Hanzhalah) dimandikan oleh para malaikat……”.

Dari riwayat yang lain Syaikhul Islam Muhammad ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahumullah menukilkan pula kisah Abu Khaitsamah r.a dalam Zadul Ma’ad  sebagai berikut:

“Suatu ketika di sa’at cuaca sedang terik-teriknya Abu Khaitsamah duduk berasyik-asyikan dengan istri-istrinya (Abu Khaitsamah memiliki 2 orang isteri). Dan lantaran pengaruh nafsu yang memang lebih cenderung kepada kesenangan duniawi, Abu Khaitsamah terlalai; sehingga ketinggalan dari rombongan pasukan Rasulullah SAW yang sedang bergerak menuju medan perang Tabuk. Akan tetapi beberapa saat kemudian ketika Abu Khaitsamah  melihat  air dan makanan yang terhidang di hadapannya; ia pun tersentak dan  serta merta kepada istri-istrinya:

“Wahai istriku sayang, haruskah aku begini, bergelimang kenikmatan dan kemewahan, sementara Rasulullah SAW dan para sahabat berada di bawah sengatan teriknya matahari dan tiupan angin padang pasir?. Demi Allah, tidak demikian. Aku tidak akan mendekati kalian barang seorangpun walau hanya sesaat,  dan tak akan kunikmati air dan makanan yang kalian hidangkan, sampai aku bisa menyusul dan bersama-sama dengan Rasulullah.”

Usai menyatakan hal itu Abu Khaitsamah lalu bangkit, mengambil kuda dan peralatan perangnya dan  segera menyusul Rasulullah SAW dan para sahabat yang sedang menuju medan perang Tabuk.

Sa’at Abu Khaitsamah memacu kudanya dengan kencang, Rasulullah SAW melihat debu mengepul ke udara dan beliaupun segera tahu bahwa yang sedang berpacu ke arah beliau adalah Abu Khaitsamah, seorang sahabat dan mukmin sejati yang tak mungkin meninggalkan jihadnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Melihat itu Rasulullah SAW pun bersabda kepada para sahabat: “Jadilah kalian dan berjihadlah seperti Abu Khaitsamah.”

Dua nukilan riwayat di atas adalah gambaran “cinta yang sangat luar biasa”  yang ditunjukkan oleh hamba-hamba terpilih dalam rangka mencintai dan menta’ati Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang diperintahkan Al-Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, dan kamu dengarkanlah (perintah-perintah-Nya).” (Q.S. Al-Anfal: 20)

Cinta mereka “bukan cinta biasa” sebagaimana yang kita rasakan antara sesama. Dan itulah hakikat cinta yang sesungguhnya bagi orang-orang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Pertanyaannya adalah; Apakah cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-NYA bisa menyamai cinta yang dimiliki oleh Hanzalah dan Abu Khaitsamah r.a ? Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 17 Ramadhan 1434 H / 26 Juli 2013
KH.Bachtiar Ahmad.

Friday 19 July 2013

PESAN UNTUK FATIMAH r.a



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
“Inilah salah satu pesan dari Nabi  SAW untuk anak perempuan terkasihnya: Fatimah Az-Zahra yang kami edit dari sebuah hadis yang sangat panjang. Dan teruskanlah pesan ini untuk Fatimah-Fatimah yang anda sayangi.” (KH.Bachtiar Ahmad)
…………………………
Abu Hurairah r.a meriwayatkan dan dia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah SAW datang kepada puterinya, Fathimah Az-Zahra dan beliau dapati Fathimah sedang menumbuk gandum di atas lumpang (batu/kayu penggiling), sambil menangis. Kemudian Rasulullah berkata kepadanya: "Apakah yang membuatmu menangis wahai Fathimah? Sesungguhnya Allah tidak membuat matamu untuk menangis”

Fathimah kemudian menjawab: "Wahai ayahanda, aku menangis karena batu penggilingan ini dan kesibukanku dalam rumah."

Kemudian Rasulullah SAW duduk di sampingnya. Dan Fathimah berkata lagi: "Wahai ayahanda, atas keutamaan engkau mintalah kepada Ali agar dia memberikan aku seorang pembantu untukku, agar ada yang dapat membantuku menumbuk gandum dan menyelesaikan urusan rumah."

Demi mendengar perkataan putrinya itu Rasulullah SAW lalu bangkit dan menghampiri batu penggiling tersebut, kemudian beliau mengambil sejumput dengan tangan beliau yang mulia dan meletakkannya ke dalam batu penggiling tersebut seraya mengucapkan “Bismillahir-rohmanir-rohim”, dan dengan seketika  atas izin Allah, batu penggiling itu berputar dengan sendirinya. Kemudian beliau masukkan semua gandum yang ada serta mengeluarkan gandum yang telah tergiling dengan tangan beliau sendiri. Dan begitulah keadaannya, dimana pada saat berputar batu penggiling itu terdengar membaca tasbih dengan bahasa yang berbeda-beda sehingga selesai gandum tertumbuk semuanya. Dan Rasulullah SAW berkata kepada penggilingan tersebut: "Berhentilah engkau dengan izin Allah", dan lumpang itupun berhenti.

Selanjutnya dengan izin Allah penggilingan itu berkata kepada Rasulullah: "Ya Rasulullah, demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai nabi dan rasul, kalau saja engkau perintahkan aku untuk menggiling gandum dari  jagat Timur dan Barat, tentu aku akan menggilingnya. Dan sesungguhnya aku telah  mendengar firman dalam kitab-Nya: "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api  neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu-batu, sedang penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang  keras, yang tidak  mendurhakai Allah terhadap  apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. At Tahrim : 6 ), maka aku khawatir wahai Rasulullah, kalau-kalau aku menjadi batu yang dimasukkan kedalam neraka."

Mendengar itu Rasulullah SAW  berkata kepada batu penggilingan itu :  "Bergembiralah engkau. Sesungguhnya engkau tidak akan masuk neraka tapi menjadi bagian dari  batu gedung Fathimah di surga." Dan tentu saja mendengar itu batu penggilingan tersebut menjadi lega dan sangat gembira.

Setelah itu Rasulullah SAW  berkata kepada  Fathimah: "Wahai Fatimah, kalau Allah menghendaki tentulah penggilingan  itu akan menggilingkan gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu, dan menghapuskan keburukan-keburukan  serta hendak mengangkat derajatmu.”

“Wahai Fathimah, barangsiapa orang perempuan yang menumbukkan gandum untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.”

“Wahai Fathimah, barang siapa orang perempuan berkeringat manakala menumbuk gandum (memasak) untuk suami dan keluarganya, maka Allah akan menjadikan jarak  antara dia dan neraka sejauh  tujuh khonadiq  (lubang yang sangat  panjang).”

“Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir  anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya bagaikan ia   memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.”

“Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan tidak mau membantu hajat tetangganya, maka Allah SWT akan menghalanginya minum dari telaga "Kautsar"  di hari  Kiamat kelak.”

“Wahai Fathimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau saja suamimu tidak rela terhadap engkau, maka aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai Fathimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah perlambang kerelaan Allah sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.”

“Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya, maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan ampun untuknya, dan Allah menuliskan  untuknya setiap hari seribu kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan. Dan manakala dia menyambut kehamilannya dengan senyum, maka Allah akan menuliskan untuknya pahala  para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya, maka berarti dia ke luar dari dosanya bagaikan di hari dia lahir dari perut ibunya.”

“Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang  tulus murni, maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia dapati kuburnya sebagai taman diantara taman-taman surga. Bahkan dia  diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah. Disamping itu  seribu malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu  kebaikan, dan Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan umrah.”

“Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan bermuka manis di depan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan’rahmat.”

“Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega,  maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya "Mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang  belum lewat."

“Wahai Fathimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya,  mencukur kumis dan memotongi kukunya, maka Allah akan meminuminya dari sumur “rahiqil  makhtum” dan sungai surga, dan akan memudahkannya ketika mengalami sakaratul maut, dan akan  mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka serta lulus melewati shirat.”
…………………………
Mudah-mudahan petikan “pesan Rasulullah SAW” ini bermanfa’at untuk setiap “Fatimah” yang ada di kalangan kaum muslimin; siapa dan di mana pun “dia” berada. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 10 Ramadhan 1434 H / 19 Juli 2013
KH. Bachtiar Ahmad.

Friday 12 July 2013

KELUARGA DUNIA AKHIRAT



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Rasanya tak ada seorangpun yang ingin berpisah dengan ahli keluarganya, apalagi dengan isteri tercinta sebagaimana yang pernah kita ikrarkan waktu asyik-asyiknya pacaran di masa muda dulu, bahwa kita ingin selalu: sehidup semati  berdua”. Tak akan berpisah di dunia dan di akhirat kelak.
Bagi orang-orang yang beriman keinginan tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil. Sebab walaupun maut telah memisahkan mereka di dunia ini, maka di akhirat kelak mereka insya Allah akan dapat berkumpul dan bersatu lagi sebagaimana yang mereka dambakan. Karena hal ini secara tersirat dan tersurat telah Allah jelaskan dengan firman-Nya:       “Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu akan digembirakan.”  (Q.S. Az-Zukhruf: 70)

Bahkan bukan hanya sebatas itu saja, sebab apa yang dijanjikan Allah tidaklah hanya bagi suami isteri dan sebaliknya. Akan tetapi meliputi seluruh keluarga; Entah itu anak; cucu; ayah; ibu dan yang lainnya, yang secara umum diterangkan Allah SWT dengan firman-NYA: “Malaikat-malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat-malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya (Allah SWT); dan mereka beriman kepada-Nya, dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman dengan mengucapkan do’a: “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada  orang-orang yang bertaubat dan mengikuti Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala.// ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang saleh di antara bapak-bapak mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. // dan peliharalah mereka dari balasan kejahatan; dan orang-orang yang Engkau pelihara dari pembalasan kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya Engkau telah anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemena-ngan yang besar.”  (Q.S.Al-Mukmin: 7–9) 

Berkaitan dengan masalah terebut Syaikh Abdullah Al-Ghazali menyatakan, bahwa syarat utama untuk dapat hidup bersama keluarga yang kita cintai di akhirat kelak sebagaimana yang kita rasakan di dunia ini adalah melaksanakan sepenuhnya perintah Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; (sedangkan) penjaganya adalah malaikat-malaikat  yang kasar; yang keras; yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”    (Q.S. At-Tahrim: 8)

Artinya adalah, bahwa semua unsur yang ada di dalam sebuah keluarga; mulai dari yang tua sampai kepada yang muda berkewajiban untuk saling ingat mengingatkan; nasihat menasihati ahli keluarganya untuk “bertakwa” kepada Allah SWT, dengan memperhatikan adab dan  kedudukan mereka masing-masing di dalam keluarga tersebut. Dan hal ini juga merupakan salah satu penjabaran dari perintah Allah SWT sebagaimana yang difirmankan-NYA:  “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran; dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”  (Q.S. Al-Maa-idah: 2)

Syaikh Abdullah Al-Ghazali juga menjelaskan, bahwa melaksanakan amar ma’ruf dalam kehidupan keluarga (sendiri) memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan firman-NYA: “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka (baik ketika hidup maupun sesudah matinya), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka; tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Q.S. At-Thuur: 21)

Menurut “Al-Ghazali” di antara keutamaan yang diberikan Allah SWT bagi orang-orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dalam keluarganya sendiri diterangkan dalam sebuah hadis; Bahwa  Rasulullah SAW telah bersabda: “Pada hari kiamat nanti, ketika seseo-rang masuk surga, ia lalu menanyakan orang tua, isteri dan anak-anaknya. Lalu dikatakan kepadanya, bahwa mereka-mereka itu tidak-lah mencapai derajat amal yang sama dengannya; Maka setelah itu iapun lalu berdo’a kepada Allah: “Ya Rabbi, sesungguh-nya aku beramal tidaklah hanya bagiku, tapi juga untuk mereka.” Kemudian datanglah perintah Allah untuk menyusulkan ahli keluarganya ke dalam surga tersebut.”    (HR. At-Thabrani dan Ibnu Mardawaih r.a)

Mudah-mudahan kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang beriman yang tetap disatukan dalam kehidupan satu keluarga dunia dan akhirat. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 3 Ramadhan 1434 H / 12 Juli 2013
KH.Bachtiar Ahmad.

Tuesday 9 July 2013

AGAR KAMU BERTAKWA



oleh: KH. Bachtiar Ahmad
======================
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa (di bulan Ramadhan), sebagaimana yang telah diwajibkan (Allah) atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”(Q.S.Al-Baqarah: 183)
***
Setiap kali datang Ramadhan dan membaca apa yang difirmankan Allah pada ayat 183 surah Al-Baqarah di atas, khususnya pada akhir ayat (yang maknanya secara umum diartikan) “agar kamu bertakwa” atau dengan kalimat lain “mudah-mudahan kalian jadi bertakwa”; maka dalam hati saya terbersit pikiran; Boleh jadi sebelum datangnya Ramadhan, saya dan atau anda, dalam penglihatan dan penilaian Allah, belum menjadi hamba yang bertakwa. Atau boleh jadi ketakwaan yang telah kita peroleh pada Ramadhan tahun lalu menjadi luntur, telah tergerus atau terkontaminasi oleh sesuatu yang membuat nilainya tidak lagi sempurna. Atau bisa jadi nilai-nilai “ketakwaan” itu  telah hilang dari dalam diri kita.

Oleh sebab itu, karena Ramadhan tahun ini boleh jadi adalah Ramadhan yang terakhir, yang diberikan Allah kepada kita untuk menikmati jamuan rahmat; barokah dan anugerah-Nya yang tak terhingga; Maka sudah selayaknyalah kita benar-benar mempersiapkan diri; kemudian memanfaatkan momentum Ramadhan tersebut untuk meningkatkan setiap usaha; daya dan upaya; agar kita benar-benar menjadi “hamba yang takwa” dalam pandangan Allah SWT.

Ingatlah sejenak, bahwa dalam kenyataannya sudah banyak anggota keluarga; saudara; teman; kerabat dan handai taulan kita, yang pada Ramadhan tahun lalu masih berkumpul dengan  kita, tapi dalam Ramadhan tahun ini sudah kembali pulang kepada Allah SWT. Bahkan ada yang baru beberapa hari lalu kita antarkan ke pemakamannya.

Selamat menunaikan ibadah Ramadhan; MOHON MA’AF LAHIR BATHIN; Mudah-mudahan Allah Azza Wa Jalla masih memberikan kesempatan bagi kita; memudahkan kita dengan hidayah serta inayah-NYA  untuk meraih rahmat; nikmat dan barokah Ramadhan yang disediakan-NYA bagi orang-orang yang beriman. Sehingga pada akhirnya kita benar-benar “bertakwa” sebagaimana yang dikehendaki-NYA. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 30 Sya’ban 1434 H / 09 Juli 2013
KH. BACHTIAR AHMAD

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.