Friday 27 July 2012

PUASA BUKAN TANDA TAKWA ?


oleh: KH. BACHTIAR AHMAD
========================
Allah telah mewajibkan orang-orang yang beriman untuk berpuasa (di bulan Ramadhan) dengan tujuan agar mereka menjadi hamba yang bertakwa. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana di-wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183)

Padahal kalau kita simak secara seksama keterangan Al-Quran, maka tidak ada satupun ayat yang secara tegas menyatakan; bahwa berpuasa itu adalah salah satu perbuatan yang dijadikan Allah sebagai salah satu tanda dari orang-orang yang bertakwa. Hal ini dapat kita cermati dalam beberapa ayat berikut ini:

“Alif laam miim. /  Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa. / (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang men-dirikan shalat, dan menafkahkan sebaha-gian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. /  Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan ke-padamu  dan kitab-kitab yang telah diturun-kan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
(Q.S.Al-Baqarah:1-4)

Atau dalam ayat yang lain Allah SWT menerangkan:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke Timur atau ke Barat itu suatu kebaktian; Akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah; hari kemudian; malaikat-malaikat; kitab-kitab; nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya; anak-anak yatim; orang-orang miskin; musafir yang memerlukan pertolongan; dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat; dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan; penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar imannya dan mereka itulah orang yang bertakwa.”  (Q.S.Al-Baqarah: 177)

Sekarang pertanyaannya ialah; Kalaulah “berpuasa” itu bukan merupakan bagian dari tanda-tanda orang yang bertakwa; Lalu mengapa Allah SWT memerintahkan dan mewajibkan orang-orang yang beriman untuk berpuasa agar mereka menjadi orang yang bertakwa ?

Menurut Syaikh Abdullah Al-Ghazali;  Allah SWT  memang tidak menyebutkan secara tegas bahwa puasa adalah salah satu ibadahnya orang yang bertakwa. Sebab pada hakikatnya fungsi utama puasa adalah bertujuan untuk membina dan mendidik orang-orang yang beriman menjadi (lebih) bertakwa dengan segala macam aktifitas amal ibadah yang dilakukannya pada sa’at melaksanakan puasa yang diwajibkan tersebut.

Kata Al-Ghazali, dari hikmah yang tersembunyi di balik perintah kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan tersebut, maka paling tidak ada 3(dua) fungsi utama puasa yang dapat mengarahkan dan sekaligus mendidik seseorang untuk menjadi orang yang bertakwa.

Yang pertama: Adalah yang berkaitan dengan keberkahan Ramadhan sebagai bulan dimana puasa itu diwajibkan; Bulan dimana Allah melipat gandakan pahala segala macam kebajikan yang dilakukan; bahkan tidurpun dinilai sebagai suatu ibadah.
Abdullah Al-Ghazali menyebutkan, bahwa  dengan adanya keberkahan yang dilimpahkan Allah di bulan Ramadhan, maka nyaris segala macam aktifitas amaliah dan ibadah yang disebutkan Allah sebagai  tanda-tanda atau bagian dari sifat-sifat orang yang bertakwa; mulai dari sholat yang diwajibkan sampai kepada yang disunatkan; berinfaq dan bersedekah; membayar zakat yang dalam hal ini minimalnya adalah zakat fitrah serta amal shalih lainnya, mengalami peningkatan. Bagi dari segi kualitas maupun kwantitasnya. Bahkan dengan segala macam berkah dan keutamaan yang Allah limpahkan di dalam bulan Ramadhan tersebut, adakalanya seorang yang tadinya malas sholat, menjadi rajin sholatnya; Yang malas berjama’ah menjadi suka sholat berjama’ah, minimal untuk sholat tarawih dan witir; Seseorang yang tadinya memiliki sifat pelit atau kikir, di dalam bulan Ramadhan bisa berubah menjadi orang yang pemurah. Begitu juga dengan kondisi-kondisi buruk lainnya yang ada di dalam diri seseorang, maka acapkali kita lihat terjadi perubahan yang besar ketika ia berada dalam bulan Ramadhan. Artinya akhlaknya yang buruk bisa berubah menjadi baik dan menyenangkan semua orang.
Dan jika semua aktifitas itu dilakukan dengan ikhlas atau karena Allah semata, maka tentulah para pelakuka dapat disebut sebagai orang yang bertakwa, kendati nilai dan kesempurnaannya berbeda-benda menurut apa yang mereka kerjakan.
Faktor  kedua yang menyebabkan tingginya nilai puasa dalam membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT, dijelaskan oleh Syaikh Abdullah Al-Ghazali:

“Bahwa tantangan yang paling besar bagi manusia untuk tunduk dan menyembah kepada Allah SWT ada di dalam dirinya sendiri, yakni hawa nafsunya. Sedangkan hawa nafsu yang ada di dalam diri manusia adalah merupakan wasilah atau jalan yang paling utama bagi syaitan untuk menjadikan manusia durhaka kepada manusia sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam firman Allah SWT:

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati oleh Tuhan-ku.”  (QS.Yusuf: 53)

Dan salah satu cara yang paling efektif untuk menundukkan atau mengendalikan hawa nafsu tersebut ialah dengan cara berpuasa. Sebab puasa itu adalah merupakan suatu perkara yang paling dibenci oleh utama musuh Allah  SWT, yakni syaitan yang terlaknat.

Syaikh Abdullah Al-Ghazali menjelaskan, bahwa makan dan minum yang dilakukan seseorang secara berlebih-lebihan dapat menjadikan aliran darahnya semakin lancar dan kuat, sehingga dengan demikian akan semakin kokoh dan kuat pula kedudukan syaitan yang ada di dalam tubuh seseorang. Sebab sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa syaitan itu berjalan di dalam diri anak Adam di tempat dimana darahnya mengalir:

Dari Shafiah binti Huyai, istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya setan itu berjalan pada anak Adam di tempat aliran darah." (HR. Bukhari)

Jadi dengan demikian,  upaya pengendalian makan dan minum melalui puasa yang diperintahkan adalah merupakan salah satu usaha untuk menindas meningkatnya pergerakan dan aktifitas syaitan untuk menguasai hawa nafsu seseorang. Dan kondisi yang demikian ini juga diperingatkan Allah dengan firman-Nya:

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raaf: 31)

Demikianlah inilah beberapa penjelasan tentang keutamaan puasa dalam membentuk pribadi-pribadi orang beriman untuk menjadi orang yang bertakwa sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.

Mudah-mudahan dengan memahami kondisi-kondisi yang demikian itu, kita semua benar-benar dapat memanfaatkan momentum Ramadhan tahun ini untuk benar-benar melaksanakan puasa sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya; sehingga walaupun tidak dapat mencapai takwa dengan seratus persen nilai kesempurnaannya, maka paling tidak nilai takwa yang kita miliki benar-benar berubah dan mengalami peningkatan dari tahun-tahun yang lalu. Sebab bagaimanapun juga, kita semua tak dapat menduga dan mengira; Apakah tahun depan kita masih sempat bertemu dengan Ramadhan lagi atau tidak.  Wallahu’alam

Batam, 8 Ramadhan 1432 H / 8 Agustus 2011
KH. BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.