oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Dalam situasi dan kondisi perekonomian dunia yang kian
tak menentu ini; maka boleh jadi akan mendatangkan beragam penyakit dan tingkah
polah kehidupan; terutama bagi orang-orang yang lemah imannya sebagaimana yang
banyak diberitakan oleh media massa; entah itu Koran; majalah maupun televisi.
Diberitakan bahwa lantaran “tekanan ekonomi” di antara mereka ada yang bunuh
diri; bahkan ada yang tega membunuh anak dan isterinya. Dan tentu saja tak
segan-segan lagi merampok dan sekaligus membunuh atau menghilangkan nyawa orang
lain. Na’udzubillahi mindzalik !
Oleh hal yang demikian itulah, agar kita tidak mudah terombang-ambing
dalam tekanan hidup yang demikian itu; dan
tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan yang datang kepada kita; Baik suka maupun duka, maka hal
yang paling utama untuk dipelihara adalah; iman yang kita miliki. Sebab jika seseorang tidak mampu
memelihara imannya, maka boleh jadi ia akan melakukan perbuatan dan tindakan
yang dimurkai Allah SWT, ketika di dalam kehidupannya terjadi perubahan yang
mendasar; yang bertolak belakang dengan harapan dan impiannya. Kata “orang
Melayu” dalam tunjuk ajarnya:
Siapa yang terpelihara imannya;
bahagialah ia sepanjang masa
baik di waktu miskin maupun kaya;
tiadalah ia buat durhaka.
Adapun cara yang sangat manjur untuk memelihara iman dan
keyakinan yang kita miliki, adalah
dengan tetap “beristiqomah” dalam keyakinan
bahwa; Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah semata-mata
berdasarkan kehendak dan ketentuan
Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Sebab sebagaimana yang dinyatakan
Allah SWT dengan firman-Nya, maka hanya orang-orang yang senantiasa istiqomah
dengan keyakinannya sajalah yang tetap berada dalam pemeliharaan Allah dari
rasa takut dan kecemasan berkepanjangan. Allah
SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”;
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (beristiqomah), maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”. (Q.S.Fushilat: 30)
Jika iman seseorang terpelihara dalam “istiqomah”, maka insya-Allah
dirinya akan
senantiasa diingatkan dan disadarkan oleh keyakinannya; Bahwa segala sesuatunya
di alam semesta ini telah diatur dan ditetapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT; Bahkan jauh sebelum kita dan alam
semesta ini diciptakan sebagaimana yang di-isyaratkan Allah dalam firman-Nya:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.// (Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S.
Al-Hadiid: 22-23)
Orang yang senantiasa beristiqomah
juga wajib memiliki keyakinan, bahwa apa yang diperbuat Allah kepada dirinya bukanlah
satu kesia-sian belaka; dan juga belum tentu juga buruk bagi dirinya,
sebagaimana yang telah di-ingatkan Allah SWT dengan Firman-NYA:
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliha-ralah kami dari
siksa neraka.” (Q.S. Ali ‘Imran: 191)
“Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)
Dalam ruang yang terbatas
ini memang tak dapat kita uraikan secara rinci bagaimana cara menjaga dan memelihara iman yang dimiliki.
Akan tetapi beberapa di antaranya dapatlah disampaikan:
Pertama: hendaklah
tetap bersyukur kepada Allah SWT dalam keadaan apapun juga. Sebab sebagaimana
yang dijanjikan-NYA, maka dengan memperbanyak ungkapan syukur itulah akan dapat
dicapai kenikmatan hidup, sekalipun tidak banyak materi lahiriah yang dimiliki.
Dalam hal inilah Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim:
7)
Kata
orang tua kita dalam tunjuk ajar Melayu-nya:
Kepada
Allah wajib bersyukur;
kalau
tak ingin menjadi kufur.
Bersyukur itu wajib adanya;
kalau tak ingin azab mendera.
Bersyukur
kepada Allah tidak hanya sebatas melaksanakan ibadah yang “fardhu” belaka, sebab
hal yang demikian ini adalah memang suatu “kewajiban” dalam segala macam
situasi dan kondisi hidup. Yang lebih utama itu adalah dengan melaksanakan
apa-apa yang “sunnah”, misalnya dengan besedekah; qiyamul lail; mempererat
silaturahmi dan lain sebagainya.
Kedua:
banyak beristighfar memohon ampunan Allah SWT; dan sekaligus bertaubat dari
kemungkaran yang telah dilakukan. Sebab disamping terpeliharanya iman, maka ber-istighfar memohon
ampunan dan
bertaubat kepada Allah,
juga merupakan salah satu upaya untuk
mendapatkan rahmat dan nikmat Allah sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh umat
Nabi Hud a.s ketika menderita lantaran musim kemarau yang berkepanjangan,
sebagaimana yang telah diterangkan Allah SWT di dalam Al-Quran:
Dan (Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu,
dan Dia akan menambahkan kekuatan-Nya kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa.” (Q.S. Hud: 52)
Tunjuk ajar Melayu
juga menyebutkan:
Banyaklah istighfar kepada Allah;
memohon ampun tak sudah-sudah
kadang tak sengaja lidahmu patah;
kerjapun juga kadang menyalah.
Banyak istighfar kepada Allah;
akan betulkan apa yang salah
akan datangkan rahmatnya Allah;
akan hilangkan segala musibah.
Tanda
orang terpelihara imannya;
banyak
ibadah serta istighfarnya
tetap
bersabar lapang hatinya;
di
waktu susah ataupun kaya.
Mudah-mudahan
penjelasan yang ringkas ini dapat dipahami dan bermanfa’at untuk dijadikan
sebagai pelajaran nbagi kita semua. Semoga kiranya Allah SWT senantiasa menjaga
dan memelihara iman yang kita miliki dengan hidayah dan inayah-NYA. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 15
Dzulqaidah 1434 H / 20 September 2014.
KH.Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment