Friday 27 April 2012

BELIAU TELAH TIADA…


Di sebuah sudut kota Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang selalu mangkal. Setiap kali dan setiap hari si Yahudi buta tersebut selalu berkata kepada orang mendekatinya: “Wahai saudaraku, jangan engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai rasul Allah itu. Dia sebenarnya adalah orang gila, pembohong, dan tukang sihir. Jika kalian mendekatinya, maka tentulah dia akan mempengaruhimu.”

Akan tetapi walaupun sebegitu busuknya hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Dan hal ini beliau lakukan sampai saat-saat mendekati wafatnya.

Suatu ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisyah, beliau bertanya: “'Wahai anakku, adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan?” 

Lalu Aisyah menjawab:  “Wahai ayah, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah yang belum Ayah lakukan, kecuali setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”

Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar menyuapkan makanan yang dibawanya kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis marah sambil berteriak: “Siapa kamu?”   Abu Bakar menjawab: “Aku orang yang biasa.”  Pengemis itu membantah dengan nada gusar: “Engkau bukan orang yang biasa datang. Apabila orang itu datang, tanganku tidak akan susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya kepadaku.”

Abu Bakar tidak dapat lagi  menahan air matanya. Sambil menangis Abu Bakar  berkata: “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Beliau, hamba Allah yang sangat  mulia itu telah tiada. Beliau  adalah Muhammad Rasulullah SAW, yang selama ini selalu engkau caci maki.”

Seketika itu juga setelah pengemis Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata: “Benarkah demikian?  Wahai.., selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, bahkan mengunyahkan makanan itu untukku. Wahai.. betapa mulianya dia.  Lalu siapakah anda yang mencoba-coba untuk menggantikan dirinya.”

Begitu selesai Abu Bakar menjelaskan siapa dirinya, si pengemis Yahudi buta itu lalu masuk dan menyatakan keislamannya di  hadapan Abu Bakar.

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya, bahwa Rasulullah SAW adalah suri teladan yang memilili pribadi dan akhlak yang sangat agung:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Kebaikan dan  ketinggian akhlaknya tidak terbendung oleh bagaimana hebatnya kebencian dan cercaan yang ditujukan kepada beliau. Bahkan, beda keyakinan yang notabene merupakan hal yang paling esensial, menjadi lebur di hadapan keluhuran hatinya.  Dan inilah sebuah cermin dan teladan yang sangat dibutuhkan ketika kita membutuhkan saling pengertian, toleransi, dan objektifitas dalam hidup keberagaman yang kita miliki di negeri yang kita cintai ini. Wallahua’lam.
(Disadur dan diedit kembali dari Qishahul Abrar)

Bagansiapiapi,  28 Jumadil Awal 1433 H / 20 April 2012
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.