oleh: KH. BACHTIAR AHMAD
========================
Allah telah mewajibkan
orang-orang yang beriman untuk berpuasa (di bulan Ramadhan) dengan tujuan agar
mereka menjadi hamba yang bertakwa. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana di-wajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183)
Padahal kalau kita simak
secara seksama keterangan Al-Quran, maka tidak ada satupun ayat yang secara
tegas menyatakan; bahwa berpuasa itu adalah salah satu perbuatan yang dijadikan
Allah sebagai salah satu tanda dari orang-orang yang bertakwa. Hal ini dapat
kita cermati dalam beberapa ayat berikut ini:
“Alif laam miim.
/ Kitab (Al-Quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa. / (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang men-dirikan shalat, dan menafkahkan sebaha-gian
rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. /
Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan
ke-padamu dan kitab-kitab yang telah
diturun-kan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
(Q.S.Al-Baqarah:1-4)
Atau dalam ayat yang
lain Allah SWT menerangkan:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke Timur atau ke Barat itu
suatu kebaktian; Akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada
Allah; hari kemudian; malaikat-malaikat; kitab-kitab; nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya; anak-anak yatim; orang-orang miskin; musafir
yang memerlukan pertolongan; dan orang-orang yang meminta-minta; dan
memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat; dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan; penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar-benar imannya dan mereka itulah orang yang
bertakwa.” (Q.S.Al-Baqarah: 177)
Sekarang pertanyaannya
ialah; Kalaulah “berpuasa” itu bukan merupakan bagian dari
tanda-tanda orang yang bertakwa; Lalu mengapa Allah SWT memerintahkan dan
mewajibkan orang-orang yang beriman untuk berpuasa agar mereka menjadi orang
yang bertakwa ?
Menurut Syaikh Abdullah Al-Ghazali; Allah SWT memang tidak menyebutkan secara tegas bahwa
puasa adalah salah satu ibadahnya orang yang bertakwa. Sebab pada hakikatnya fungsi
utama puasa adalah bertujuan untuk membina dan mendidik orang-orang yang
beriman menjadi (lebih) bertakwa dengan segala macam aktifitas amal ibadah yang
dilakukannya pada sa’at melaksanakan puasa yang diwajibkan tersebut.
Kata Al-Ghazali, dari hikmah yang tersembunyi di
balik perintah kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan tersebut, maka paling tidak
ada 3(dua) fungsi utama puasa yang dapat mengarahkan dan sekaligus mendidik
seseorang untuk menjadi orang yang bertakwa.
Yang pertama: Adalah yang berkaitan dengan keberkahan Ramadhan
sebagai bulan dimana puasa itu diwajibkan; Bulan dimana Allah melipat gandakan
pahala segala macam kebajikan yang dilakukan; bahkan tidurpun dinilai sebagai
suatu ibadah.
Abdullah Al-Ghazali menyebutkan, bahwa dengan adanya keberkahan yang dilimpahkan
Allah di bulan Ramadhan, maka nyaris segala macam aktifitas amaliah dan ibadah yang disebutkan
Allah sebagai tanda-tanda atau bagian
dari sifat-sifat orang yang bertakwa; mulai dari sholat yang diwajibkan sampai
kepada yang disunatkan; berinfaq dan bersedekah; membayar zakat yang dalam hal
ini minimalnya adalah zakat fitrah serta amal shalih lainnya, mengalami
peningkatan. Bagi dari segi kualitas maupun kwantitasnya. Bahkan dengan segala
macam berkah dan keutamaan yang Allah limpahkan di dalam bulan Ramadhan
tersebut, adakalanya seorang yang tadinya malas sholat, menjadi rajin
sholatnya; Yang malas berjama’ah menjadi suka sholat berjama’ah, minimal untuk
sholat tarawih dan witir; Seseorang yang tadinya memiliki sifat pelit atau
kikir, di dalam bulan Ramadhan bisa berubah menjadi orang yang pemurah. Begitu
juga dengan kondisi-kondisi buruk lainnya yang ada di dalam diri seseorang,
maka acapkali kita lihat terjadi perubahan yang besar ketika ia berada dalam
bulan Ramadhan. Artinya akhlaknya yang buruk bisa berubah menjadi baik dan
menyenangkan semua orang.
Dan jika
semua aktifitas itu dilakukan dengan ikhlas atau karena Allah semata, maka
tentulah para pelakuka dapat disebut sebagai orang yang bertakwa, kendati nilai
dan kesempurnaannya berbeda-benda menurut apa yang mereka kerjakan.
Faktor
kedua yang menyebabkan tingginya nilai
puasa dalam membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT,
dijelaskan oleh Syaikh Abdullah Al-Ghazali:
“Bahwa
tantangan yang paling besar bagi manusia untuk tunduk dan menyembah kepada
Allah SWT ada di dalam dirinya sendiri, yakni hawa nafsunya. Sedangkan hawa
nafsu yang ada di dalam diri manusia adalah merupakan wasilah atau jalan yang
paling utama bagi syaitan untuk menjadikan manusia durhaka kepada manusia
sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam firman Allah SWT:
“Sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati oleh
Tuhan-ku.” (QS.Yusuf:
53)
Dan salah
satu cara yang paling efektif untuk menundukkan atau mengendalikan hawa nafsu
tersebut ialah dengan cara berpuasa. Sebab puasa itu adalah merupakan suatu
perkara yang paling dibenci oleh utama musuh Allah SWT, yakni syaitan yang terlaknat.
Syaikh
Abdullah Al-Ghazali menjelaskan, bahwa makan dan minum yang dilakukan seseorang
secara berlebih-lebihan dapat menjadikan aliran darahnya semakin lancar dan
kuat, sehingga dengan demikian akan semakin kokoh dan kuat pula kedudukan
syaitan yang ada di dalam tubuh seseorang. Sebab sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadis, bahwa syaitan itu berjalan di dalam diri anak Adam di tempat
dimana darahnya mengalir:
Dari Shafiah binti Huyai, istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya
setan itu berjalan pada anak Adam di tempat aliran darah." (HR. Bukhari)
Jadi
dengan demikian, upaya pengendalian
makan dan minum melalui puasa yang diperintahkan adalah merupakan salah satu
usaha untuk menindas meningkatnya pergerakan dan aktifitas syaitan untuk
menguasai hawa nafsu seseorang. Dan kondisi yang
demikian ini juga diperingatkan Allah dengan firman-Nya:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguh-nya
Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S.
Al-A’raaf: 31)
Demikianlah inilah beberapa penjelasan tentang keutamaan
puasa dalam membentuk pribadi-pribadi orang beriman untuk menjadi orang yang
bertakwa sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.
Mudah-mudahan dengan memahami kondisi-kondisi yang
demikian itu, kita semua benar-benar dapat memanfaatkan momentum Ramadhan tahun
ini untuk benar-benar melaksanakan puasa sebagaimana yang telah diperintahkan Allah
dan Rasul-Nya; sehingga walaupun tidak dapat mencapai takwa dengan seratus
persen nilai kesempurnaannya, maka paling tidak nilai takwa yang kita miliki
benar-benar berubah dan mengalami peningkatan dari tahun-tahun yang lalu. Sebab
bagaimanapun juga, kita semua tak dapat menduga dan mengira; Apakah tahun depan
kita masih sempat bertemu dengan Ramadhan lagi atau tidak. Wallahu’alam
Batam, 8 Ramadhan 1432 H / 8 Agustus 2011
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment