oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Rasanya tak ada seorangpun yang ingin berpisah dengan ahli keluarganya,
apalagi dengan isteri tercinta sebagaimana yang pernah kita ikrarkan waktu
asyik-asyiknya pacaran di masa muda dulu,
bahwa kita ingin selalu: “sehidup semati berdua”. Tak akan berpisah di dunia dan di akhirat kelak.
Bagi orang-orang yang beriman keinginan tersebut bukanlah
sesuatu yang mustahil. Sebab walaupun maut telah memisahkan mereka di dunia
ini, maka di akhirat kelak mereka insya Allah akan dapat berkumpul dan bersatu
lagi sebagaimana yang mereka dambakan. Karena hal
ini secara tersirat dan tersurat telah Allah jelaskan dengan firman-Nya: “Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan
istri-istri kamu akan digembirakan.” (Q.S.
Az-Zukhruf: 70)
Bahkan bukan hanya sebatas itu saja, sebab
apa yang dijanjikan Allah tidaklah hanya bagi suami isteri dan sebaliknya. Akan
tetapi meliputi seluruh keluarga; Entah itu anak; cucu; ayah; ibu dan yang lainnya, yang secara umum diterangkan Allah SWT dengan
firman-NYA: “Malaikat-malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat-malaikat yang
berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya (Allah SWT); dan mereka
beriman kepada-Nya, dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman dengan
mengucapkan do’a: “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti Engkau dan peliharalah mereka
dari siksaan neraka yang bernyala-nyala.// ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke
surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang saleh di
antara bapak-bapak mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. // dan peliharalah mereka dari balasan
kejahatan; dan orang-orang yang Engkau pelihara dari pembalasan kejahatan pada
hari itu, maka sesungguhnya Engkau telah anugerahkan rahmat kepadanya dan
itulah kemena-ngan yang besar.” (Q.S.Al-Mukmin: 7–9)
Berkaitan dengan
masalah terebut Syaikh Abdullah
Al-Ghazali menyatakan, bahwa syarat utama untuk dapat hidup bersama
keluarga yang kita cintai di akhirat kelak sebagaimana yang kita rasakan di
dunia ini adalah melaksanakan sepenuhnya perintah Allah SWT: “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; (sedangkan) penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar; yang
keras; yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 8)
Artinya adalah,
bahwa semua unsur yang ada di dalam sebuah keluarga; mulai dari yang tua sampai
kepada yang muda berkewajiban untuk saling ingat mengingatkan; nasihat
menasihati ahli keluarganya untuk “bertakwa”
kepada Allah SWT, dengan memperhatikan adab dan kedudukan mereka masing-masing di dalam
keluarga tersebut. Dan hal ini juga merupakan salah satu penjabaran dari
perintah Allah SWT sebagaimana yang difirmankan-NYA: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran; dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maa-idah: 2)
Syaikh Abdullah
Al-Ghazali juga menjelaskan,
bahwa melaksanakan amar ma’ruf dalam kehidupan keluarga (sendiri) memiliki
keutamaan tersendiri sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan firman-NYA: “Dan
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka (baik ketika hidup
maupun sesudah matinya), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka; tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Q.S. At-Thuur: 21)
Menurut “Al-Ghazali”
di antara keutamaan yang diberikan Allah SWT bagi orang-orang yang melaksanakan
amar ma’ruf nahi mungkar dalam keluarganya sendiri diterangkan dalam sebuah
hadis; Bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda: “Pada hari kiamat nanti, ketika seseo-rang masuk surga, ia lalu
menanyakan orang tua, isteri dan anak-anaknya. Lalu dikatakan kepadanya, bahwa
mereka-mereka itu tidak-lah mencapai derajat amal yang sama dengannya; Maka
setelah itu iapun lalu berdo’a kepada Allah: “Ya Rabbi, sesungguh-nya aku
beramal tidaklah hanya bagiku, tapi juga untuk mereka.” Kemudian datanglah perintah
Allah untuk menyusulkan ahli keluarganya ke dalam surga tersebut.” (HR.
At-Thabrani dan Ibnu Mardawaih r.a)
Mudah-mudahan kita
semua termasuk ke dalam golongan orang-orang beriman yang tetap disatukan dalam
kehidupan satu keluarga dunia dan akhirat. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 3
Ramadhan 1434 H / 12 Juli 2013
KH.Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment