Friday 10 April 2015

NASIHAT GURUKU (39): Hidayah dan Inayah Allah.



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Anakku, sekalipun sudah ada petunjuk Allah dan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam melalui Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnatur-rasulullah (Al-Hadits) yang wajib kita jadikan sebagai acuan pokok agar kita selamat dalam menjalankan kehidupan; Baik di dunia dan di akhirat kelak, akan tetapi kita tetap berkewajiban memohon kepada Allah Ta’ala akan “hidayah dan inayah-Nya” untuk dapat memahami dan sekaligus melaksanakan apa-apa yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya tersebut. Dan inilah salah satu hakikat dan tujuan dari permohonan kita melalui Firman Allah yang sekurang-kurangnya 17(tujuh belas) kali kita lafazkan dalam sehari semalam:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; Yang menguasai hari pembalasan; Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan; Tunjukilah kami jalan yang lurus;  (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Q.S. Al-Fatihah: 1-7)

Anakku, tidaklah ada seorangpun yang akan mampu memahami, apalagi melaksanakan apa-apa yang telah digariskan Allah di dalam Kitab-Nya (juga Sunnah Rasul-Nya), jika dirinya tidak mendapatkan pertolongan dan  petunjuk Allah. Karena Allah Ta’ala jualah yang berkuasa untuk memberikan petunjuk atau menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

“Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Baqarah: 142)

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. An-Nahl: 93)

Anakku. Oleh yang demikian itulah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasalam mengajarkan kepada kita untuk selalu memohon kepada Allah Ta’ala sebagaimana do’a yang beliau lafazkan:

Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. berdo’a: (yang artinya): “Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan kepada-Mu akan petunjuk, ketaqwaan, dapat menahan diri dari melakukan kemaksiatan serta kekayaan, yakni rasa cukup dari kekurangan sehingga tidak meminta kepada orang lain.” (H.R. Muslim)

Dan dalam sebuah riwayat juga diterangkan: Bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ali r.a yang berkata: “Ucapkanlah: “Allahummahdini wa saddidniy” (Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskanlah perjalananku). Dalam riwayat lain disebutkan: “Allahumma inni as-alukal huda wassadad” (Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepada-Mu akan petunjuk dan kelempangan perjalanan) (H.R.Muslim dari Ali r.a)  

Anakku, disamping itu jangan pula engkau selalu berdo’a meminta pertolongan Allah Ta’ala, agar hidayah  yang telah dikaruniakannya kepadamu senantiasa tetap terpelihara. Memohonlah dengan do’a yang telah dinukilkan Allah Ta’ala di dalam Kitab-Nya:

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Q.S. Ali ‘Imran: 8)

Anakku, dengan segala upaya yang kita lakukan; mudah-mudahan kita selalu berada dalam pemeliharaan Allah Ta’ala. Wallahua’lam

Jakarta,  20 Jumadil Akhir 1436 H / 10 April 2015.
KH.Bachtiar Ahmad

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.