Oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Allah SWT telah menerangkan di dalam Kitab-Nya, bahwa lblis mendapat laknat Allah lantaran merasa dirinya lebih mulia dari Adam a.s. Sedangkan Fir’aun di benamkan Allah ke dalam laut; lantaran merasa dirinya paling berkuasa dan perkasa dengan pangkat dan jabatan yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Selain itu Qarun dilaknat dan dibenamkan Allah ke dalam bumi beserta harta benda yang ia miliki, adalah lantaran merasa, bahwa kekayaan yang ia miliki bukanlah berasal dari Allah; Sedangkan salah seorang arsitek atau ahli bangunan Fir’aun yang bernama Haman mati dilaknat Allah SWT dengan cara ditimpa oleh bangunan yang ia buat sendiri, lantaran merasa bahwa dialah yang paling pintar dan paling pandai di muka bumi ini.
Dan semuanya itu; laknat yang ditimpakan Allah kepada Iblis; Fir’aun; Qarun dan Haman, hanya bermula dari satu sifat dan akhlak yang sangat dibenci Allah SWT, yakni sombong dan menyombongkan diri.
Kepada Iblis laknatullah Allah SWT berfirman:
“Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya; maka keluarlah. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Q.S. Al-A’raaf: 13)
Sedangkan tentang Fir’aun; Qarun dan Haman dijelaskan Allah di dalam Kitab-Nya:
“Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).” (Q.S. Al-Ankabuut: 39)
Akan tetapi walaupun kisah tentang Iblis laknatullah; Fir’aun; Qarun dan Haman serta kisah-kisah tentang bagaimana akhir dan kesudahannya orang-orang yang sombong lainnya sering kita dengar dan kita maklumi keadaannya; ternyata tetap saja banyak di antara kita yang masih suka memelihara sifat dan akhlak yang sangat-sangat dibenci oleh Allah SWT tersebut; Baik dalam keadaan sadar ataupun tidak menyadari, bahwa tindakan dan perbuatan yang ia lakukan adalah semacam kesombongan, sekalipun secara kasat mata perbuatan itu dinilai baik dan tidak menyalahi aturan yang ada.
Dalam Al-Ihya’ hujjatul Islam; Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali menjelas-kan; Bahwa kesombongan itu ada dua macam; yaitu “yang tampak secara lahiriah dan yang tersembunyi dari pandangan mata.”
Yang termasuk dalam kelompok lahiriah dan terlihat oleh mata, adalah segala sesuatu yang jelas dari ucapan dan perbuatan seba-gaimana yang secara tegas dijelaskan oleh Allah SWT dengan firman-Nya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 18-19)
Adapun yang dapat dimasukkan ke-dalam jenis kesombongan yang tersembunyi adalah perbuatan riya’ dan ujub.
Sebagaimana yang telah kita ketahui; bahwa riya’ adalah perbuatan ketaatan yang dilakukan bukan karena Allah SWT, melain-kan hanya ingin menunjuk-nunjukkan atau menampakkan-nya kepada makhluk atau kepada sesama manusia dengan tujuan; agar dirinya disebut-sebut sebagai orang yang taat. Padahal dibalik itu, dirinya banyak melaku-kan kemaksiatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
Imam Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa seseorang yang bekerja yang selalu berusaha menampakkan kepatuhan dan kerajinannya bekerja kepada majikan atau pimpinannya, juga termasuk perbuatan riya’. Apa yang dilakukannya tak lain tak buka adalah hanya sekadar ingin mencari muka untuk mendapatkan pujian dengan harapan ; agar terus mendapatkan kepercayaan sang majikan sehingga tidak kehilangan jabatan yang diinginkannya.
Adapun kesombongan tersembunyi yang disebut dengan sifat ujub adalah; sifat diri yang suka memuji dan bangga pada diri sendiri, sehingga pada akhirnya dapat melecehkan dan merendahkan orang lain.
Seseorang yang memiliki sifat ujub akan selalu merasa; bahwa dirinya-lah yang pandai; dirinya-lah paling pantas menjabat ini dan itu; diri-nyalah yang paling gagah dan cantik; diri-nyalah yang ta’at kepada Allah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pemujaan dan peng-agungan kepada diri sendiri.
Oleh sebab itulah, agar tidak tumbuh sifat ujub dalam diri seseorang Allah SWT memberikan peringatan dengan firman-Nya:
“Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (Q.S. An-Nahl: 23)
Mengenai sifat sombong ini, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW telah memberikan peringatan dengan sabda beliau:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun hanya seberat biji sawi.” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a)
Menurut Imam Al-Ghazali, tumbuhnya kesombongan di dalam diri seseorang pada hakikatnya adalah, karena yang bersangkutan lupa diri; lupa pada hakikat penciptaan-nya; lupa pada apa yang ada pada dirinya, bahkan termasuk dirinya sendiri adalah milik Allah, yang pada akhirnya aqkan dikembalikan kepada Allah SWT dengan dimintai pertanggung jawaban yang penuh. Dan keadaan yang seperti inilah yang disindir oleh Allah SWT melalui firman-Nya:
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.” (Q.S.Yaa-Siin: 77)
Allah SWT juga mengingatkan dengan tegas:
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu; Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-An’am: 165)
Syaikh Fathurrahman berkata: “Andai saja setiap orang ingat bahwa ia diciptakan dari setetes air hina yang berasal dari tanah; dan akan dikembalikan ke dalam tanah dalam keadaan terhina; Maka pasti tak satupun yang berani menyombongkan diri dan bangga dengan apa yang mereka miliki.”
Sementara itu Syaikhul Islam Abu Hafsyin Syarik Al-Kufi berkata: “Janganlah menyombongkan diri, sebab engkau diciptakan Allah dari sesuatu yang memancar dari lubang kecing dan keluar dari perut ibumu juga dari lubang kencing; dan setelah mati akan jadi santapan cacing.”
Mengingat berbahayanya sifat sombong ini bagi kehidupan kita; baik di dunia dan di akhirat kelak; baik dalam hubungan kita dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia, maka marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan sifat sombong tersebut; baik yang lahiriah maupun yang tersembunyi. Hal ini telah pula diperingatkan oleh Rasulullah SAW, bahwa dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman:
“Kemuliaan itu adalah pakaian-Ku dan kesombongan itu adalah selendang-Ku, maka siapa saja yang menyaingi Aku dalam salah satunya, tentulah Aku akan menyiksanya.” (H.Q. Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a)
Sedangkan melalui firman-Nya di dalam Al-Quran, Allah SWT dengan tegas memberi peringatan:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisaa’: 36)
Mudah-mudahan tulisan ini ber-manfaat bagi kita semua. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 27 Muharram 1433 H / 23 Desember 2011
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment