oleh:
KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Setiap orang yang beriman tentu saja kita tidak mau
disebut dirinya sebagai orang yang tidak mencintai Allah SWT. Sebab
sejahat-jahat dan sefasik-fasiknya kelakuan, orang yang mengaku dirinya muslim
atau beragama Islam pasti akan marah besar jika dirinya disebut sebagai orang
yang tidak mencintai Allah. Bahkan jika ada orang atau kelompok yang menghina
atau menistai kehormatan Allah, tentulah dirinya akan marah besar dan akan siap
berkorban membela kehormatan Allah dan agama yang ia yakini. Akan tetapi
seberapa besarkah “cinta” kita kepada Allah ?
Selanjutnya dengan memperhatikan penjelasan
Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW; Syaikh Abdullah Al-Ghazali menetapkan
beberapa kriteria atau beberapa tanda untuk mengukur sebesar dan setulus apakah
cinta kita kepada Allah:
PERTAMA: Tanda pertama orang
yang mecintai Allah adalah, bahwa ia selalu merasa rindu untuk bertemu dengan
Allah. Hal ini tersirat dalama salah satu hadis Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang merindukan bertemu dengan Allah,
maka Allah pun merindukan bertemu dengannya.” (HR. Imam
Ahmad; At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)
KEDUA: Selalu ingin mendekat kepada
Allah dengan mengerjakan apa yang diperintahkan termasuk yang disunnahkan
sebagaimana yang disebutkan dalam hadis qudsi: “Telah bersabda Rasulullah
SAW: “Bahwa Allah SWT berfirman: “Tidaklah seorang hamba mendekatkan dirinya
kepada-Ku dengan melaksanakan apa yang difardhukan kepadanya; melainkan ia juga
melaksanakan hal-hal yang disunnahkan, sehingga cintalah Aku
kepadanya.” (HQR. Ibnu As-Suuni dari Maimunah r.a)
KETIGA: Selalu
ingat dan menyebut nama Allah sebagai “sang kekasih” yang sangat
dicintainya sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah
(berzikirlah) dengan menyebut nama Allah, dengan zikir yang
sebanyak-banyaknya.” (Q.S.
Al-Ahzab: 41)
KE-EMPAT:
Selalu bergetar hatinya jika mendengar nama “sang kekasih”
disebutkan orang: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Allah-lah mereka bertawakkal.” (Q.S. Al-Anfaal: 2)
KELIMA: Menomor satukan kedudukan Allah di atas segala-galanya sebagai-mana
firman-Nya: “Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluar-gamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.” (Q.S. At-Taubah: 24)
KE-ENAM: Tetap bersabar dan melaksanakan apa yang diperintahkan, walau dalam
keadaan bagaimanapun juga sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT yang
dicintainya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
ber-takwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 200)
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu; Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S.
Al-Baqarah: 153)
KETUJUH: Mencintai
Rasulullah SAW dan mengikuti sunnah-sunnah beliau sebagaimana yang
diperintahkan Allah SWT: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran: 31)
KEDELAPAN: Selalu
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT: “Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S. Ali Imran: 135)
KESEMBILAN: Selalu
menjaga hubungan silaturahmi dan saling mencintai antar sesama karena Allah SWT
sebagaimana firman Allah di dalam beberapa hadis qudsi: “Aku ar-Rahman,
telah Kuciptakan ar-Rahim dan Ku-petikkan baginya nama dari nama-Ku.
Barangsiapa yang menghubungkannya, niscaya Aku menghubunginya dengan rahmat-Ku.
Dan barangsiapa yang memutuskannya, niscaya Aku memutuskan hubungan dengannya.
Dan barangsiapa yang mengokohkannya, niscaya Aku mengokohkan hubungan-Ku
dengannya. Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaa-Ku.” (HQR. Bukhari;
Imam Ahmad; Abu Dawud dll dari Ibnu ‘Auf r.a)
“Cinta kasih-Ku layak diperoleh oleh orang yang berkasih saying karena
Aku. Akan Ku-naungi mereka di bawah naungan Arsy pada hari kiamat, dimana tiada
naungan selain dari naungan-Ku.” (HQR. Ibnu Abid Dunya dari Ubadah bin As-Shamit
r.a)
Mudah-mudahan
dengan “sembilan indikasi cinta” di atas, kita bisa mengukur seberapa
besar dan tulusnya “cinta” kita kepada Allah, terutama dalam hal untuk mengukur sampai sejauh mana keta'atan kita pada apa yang diperintakan dan
yang dilarang-Nya. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 18
Jumadi Awal 1433 H / 10 April 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment