Tuesday 17 April 2012

MENGAPA HARUS BERSYUKUR


oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Dalam “Kisah-kisah Sufistik” diceritakan bahwa: “ Suatu hari datanglah seorang laki-laki mengadukan kehidupannya yang susah kepada salah seorang ulama yang terkenal alim dan wara’. Laki-laki tersebut  meminta ulama tersebut berdo’a kepada Allah agar dirinya lepas dari berbagai macam kesulitan dan Allah memberinya kesenangan hidup.

Beberapa sa’at setelah memperhatikan keadaan laki-laki tersebut, sang ulama berkata: “Sebelum aku berdo’a kepada Allah, aku ingin bertanya kepadamu; Apakah engkau mau penglihatanmu diambil dan sebagai gantinya engkau kesenangan yang engkau minta?”  Dan laki-laki itu tentu saja menjawab: ”Tidak.”

Kemudian sang ulama bertanya lagi: ”Atau jika tidak apakah engkau senang menjadi orang bisu dan sebagai gantinya engkau diberikan kebahagiaan?” Laki-laki itu juga menjawab tidak.

Lalu ulama yang masyhur dengan kesalehannya saleh itu kembali bertanya: ”Jika tidak, maukah tangan atau kakimu menjadi buntung, lalu kamu mendapatkan kebahagiaan yang engkau dambakan?”. Laki-laki tersebut juga menjawab tidak mau. 

Selanjutnya sang ulama bertanya kepada laki-laki tersebut: ”Apakah engkau mau menjadi orang kaya, tapi sakit-sakitan; tak punya nafsu makan; tak bisa tidur nyenyak sekalipun di atas kasur yang empuk ?”. Dan  tentu saja laki-laki yang merasa dirinya malang tersebut  menjawab tidak.

Akhirnya ulama  yang alim tersebut berkata kepada si laki-laki: “Kalau begitu, apakah engkau tidak merasa malu kepada Allah Yang Maha Pemurah, yang telah memberimu harta yang tak terbilang banyaknya, yang saat ini kau miliki, walaupun harta-harta tersebut tidak dalam bentuk uang dinar maupun emas permata.” Sejenak laki-laki itu terdiam dan sang ulama berkata lagi padanya: Jadi dengan alasan itu engkau seharusnya engkau bersyukur kepada Allah, sebab engkau telah diberinya tubuh yang lengkap dan kesehatan yang baik, yang kesemuanya itu dapat engkau jadikan modal berusaha dan sekaligus berdoa kepada Allah agar engkau diberikannya  kebahagiaan hidup.” Dan demi mendengar itu, laki-laki tersebut hanya bisa menangis menyesali kebodohan dirinya. Kemudian iapun segera menyatakan penyesalannya dan  bertaubat kepada Allah SWT.
Dari penggalan kisah di atas, maka paling tidak ada dua hal yang telah diajarkan kepada kita:

Pertama; hendaknya kita jangan pernah merasa susah jika Allah SWT tidak memberikan harta atau rezeki yang banyak kepada kita. Karena sesungguh-nya yang disebut sebagai “nikmat Allah” tak dapat kita hitung banyaknya sebagaimana firman-Nya:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nahl: 18)

Nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita tidak hanya dalam bentuk materi atau harta benda yang kita anggap sangat penting untuk menunjang kehidupan kita di dunia ini. Sebab masih banyak nikmat Allah yang jauh lebih penting fungsi atau peranannya untuk menunjang kehidupan kita di dunia yang fana ini, seperti nikmat iman; nikmat kesehatan; kesempurnaan fisik atau tubuh yang kita miliki dan lain-lain sebagainya. Bahkan nikmat-nikmat Allah yang semacam ini tentunya tak dapat diukur dan dinilai  berapapun besar harganya sebagaimana yang tercermin dari penggalan kisah di atas.

Dalam hal ini tentulah seseorang yang memiliki perangkat tubuh yang sempurna semisal mata, tidak akan sudi menjual matanya, sekalipun hanya sebelah saja, walaupun ada yang berani membayar atau membelinya dengan harga milyaran rupiah. Atau pastilah anda tidak akan mau terus menerus berada di rumah sakit atau setiap saat berurusan dengan dokter, sekalipun anda punya uang dan harta benda yang berlimpah-limpah. Kata orang: “Lebih baik hidup sehat sekalipun makan hanya sekali dalam sehari daripada banyak duit tapi sakit-sakitan.”
               
Hal kedua  yang patut kita ambil hikmah dan pelajarannya dari cuplikan kisah di atas adalah, hendaklah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Sekalipun tak ada rezeki atau harta yang berlimpah yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita. Sebab bagi orang-orang yang beriman, “bersyukur” kepada Allah SWT adalah hal yang diwajibkan; Baik dalam keadaan senang dan kaya maupun dalam keadaan susah dan miskin menurut keadaan lahiriah yang mereka rasakan. Bukankah Allah SWT telah berfirman:

“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.   (Q.S.Ibrahim: 7)

Jadi hidup ini bukanlah diukur dari apa yang terpandang oleh mata dan yang dirasakan oleh diri semata, akan tetapi hendaklah dilihat dari secara menyeluruh dari apa saja yang telah Allah berikan kepada kita. Sehingga pada akhirnya akan kita temukan; bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk “tidak bersyukur” atas segala nikmat hidup yang telah Allah karuniakan kepada kita. Terlebih-lebih lagi atas nikmat “iman dan islam” yang telah Allah anugerahkan kepada kita semenjak kita dilahirkan ke atas dunia yang fana ini. Kata orang tua saya:
Mulakan kerja dengan Bismillah;  sudah selesai Alhamdulillah
Walaupun hidup terasa susah; tetaplah bersyukur kepada Allah

Manusia dicipta asalnya tanah; kelak kembali ke dalam tanah
Supaya hidup menjadi berkah;  banyaklah bersyukur kepada Allah.
Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 25 Jumadil Awal 1433 H / 27 April 2012
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.