Friday 21 September 2012

KETIKA.............



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
“Ketika” kita kehilangan sesuatu yang kita sayangi dan cintai, bumi yang kita pijak dan langit yang menaungi kita seakan-akan menjadi runtuh; “Ketika” itu barulah kita teringat kepada-Nya; Allah; Tuhan kita Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

“Ketika” harta benda yang kita miliki hilang dan atau dicuri orang, maka seluruh semangat dan jiwa yang kita miliki seakan-akan ikut hilang; “Ketika” itulah kita baru ingat dan mengadukan kemalangan yang kita kepada-Nya; Allah; Tuhan kita Yang Maha Rahmah lagi Maha Pemurah.

“Ketika” kita disakiti; “Ketika” itu juga kita kehilangan kesabaran dan dengan mudahnya kita membalas seraya  melemparkan caci maki; umpatan atau kata-kata kotor lainnya; bahkan terkadang kita menuduh Tuhan kita; Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Sabar; tidak adil dan telah menghinakan diri kita. Akan tetapi sebaliknya “ketika” kita mendapat pujian dan penghormatan; “Ketika” itu pula kita menjadi besar kepala; sombong dan merasa diri kita hebat dari yang lain; lupa mengucapkan “Alhamdulillah” atau kalimat puji syukur lainnya kepada Tuhan kita; Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung dan Perkasa.
               
“Ketika” kita tidak di undang untuk menghadiri sebuah jamuan yang kita anggap penuh gengsi dan kehormatan; “Ketika” itu pula kita merasa dilecehkan; sakit hati dan kecewa karena sudah tidak lagi dihormati dan diperhatikan. Padahal “ketika” kita diundang oleh Tuhan kita; Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Kaya melalui seruan “muadzin” untuk datang menghadiri “jamuan Allah” di masjid atau di musholla yang ada di sekitar kita; “Ketika” itu pula kita menjadi tuli; tidak mendengar dan tidak menjawab undangan tersebut; dan “ketika” itu sedikitpun hati kita tidak tersentuh dan tergerak untuk memenuhi dan menghadiri jamuan Allah; Tuhan kita  Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar.

“Ketika” kita mulai sholat dan  berdiri di hadapan-Nya; “ketika” takbir mulai kita  lafazkan; “Ketika” kita pula banyak persoalan dunia yang memalingkan kita dari-Nya; Allah; Tuhan kita Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Padahal ketika itu bibir kita baru saja mengucapkan: “Allah Maha Besar (dari segala-galanya)”  
               
Ketika ini dan ketika itu yang lainnya terjadi pada diri kita; Apakah “ketika” itu kita pernah bertanya pada hati nurani; Sebenarnya ada apa dengan kita; dan apakah  kita masih pantas kita disebut sebagai “hamba-Nya”.

Bagansiapiapi, 05 Dzulqaidah 1433 H / 21 September 2012.
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.