Friday, 6 September 2013

CINTA DAN BENCI



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Sesunguhnya perasaan cinta dan benci adalah merupakan karunia Allah kepada makhluk-Nya. Oleh sebab itu maka tak pelak lagi, tak pelak lagi; perasaan cinta dan perasaan benci yang paling tinggi nilainya; dan yang paling wajib serta sangat bermanfaat dalam kehidupan adalah cinta dan benci karena Allah semata sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW: “Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.”    (HR. At-Tirmidzi)

Sedangkan dalam riwayat   diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridha kepada apa yang diridhai Allah, tidak ridha kepada yang tidak diridhai Allah. Bukan karena dorongan hawa nafsu yang sebagaimana yang sering kita alami.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa al-hubbu fillah” (mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah SWT karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya, dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada-Nya, yang  melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, sekalipun  mereka itu adalah orang-orang yang dekat hubungannya dengan kita. Keadaan ini secara tersirat telah Allah suratkan dalam firman-NYA:

“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak sauadara-saudara ataupun saudara keluarga mereka.” (Q.S. Al-Mujadilah: 22)

Dalam pandangan “ahlus-sunah wal jama’ah”, maka ada 3(tiga) kelompok manusia yang wajib dicinta dan dibenci:

Pertama: Orang-orang yang kepadanya patut dicurahkan segenap perasaan  kasih sayang dan kecintaan secara utuh, adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya; Yang  melaksanakan ajaran Islam dan tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan yang teguh.  Mereka yang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan ucapannya untuk Allah semata; tunduk lagi patuh terhadap perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya serta menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Jadi dengan demkian, maka dalam hal mencintai tentulah kita harus dan lebih berhak mencintai  para sahabat; tabi’in; tabi’ut tabi’in serta orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; dimanapun mereka berada; meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka.
           
Kedua: Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya, adalah mereka yang mencampur adukkan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk. Orang semacam ini haruslah  dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri, dan di sisi lain dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada diri mereka.
           
Ketiga: Orang–orang yang kepadanya wajib dicurahkan kebencian dan permusuhan secara utuh dan menyeluruh adalah, orang-orang yang nyata-nyata tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan sekaligus memusuhi kaum muslimin. Termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang nyata-nyata berbuat syirik; ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan umat. Namun demikian terhadap orang-orang kafir yang tidak mau menerima ajaran Islam, sementara di satu sisi mereka tidak menunjukkan permusuhan; maka masih dibenarkan untuk bermuamalah dalam hal rusa dunia sebagaimana tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhml menyatakan, bahwa kecintaan dan kebencian yang tidak disyari’atkan, yang tidak berpedoman pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW seperti misalnya cinta dan kebencian yang dimotifasi oleh hawa nafsu lantaran memandang kecantikan; harta benda; derajat atau kedudukan; pangkat; suku bangsa dan lain-lain yang semacam itu sangat  dilarang oleh agama. Sebab bagaimanapun juga kecintaan yang didorong oleh hawa nafsu akan lebih banyak mendatangkan mudharat sesuai dengan sifat nafsu itu sendiri, yakni yang selalu cenderung kepada hal-hal yang jahat dan mungkar sebagaimana yang telah diterangkan Allah SWT di dalam Kitab-NYA.

Jadi ketika perasaan cinta dan benci tumbuh di hati anda; maka ada baiknya diteliti dengan seksama apa latar belakangnya. Aapakah karena Allah ataukah karena nafsu belaka ? Wallahua’lam

Bagansiapiapi,  01 Dzulqaidah  1434 H /  06 September 2013
KH.Bachtiar Ahmad.

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.