oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Sesunguhnya perasaan cinta dan benci adalah merupakan
karunia Allah kepada makhluk-Nya. Oleh sebab itu maka tak pelak lagi, tak pelak
lagi; perasaan cinta dan perasaan benci yang paling tinggi nilainya; dan yang
paling wajib serta sangat bermanfaat dalam kehidupan adalah cinta dan benci
karena Allah semata sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW: “Tali
iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.
At-Tirmidzi)
Sedangkan dalam riwayat diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda: “Barangsiapa yang
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak
memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi)
Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita
harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita
harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala
yang dibenci Allah, ridha kepada apa yang diridhai Allah, tidak ridha kepada
yang tidak diridhai Allah. Bukan karena dorongan hawa nafsu yang sebagaimana
yang sering kita alami.
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa “al-hubbu fillah”
(mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada
orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah SWT karena keimanan dan ketaatan
yang mereka lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah
(benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada
orang-orang yang mempersekutukan-Nya, dan kepada orang-orang yang keluar dari
ketaatan kepada-Nya, yang melakukan
perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, sekalipun mereka itu adalah orang-orang yang dekat
hubungannya dengan kita. Keadaan ini secara tersirat telah Allah suratkan dalam
firman-NYA:
“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang
yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak
sauadara-saudara ataupun saudara keluarga mereka.” (Q.S.
Al-Mujadilah: 22)
Dalam pandangan “ahlus-sunah
wal jama’ah”, maka ada 3(tiga) kelompok manusia yang wajib dicinta dan
dibenci:
Pertama: Orang-orang yang
kepadanya patut dicurahkan segenap perasaan
kasih sayang dan kecintaan secara utuh, adalah mereka yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya; Yang
melaksanakan ajaran Islam dan tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan
yang teguh. Mereka yang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan
ucapannya untuk Allah semata; tunduk lagi patuh terhadap perintah-perintah
Allah dan Rasul-Nya serta menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah dan
Rasulnya. Jadi dengan
demkian, maka dalam hal mencintai tentulah kita harus dan lebih berhak
mencintai para sahabat; tabi’in; tabi’ut
tabi’in serta orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; dimanapun
mereka berada; meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka.
Kedua: Orang-orang
yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya, adalah mereka yang
mencampur adukkan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk. Orang
semacam ini haruslah dicintai dan
dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri, dan di sisi
lain dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada diri
mereka.
Ketiga: Orang–orang
yang kepadanya wajib dicurahkan kebencian dan permusuhan secara utuh dan
menyeluruh adalah, orang-orang yang nyata-nyata tidak beriman kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya dan sekaligus memusuhi kaum muslimin. Termasuk di dalamnya adalah
orang-orang yang nyata-nyata berbuat syirik; ahli bid’ah yang sesat dan
menyesatkan umat. Namun demikian terhadap orang-orang kafir yang tidak mau
menerima ajaran Islam, sementara di satu sisi mereka tidak menunjukkan permusuhan;
maka masih dibenarkan untuk bermuamalah dalam hal rusa dunia sebagaimana
tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhml menyatakan, bahwa kecintaan dan kebencian yang tidak
disyari’atkan, yang tidak berpedoman pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW
seperti misalnya cinta dan kebencian yang dimotifasi oleh hawa nafsu lantaran
memandang kecantikan; harta benda; derajat atau kedudukan; pangkat; suku bangsa
dan lain-lain yang semacam itu sangat dilarang oleh agama. Sebab bagaimanapun juga
kecintaan yang didorong oleh hawa nafsu akan lebih banyak mendatangkan mudharat
sesuai dengan sifat nafsu itu sendiri, yakni yang selalu cenderung kepada
hal-hal yang jahat dan mungkar sebagaimana yang telah diterangkan Allah SWT di
dalam Kitab-NYA.
Jadi ketika perasaan cinta dan benci tumbuh di hati
anda; maka ada baiknya diteliti dengan seksama apa latar belakangnya. Aapakah
karena Allah ataukah karena nafsu belaka ? Wallahua’lam
Bagansiapiapi, 01 Dzulqaidah 1434 H / 06 September 2013
KH.Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment