Monday 27 August 2012

TENTANG UCAPAN UMAR BIN KHATTAB r.a


oleh: KH.BACHTIAR  AHMAD
========================
Catatan ringkas ini saya tulis untuk memenuhi permintaan salah seorang “teman kita di FB” yang minta dijelaskan mengenai ucapan “amirul mukminin” Umar bin Khattab r.a yang saya kutip sebagai status beberapa waktu yang lalu.

 Jika Allah mengizinkan, maka ada tiga perkara yang membuatku ingin terus hidup di dunia ini, yakni: berjihad untuk agama Allah; menghidupkan waktu malam dan berkumpul bersama orang-orang yang selalu berbicara dengan perkataan-perkataan yang bagus, sebagaimana ia memilih korma yang bagus-bagus. (Umar bin Khattab r.a)

Sebenarnya apa yang menjadi “keinginan”  Umar bin Khattab r.a dalam ucapannya tersebut adalah sesuatu yang sangat mudah untuk dipahami dan dimengerti. Hanyasaja barangkali yang perlu dipertegas adalah tentang “berjihad untuk agama Allah” . Sebab jika kita mengacu pada kondisi dan situasi dimana sa’at itu beliau hidup, maka boleh jadi makna “jihad” tersebut hanya terbatas pada kondisi  “perang” dalam menghadapi musuh (agama) Allah SWT. Padahal makna “berjihad untuk agama Allah” tidaklah sempit sebagaimana yang diketahui oleh sebahagian orang.

Lapangan “jihad” bagi orang yang beriman adalah sangat luas, mulai dari “membuang duri di jalan”  sampai pada tingkat “mengangkat senjata”  berperang melawan orang-orang kafir yang memusuhi (agama) Islam. Bahkan “seorang ibu” yang berjuang untuk anaknya mulai dari sa’at ia mengandung (hamil) sampai pada sa’at melahirkan dan membesarkan anak-anaknya adalah juga merupakan “jihad”, walaupun (mungkin) di sisi Allah tingkat dan kualitasnya tidak sama dengan jihad di medan perang. 

Jadi secara umum dapatlah dikatakan, bahwa yang termasuk dalam kelompok “jihad” itu adalah segala macam kebajikan yang dilakukan seseorang dalam menjalankan dan menghidupkan agama Allah; khususnya yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak, yang kesemuanya itu dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan keta’atan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”  (Q.S. Al-Maaidah: 35)

Adapun “menghidupkan waktu malam” tentulah sudah sangat jelas bagi kita, bahwa maknanya adalah dengan bergiat melakukan aktifitas ibadah di malam hari sebagaimana perintah Allah yang banyak kita jumpai di dalam Al-Quran. Bahkan aktifitas ibadah inilah yang mula pertama di-ingatkan dan diperintahkan Allah kepada Rasulullah SAW beberapa sa’at setelah beliau menerima wahyu pertama sebagai Nabi dan Rasul Allah sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an:

“Hai orang yang berselimut (Muhammad); . bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya);  (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit:  atau lebih dari seperdua itu; dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan: . Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat: . Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”  (Q.S. Al-Muzzammil: 1-6)

Dan perintah yang demikian itu juga dapat kita simak dalam ayat-ayat lain (di antaranya):

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”  (Q.S. Al-Israa’: 79)

“dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.”  (Q.S. Thaa-Haa: 130)

“dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.”  (Q.S. Qaaf: 40)

Keinginan Umar r.a “berkumpul bersama orang-orang yang selalu berbicara dengan perkataan-perkataan yang bagus”  adalah hal mutlak dan wajib untuk di-ikuti oleh setiap orang yang beriman. Sebab bagaimanapun Allah dan Rasul-Nya; Muhammad SAW telah memerintahkan kepada kita untuk “tidak  berbicara”  kecuali dengan “perkataan yang baik-baik”  sebagaimana yang tersirat dalam firman-Nya:

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf (adalah) lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”  (Q.S. Al-Baqarah: 263)

“dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”  (Q.S. An-Nisaa’: 8)

Bahkan dalam ayat lainnya Allah SWT menerangkan, bahwa salah satu tanda dari “ibadur-rahman”  atau hamba-hamba yang dicintai oleh Allahur-Rahman adalah mereka yang selalu mengucapka perkataan yang baik-baik, sekalipun orang lain berbuat jahil kepada mereka. Allah SWT berfirman:

“dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”  (Q.S. Al-Furqaan: 63)

Dan mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka hendaklah ia berbicara (dengan perkataan) yang baik atau diam (jika tidak bisa melakukannya)”  (HR. Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah r.a)

Inilah sedikit catatan tentang ucapan Umar bin Khattab r.a yang telah dinukilkan di awal tulisan ini. Mudah-mudahan dapat dipahami dan bermanfaat adanya bagi upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Wallahua’lam

Jakarta, 10 Syawal 1433 H / 28 Agustus 2012
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.