Friday 3 October 2014

DO'A UNTUK "ANNAS MAAMUN"



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================

Begitu ada kabar Gubernur Riau “Annas Maamun” ditangkap KPK, maka entah itu di dunia nyata ataupun di dunia maya muncullah beragam sambutan; makian dan hujatan atas berita tersebut. Dan tentu saja yang paling keras dan (mungkin gembira) reaksinya adalah dari “mereka” yang membenci pak Annas; lebih-lebih lagi mereka yang merasa pernah dizalimi oleh “rezimnya” pak Annas. Dalam hal ini saya menyebut “rezim” karena saya berkeyakinan, bahwa “kezaliman” yang dilakukan oleh pak Annas itu tidaklah akan lahir begitu saja, melainkan di balik itu ada orang-orang tertentu yang sengaja memanfaatkan kekuasaan dan kelemahan pak Annas untuk mengambil keuntungan dari “kesusahan” orang lain.

Sebagai orang yang pernah dizalimi, saya sangat prihatin sekali melihat keadaan yang demikian itu. Padahal kalau bicara “dizalimi”, sampai saat ini saya masih merasakan sakit dan pahitnya. Bayangkan, sejak 5(lima) tahun yang lalu; sejak 2010; karena sikap dan ucapan kritis saya terhadap gaya kepemimpinan pak Annas; saya dilarang untuk berdakwah; baik melalui mimbar maupun melalui tulisan-tulisan yang saya buat (bahkan bulletin Jumat milik IPHI Rokan Hilir yang telah kami terbitkan sejak tahun 2002 dilarang terbit dan diedarkan ke masjid-masjid di Rokan Hilir; khususnya di Bagansiapiapi).  Sehingga sejak 2010 itu, karena ketakutan mereka kepada “rezim pak Annas”; banyak Pengurus Masjid yang menutup “mimbarnya” untuk saya berdakwah. Bahkan LDI (Lembaga Dakwah Islam) Rokan Hilir langsung mencoret dan menghilangkan “nama saya” daftar Khatib/Mubaligh/Da’i yang mereka jadwalkan sebagai “Khatib Jum’at”. Padahal apa yang saya sampaikan bukanlah hal-hal yang berkaitan dengan sikap “KKN” yang dilakukan pak Annas dan krooni-kroninya, melainkan adalah hal-hal yang secara prinsip sangat bersentuhan dengan “masalah aqidah”, yang entah sadar atau tidak selalu diabaikan pak Annas. Dan kezaliman itu tidak hanya berlaku buat saya sendiri, tapi juga berimbas kepada anak dan keluarga saya.

Orang yang dizalimi boleh-boleh saja dan bisa saja merasa “sakit hati”, tapi sebagi orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hal itu tidaklah boleh dijadikan sebagai alasan untuk “menghujat dan mencaci maki” orang yang menzalimi kita, ketika dia mendapat musibah. Sebab bisa saja, “rahmat Allah” yang selama ini kita peroleh sebagai  orang yang dizalimi akan berbalik menjadi “laknat Allah” tatkala kita mencaci maki dan menghujat orang yang pernah menzalimi kita itu mendapat musibah atau hukuman dari Allah lantaran perbuatannya, sebagaimana yang di-ingatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis beliau:

 “Janganlah engkau gembira karena adanya sesuatu bencana pada saudaramu sesama Muslim, sebab jikalau engkau demikian, maka Allah akan memberikan kerahmatan kepada saudaramu itu sedang engkau sendiri akan diberi cobaan,  yakni bala'  oleh-Nya.” (HR. Muslim dari Watsilah bin al-Asqa' r.a)

“Annas Maamun” adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa, jadi tidaklah sepatutnya kita bergembira apalagi menghujat serta mencaci makinya. Kita seharusnya bersyukur kepada Allah Ta’ala, bahwa dengan “cara” yang dikehendaki-Nya, Allah telah memberikan kesempatan kepada pak Annas untuk mengoreksi keslahan dan kekeliruannya; dan in syaa’ Allah diterima pula taubatnya, jika ia mau bertaubat dan memohon ampun atas semua perbuatan buruk yang pernah dilakukannya kepada Allah Ta’ala. Mudah-mudahan akan ringan pula “lidah” Annas Maamun untuk segera secara terbuka meminta ma’af kepada orang-orang yang pernah dipimpinnya; khususnya yang telah dizaliminya selama ini. Sementara untuk keluarga dan orang-orang yang pernah memanfaatkan pak Annas, disamping diberikan kesabaran dalam menghadapi musibah ataupun ujian Allah tersebut, juga mau mengoreksi diri mereka dan semoga diberikan hidayah yang baik oleh Allah Ta’ala. Dan tentu saja ini menjadi pelajaran bagi kita semua, agar tidak mudah melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Sebab bagaimanapun juga, dibalik “kezaliman dan kejahatan” yang dilakukan pak Annas, masih ada “sisi baik” yang telah beliau lakukan untuk kita selama dalam masa kepemimpinannya; khususnya ketika beliau menjabat sebagai “Bupati Rokan Hilir”.  Dan buat saya sendiri bukan itu saja, bahwa walaupun hanya dalam kurun waktu yang singkat, beliau pernah menjadi “guru” saat saya masih duduk di SMP Negeri Bagansiapiapi.

Mari kita belajar dari Rasulullah SAW, bahwa ketika beliau sudah menguasai Makkah al-Mukarramah; ketika pedang ada ditangan beliau dan Allah memberi izin untuk menghukum orang-orang yang pernah menzalimi beliau; Rasulullah SAW sedikitpun tidak berniat membalas kezaliman yang pernah beliau terima; melainkan memberi maaf kepada segenap penduduk Makkah; baik yang hadir ketika itu maupun yang masih bersembunyi karena rasa takut yang mereka miliki.

Allah Ta’ala memang tidak melarang kita untuk membalas perbuatan jahat seseorang, yang setimpal dengan kejahatannya yang telah dilakukannya kepada kita. Akan tetapi karena Allah Ta’ala itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Pema’af, maka Allah Ta’ala lebih menyukai orang-orang yang memberikan ma’afnya sebagaimana Firman-Nya:

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.  Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.”  (QS. Al-Mukmin: 40)

Al-Qur’an juga menerangkan, bahwa pada hakikatnya  orang yang suka memberi ma’af adalah orang-orang yang pandai lagi berilmu. Allah Ta’ala berfirman:

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Al-A’raf: 199)

Sedangkan dalam satu hadits qudsi disebutkan, bahwa orang yang suka memberi ma’af itu adalah orang yang mulia dalam pandangan Allah Ta’ala sebagaimana yang diriwayatkan oleh Kharaiti dari Abu Hurairah r.a  Allah Ta’ala telah berfirman:

“Sesungguhnya Musa a.s bertanya kepada Allah: “Ya Rabbi, siapakah di antara hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandangan-Mu ?.” Lalu Allah SWT berfirman: ”Dia adalah orang yang bertakwa yang apabila berkuasa dapat memberi ma’af kepada musuhnya.”

Untuk itu marilah kita memberi maaf dan mendo’akan pak Annas, agar Allah Ta’ala tetap mencurahkan rahmat dan ridho-Nya kepada kita; baik di dunia dan lebioh-lebih lagi setelah kita kembali kepada-Nya:

“Allahumma ya Allah, sesungguhnya hamba-Mu yang bernama Annas Maamun pernah melakukan perbuatan yang tidak Engkau sukai; kiranya dengan pengajaran yang telah Engkau berikan kepadanya; Engkau memaafkan dan mengampuni dosa-dosanya; dan Engkau tunjuki ia jalan yang Engkau ridhoi.
Allahumma ya Allah, berikan kesabaran kepada ahli keluarganya dalam ujian yang Engkau berikan itu dan tunjuki juga mereka dengan hidayah-Mu, agar mereka menjadi hamba-hamba-Mu yang bertakwa.”

“Shollallaahu robbuna ‘alan-nuril mubin; ahmadal musthofa sayyidil mursalin; wa ‘alaa aalihi washohbihi ajma’iin. Walhamdulillahi robbil ‘alamiin….

Bagansiapiapi, 4 Zulhijjah 1435 H / 29 September 2014.
KH.Bachtiar Ahmad

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.