Thursday 16 August 2012

SELAMAT JALAN RAMADHAN


 
oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Ramadhan yang saat ini tengah kita jalani akan berakhir. Dan ketika Ramadhan usai tentu ada yang menarik nafas lega, lantaran tidak lagi merasa terbebani  dengan aturan agama yang mengikat aktifitas mereka sehari-hari. Sementara disisi lain orang-orang yang benar beriman dengan ikhlas kepada Allah akan merasa sedih, lantaran harus berpisah dengan “bulan kemuliaan” yang sarat dengan rahmat dan berkah Allah tersebut. Mereka khawatir, jangan-jangan tahun yang akan datang mereka tak lagi dapat bertemu dengan Ramadhan.

Akan tetapi lepas dari kondisi suka atau tidak suka berpisah dengan Ramadhan tahun ini, maka ada satu hal yang patut kita renungkan dan pertanyakan kepada diri sendiri; Sudahkah kita berhasil mencapai tujuan Ramadhan sebagai-mana yang diinginkan Allah untuk diri kita sendiri, yakni menjadi orang yang bertakwa. “Takwa” dalam arti yang utuh; Baik hablumminalaah maupun hablumminannas-nya. Atau sekurang-kurangnya ada perubahan yang cukup mendasar dari sikap dan prilaku  sebelum kita menjalani aktifitas Ramadhan tahun ini, lahiriah maupun bathiniah. Sebab sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis beliau, bahwa adakalanya (puasa) Ramadhan yang dilaksanakan seseorang tidak akan memberikan nilai tambah baginya, selain daripada menahan haus dan lapar berkepanjangan.

Masalah lain yang patut kita renungkan dan sikapi seusai Ramadhan adalah, agar kita tidak lagi membiarkan diri kita terjebak dalam perangkap nafsu yang tentunya lebih cenderung untuk melakukan kejahatan sebagaimana  yang di-ingatkan Allah SWT melalui pernyataan Nabi Yusuf a.s:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yusuf: 53)

Sebab bagaimanapun juga tentu telah kita ketahui bersama, bahwa salah satu tujuan utama dari pelaksanaan kewajiban ibadah puasa Ramadhan adalah dalam rangka pengendalian hawa nafsu yang kita miliki. Bahkan untuk hal yang demikian itu, suka tidak suka kita harus menahan diri dari segala sesuatu yang halal dan yang dibolehkan. Jadi apabila seusai Ramadhan ini kita kembali mengumbar nafsu dan melakukan sesuatu  secara berlebih-lebihan, sekalipun hal itu tidak dilarang oleh agama, maka tentu saja upaya dan pembelajaran yang kita laksanakan selama Ramadhan akan menjadi sia-sia.

Adapun pengendalian nafsu tidak hanya atas hal-hal yang bersifat material, akan tetapi mencakup sifat dan sikap hidup yang berkaitan dengan semua aspek “akhlaqul karimah” yang telah kita amalkan selama bulan Ramadhan.

Mulut atau lidah, mata dan telinga yang selama Ramadhan dijaga kesuciannya, maka harus lebih dijaga dan diwaspadai dari hal-hal yang dilarang Allah di bulan-bulan berikutnya. Sebab tantangan yang akan dihadapi akan jauh lebih besar, lantaran kita tidak  lagi terikat pada kaidah-kaidah puasa sebagaimana halnya di bulan Ramadhan. Dan satu hal yang patut diingat adalah, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Israa’: 36)

Oleh sebab itu tatkala Ramadhan tahun ini usai, maka tentu saja kita tidak lagi boleh lalai dan kembali terjebak dalam hal-hal yang dapat mengurangi nilai tambah yang telah kita peroleh melalui ibadah-ibadah Ramadhan yang kita lalui. Janganlah menodai “fitrah diri” yang insya Allah telah kita kembalikan kesuciannya  yang telah Allah karuniakan kepada kita melalui berkah dan rahmat Ramadhan.
               
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.”  (Q.S. Asy-Syams: 9-10)

Mudah-mudahan kita tetap menjadi orang yang beruntung dengan ketakwaan yang ada sekalipun Ramadhan telah meninggalkan kita. Selamat jalan Ramadhan.  Wallahua’lam.

Jakarta, 28 Ramadhan 1433 H / 16 Agustus 2012.
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.