oleh:
KH.bachtiar Ahmad
=====================
Suatu malam ketika Khalifah Umar bin
Abdul Aziz r.a sedang sibuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan rakyat dan
pemerintahannya, masuklah seorang laki-laki muda menghadapnya. Setelah menjawab
salam laki-laki tersebut dan mempersilahkannya duduk, Umar pun bertanya tentang
maksud dan tujuan laki-laki itu datang kepadanya.
“Wahai amirul mukminin, ma’af beribu
ma’af hamba mohonkan dari tuan, jika kedatangan hamba ini telah mengganggu
ketenangan dan pekerjaan tuan”, laki-laki itu memulai pembicaraannya denga
“Sang Khalifah”.
“Tak ada yang perlu dima’afkan wahai
anak muda. Sebagai orang yang telah diberi amanah oleh Allah untuk mengurus
rakyatnya, maka sudah selayaknyalah hamba menerima kedatangan anda. Sekarang
coba jelaskan keperluan anda dan bantuan apa yang dapat kuberikan kepada anda.”
“Wahai amirul mukminin, sa’at ini
rumah hamba sedang gelap gulita; anak-anak hamba menangis ketakutan. Kami tak
punya apa-apa ataupun “BBM” untuk menyalakan lampu. Disini hamba melihat tuan
memiliki dua buah lampu, kiranya tuan berkenan memberikannya kepada hamba
barang sebuah.”
Mendengar itu Umar bin Abdul Aziz
r.a hanya tersenyum, lalu tanpa bicara sepatahpun “Sang Khalifah” memberikan
salah satu lampu yang dekat dengan dirinya dan memberikannya kepada lalki-laki
muda yang datang kepadanya itu. Dan setelah mengucapkan terima kasih, laki-laki
muda itu lalu beranjak pergi meninggalkan kediaman Umar bin Abdul Aziz. Akan
tetapi belum lagi dirinya sampai di pintu gerbang kediaman “Sang Khalifah”,
langkah laki-laki muda itu dihentikan oleh seorang pengawal yang kemudian
bertanya kepadanya: “Apakah engkau meminta lampu yang kau bawa itu kepada
Amirul Mukminin ?”, tanya sang pengawal.
“Benar, karena rumah kami sa’at ini
gelap gulita dan beliau telah memberikan lampu ini kepadaku”, jawab laki-laki
tersebut.
Mendengar itu sang pengawal lalu
berkata: “Wahai saudaraku, Amirul Mukminin memang orang yang bijak dan
benar-benar memperhatikan keperluan rakyatnya, sampai-sampai adakalanya beliau
melupakan apa yang menjadi kepentingan diri dan keluarganya sendiri. Sekarang
maukah engaku berbalik sejenak ke belakang dan melihat keadaan Amirul Mukminin
?”
Setelah mendengar ucapan si
pengawal, laki-laki tersebut lalu berbalik untuk melihat keadaan sebagaimana
yang disarankan kepadanya. Dan alangkah terkejutnya dia, ketika dari tempatnya
berdiri ia saksikan sendiri rumah “Sang Khalifah” yang gelap gulita. Dirinya
tak habis piker, padahal ketika ia meninggalkan tempat itu masih ada sebuah
lampu yang menyala. Dan iapun bertanya kepada si pengawal, tentang apa
sebenarnya yang terjadi. Selanjutnya si pengawal menjelaskan, bahwa “Amirul
Mukminin” juga tidak punya cadangan “BBM”, tadi memang ada dua buah lampu yang
menyala, tapi sebenarnya yang satu sudah mau kering bahan bakarnya, sementara
yang diberikannya kepada laki-laki itu adalah lampu yang masih penuh minyaknya,
yang baru saja dinyalakan untuk berjaga-jaga kalau-kalau lampu yang satu itu
mati, sehingga akan mengganggu pekerjaan “Sang Khalifah”. Dan demi mendengar
penjelasan si pengawal, laki-laki tersebut lalu berbalik ke belakang untuk
mengembalikan lampu yang dibawanya dan sekaligus minta ma’af kepada Umar bin
Abdul Aziz r.a..
Akan tetapi ketika ia sudah sampai
di hadapan “Sang Khalifah” dan menjelaskan maksudnya untuk mengembalikan lampu
yang ada di tangannya, Umar bin Abdul Aziz r.a berkata kepadanya: “Tidak itu
sudah menjadi hak anda, karena sudah kuberikan kepada anda. Saya bukannya tidak
mau menerimanya, tapi saya takut kepada Allah karena menggunakan sesuatu yang
bukan milik saya. Walaupun sa’at ini saya telah diangkat sebagai “Amirul
Mukminin”, tapi bukan berarti saya berhak berbuat semaunya. Jadi pulanglah dan
bawalah lampu ini kepada keluargamu.”
Laki-laki itu menggigil mendengar
ucapan “Sang Khalifah” dan sambil menangis tersedu-sedu, ia melangkahkan kaki
menuju rumahnya sebagaimana yang dikehendaki Umar bin Abduul Aziz r.a.
Wallahua’lam
(dinukil dan diedit dari KISAH-KISAH
SUFISTIK)
Jakarta,
12 Sya’ban 1434 H / 21 Juni 2013.
KH.BACHTIAR
AHMAD
No comments:
Post a Comment