oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Anakku, sekalipun sudah ada petunjuk Allah dan Rasulullah
Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam melalui Kitabullah (Al-Qur’an) dan
Sunnatur-rasulullah (Al-Hadits) yang wajib kita jadikan sebagai acuan pokok
agar kita selamat dalam menjalankan kehidupan; Baik di dunia dan di akhirat
kelak, akan tetapi kita tetap berkewajiban memohon kepada Allah Ta’ala akan
“hidayah dan inayah-Nya” untuk dapat memahami dan sekaligus melaksanakan
apa-apa yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya tersebut. Dan inilah salah
satu hakikat dan tujuan dari permohonan kita melalui Firman Allah yang
sekurang-kurangnya 17(tujuh belas) kali kita lafazkan dalam sehari semalam:
“Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam; Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; Yang menguasai hari pembalasan; Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan; Tunjukilah kami jalan yang lurus; (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.” (Q.S. Al-Fatihah: 1-7)
Anakku, tidaklah ada seorangpun yang akan mampu memahami, apalagi
melaksanakan apa-apa yang telah digariskan Allah di dalam Kitab-Nya (juga
Sunnah Rasul-Nya), jika dirinya tidak mendapatkan pertolongan dan petunjuk Allah. Karena Allah Ta’ala jualah
yang berkuasa untuk memberikan petunjuk atau menyesatkan orang-orang yang
dikehendaki-Nya sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
“Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia
memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Baqarah: 142)
“Dan kalau Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu
akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. An-Nahl:
93)
Anakku. Oleh yang demikian itulah Rasulullah Shallallaahu
‘Alaihi Wasalam mengajarkan kepada kita untuk selalu memohon kepada Allah
Ta’ala sebagaimana do’a yang beliau lafazkan:
Dari Ibnu Mas'ud
r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. berdo’a: (yang artinya): “Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan kepada-Mu akan petunjuk,
ketaqwaan, dapat menahan diri dari melakukan kemaksiatan serta kekayaan, yakni
rasa cukup dari kekurangan sehingga tidak meminta kepada orang lain.” (H.R.
Muslim)
Dan dalam sebuah riwayat
juga diterangkan: Bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ali r.a yang berkata: “Ucapkanlah:
“Allahummahdini wa saddidniy” (Ya Allah,
berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskanlah perjalananku). Dalam riwayat
lain disebutkan: “Allahumma inni
as-alukal huda wassadad” (Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepada-Mu akan
petunjuk dan kelempangan perjalanan) (H.R.Muslim dari Ali r.a)
Anakku, disamping
itu jangan pula engkau selalu berdo’a meminta pertolongan Allah Ta’ala, agar
hidayah yang telah dikaruniakannya
kepadamu senantiasa tetap terpelihara. Memohonlah dengan do’a yang telah
dinukilkan Allah Ta’ala di dalam Kitab-Nya:
“Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Q.S. Ali
‘Imran: 8)
Anakku, dengan segala upaya yang kita lakukan; mudah-mudahan
kita selalu berada dalam pemeliharaan Allah Ta’ala. Wallahua’lam
Jakarta, 20 Jumadil Akhir
1436 H / 10 April 2015.
KH.Bachtiar Ahmad