“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya.”( QS. Al-An’am: 32)
Mengenai ayat di atas Syaikh Abdullah Al-Ghazali berkisah, bahwa di dalam sebuah hadis Rasulullah SAW menyebutkan, bahwa dunia yang kita tempati ini lebih hina dalam pandangan Allah SWT daripada bangkai seekor kambing yang cacat telinganya.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Djabir r.a: “Bahwa suatu ketika Rasulullah SAW berjalan-jalan di pasar diiringi oleh para sahabat dan beberapa orang lainnya. Di suatu tempat mereka menjumpai bangkai kambing yang telinganya sangat kecil, maka kemudian Rasulullah mengangkat kambing tersebut pada telinganya yang kecil itu sambil berkata: “Siapakah yang suka membeli ini dengan harga sedirham ?.” Para sahabat dan orang-orang yang ada di sekeliling beliau menjawab: Ya Rasulullah, tentunya tidak akan ada yang mau membelinya dan lagi pula apakah gunanya.” Rasulullah SAW pun berkata lagi: “Atau adakah yang suka kalau ini diberikan kepada kalian dengan cuma-cuma ?” Maka merekapun berkata: “Demi Allah ya Rasulullah, andaikan kambing itu masih hidup, karena telinganya yang cacat; Apa lagi sudah menjadi bangkai, maka tentulah tak seorangpun menyukainya.” Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada yang hadir di tempat itu : “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya dunia ini lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai ini bagi kalian semua.”
Sementara itu dalam sebuah hadits qudsi ada disebutkan, bahwa orang-orang yang memperebutkan dunia ini adalah laksana anjing yang berebut bangkai seperti yang diriwayatkan oleh Al-Madani r.a :
“Rasulullah SAW mengatakan bahwa Allah SWT telah berfirman kepada Nabi Daud a.s: “Wahai Daud, perumpamaan dunia ini adalah laksana bangkai, di mana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya dan menyeretnya kian kemari. Apakah engkau senang menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama mereka menyeret bangkai itu kian kemari.”
Pertanyaan Rasulullah SAW kepada para sahabat dan juga pertanyaan Allah SWT kepada Nabi Daud a.s tersebut memang tidak langsung ditujukan kepada kita sa’at ini. Akan tetapi langsung ataupun tidak, kita “wajib” menjawabnya. Jadi silahkan dijawab dengan hati nurani dan keimanan yang kita miliki. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 04 Dzulqaidah 1432 H / 02 Oktober 2011
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment