Friday 7 June 2013

MASJID OH MASJID



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Di penghujung Rajab seperti sekarang ini, di banyak tempat dinegeri ini; Kaum muslimin sibuk dan disibukkan dengan kegiatan memperingati peristiwa “Isra’ dan Mi’raj” nya Rasulullah SAW  sebagai salah satu cara untuk mensyi’arkan Islam  dan sekaligus sebagai salah satu upaya guna meningkatkan keimanan dan keta’atan umat kepada Allah SWT.

Banyak hal yang bisa digali dan dipelajari dari peristiwa tersebut, namun pada kesempatan ini saya ingin sedikit mengulas masalah “Masjid” sebagai titik awal Isra’ dan Mi’raj-nya Rasulullah SAW sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam firman Allah SWT:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjid(il) Haram ke Al Masjid(il) Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra’: 1)

Dan “Masjid” itu sendiri erat kaitannya dengan perintah “Sholat” yang diterima oleh Rasulullah SAW dari Allah SWT  dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj tersebut.


Masjid adalah salah satu simbol umat (Islam). Artinya adalah, bahwa jika di suatu tempat ada Masjid, maka di daerah itu pasti ada kaum muslimin (umat Islam). Bahkan untuk yang satu ini, mereka berlomba-lomba dan berusaha untuk membangun Masjid (termasuk dalam hal ini adalah Masjid-Masjid kecil yang kita sebut sebagai Musholla/Surau/Langgar) dengan seindah dan semegah mungkin. Namun demikian, ada satu fenomena menarik yang patut jadi perhatian kita semua, yang berkaitan dengan perkembangan  pembangunan masjid di masa sekarang ini (khususnya di Indonesia).

Dalam hal ini jika pembangunan masjid tersebut  dijadikan sebagai tolok ukur akan  tingginya kesadaran; pemahaman dan pengamalan ajaran agama (dinegeri ini),  maka kita patut memberi acungan jempol dan mengatakan; Bahwa kaum muslimin di daerah tersebut  tampaknya  semakin sadar akan nilai-nilai ajaran agamanya. Akan tetapi jika diperhatikan dengan seksama, ternyata “Masjid” memang benar hanya dijadikan semacam simbol untuk menunjukkan bahwa disitu ada umat Islam. Sebab dalam kenyataannya, “Masjid” telah kehilangan fungsi utamanya; lantaran tidak lagi sepenuhnya dijadikan tempat ibadah; khususnya  sebagai tempat pelaksanaan “sholat”  5(lima) waktu secara berjama’ah.  

Sebagaimana yang dapat kita lihat secara nyata, bahwa setiap kali masuk waktu sholat banyak Masjid (juga Musholla) yang sepi dari “ahlus-sholat”. Bahkan kadang dalam waktu tertentu, yang berdiri sholat di dalamnya hanya beberapa orang. Sehingga dengan demikian benarlah apa yang telah diprediksi dan disabdakan Rasulullah SAW, bahwa:

Bakal datang suatu masa kepada ummatku, dimana mereka akan saling bermegah-megahan dalam membangun masjid, tapi tidak memakmurkannya (dengan ibadah kepada Allah) kecuali hanya sedikit.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Anas r.a)

Kondisi yang demikian ini, tidak hanya sebagai salah satu bentuk kelakuan kita yang mengabaikan perintah Allah SWT, tapi juga merupakan cerminan betapa rendahnya  kualitas dan kondisi “ke-imanan” kaum muslimin di tempat.  Sebab sesungguhnya Allah SWT telah berfirman:

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta tetap mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa dan siapapun) kecuali kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk kedalam golongan orang-orang yang senantiasa mendapat petunjuk (dari Allah).”  (Q.S. At-Taubah: 18)
                       
Berkaitan dengan firman Allah SWT tersebut, Al-Ghazali mengatakan; Bahwa hakikat  dari memakmurkan tersebut tidaklah hanya semata-mata membangun masjid yang megah, akan tetapi lebih dititik beratkan dari memanfaatkan masjid sebagai sarana dan prasarana syiar Islam; khususnya sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT; memupuk ukhuwah atau silaturahim antar sesama sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.

Dulu, pada zaman Rasulullah SAW masih hidup sampai beberapa abad berikutnya; para calon “penghuni surga”, yakni mereka yang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, sebelum “azan” diserukan selalu berlomba-lomba datang untuk memenuhi Masjid guna menunaikan sholat yang telah diwajibkan Allah SWT kepada mereka. Padahal di masa itu Masjid hanya dibangun dari tanah liat; batu-batu gunung dan pasir; batang kurma atau batang kayu lainnya; bertatapkan pelepah kurma atau yang sejenis dengan itu; di dalamnya tidak ada listrik yang menerangi; tidak ada alat pendingin ruangan; bahkan adakalanya mereka sujud ditanah tanpa alas ataupun karpet yang tebal.

Sebaliknya sekarang ini, ketika Masjid atau Musholla telah dibangun semegah dan seindah-indahnya dengan segala macam fasilitas yang ada di dalamnya, banyak orang-orang yang mengaku beriman meninggalkan dan mengabaikannya tanpa alasan dan uzur yang jelas. Bahkan ketika azan telah selesai dikumandangkan, banyak di antara mereka yang masih berleha-leha dan asyik dengan dunianya. Padahal pada sa’atnya nanti mereka ingin sekali menjadi “penghuni surga”.

Mudah-mudahan dengan hidayah dan inayah Allah SWT, kita tidak termasuk ke dalam golongan yang demikian itu. Wallahua’lam.

Jakarta, 28 Rajab 1434 H / 7 Juni 2013.
KH.BACHTIAR AHMAD TATOE.

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.