Suatu hari Abu Dzarr al-Giffari r.a menerima sepucuk surat dari seseorang, karena beliau dinilai
sebagai salah seorang sahabat Rasulullah
SAW yang memiliki akhlak mulia. Dan lantaran kedudukannya yang sangat dekat di
sisi Rasulullah SAW, maka Abu Dzarr juga dipandang memiliki pengetahuan yang luas tentang
hadits-hadis Rasulullah SAW; nasihat dan hikmah yang senantiasa disampaikan
Rasulullah kepadanya. Si pengirim surat meminta
kepada Abu Dzarr agar berkenan membalas surat
dan sekaligus memberinya nasehat.
Abu Dzar dengan segala senang hati mengabulkan apa
yang diminta oleh si pengirim surat.
Dalam surat
balasannya Abu Dzarr memberi nasehat
yang cukup pendek: “Janganlah kamu
memusuhi dan berbuat buruk kepada orang yang kamu muliakan dan yang kamu cintai.”
Si pengirim surat yang menerima balasan dari Abu
Dzarr tersebut menjadi bingung, lantaran ia tidak memahami makna pesan yang
tersirat dan tersurat dari Abu Dzarr tersebut. Hati kecilnya berkata: “Demi Allah pesan ini terlalu jelas untuk
dipahami. Apakah mungkin orang akan berbuat buruk pada yang dicintainya. Ini
sesuatu yang mustahil, sebab tak ada yang mau berbuat jahat untuk yang
dicintai-nya. Bahkan sebaliknya, orang pasti akan relah bertaruh nyawa untuk
membela yang dicintainya.”
Lantaran merasa tidak puas dengan balasan yang diterimanya, maka ia
kembali mengirimkan surat kepada Abu Dzarr untuk meminta
penjelasan yang lebih lengkap. Menjawab permintaan si pengirim surat tersebut Abu Dzarr
lalu membalas dengan menerangkan:
“Sebenarnya yang kumaksudkan dengan orang yang paling kamu muliakan dan
yang kamu cintai itu adalah dirimu
sendir. Bukan orang lain. Karena kebanyakan orang lebih mencintai dirinya
sendiri melebihi cintanya kepada orang lain. Itu sebabnya saya katakan, jangan
berbuat buruk kepada yang kamu muliakan dan yang kamu cintai. Artinya adalah,
janganlah kau perlakukan buruk dirimu. Sebab sebagaimana yang kita ketahui
bersama, bahwa apapun yang dilakukan oleh seseorang, maka segala akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri,
bukan kepada orang lain. Jadi kalau berbuat buruk dan melakukan dosa, maka
dirimulah yang menanggung segala akibatnya yang buruk. Oleh sebab itu
muliakanlah dan sayangilah dirimu dengan sebaik-baiknya, agar engkau tetap
dimuliakan dan disayangi oleh Allah SWT.” Wallahua’lam.
(Dipetik dan disarikan dari Kisah-kisah
Sufistik)
Jakarta,
23 Rajab
1433 H / 13
Juni 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment