Friday 2 May 2014

NASIHAT GURUKU (32): Antara yang Hak dan Batil



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================

Anakku,  dalam riwayat Ibnu Jabir yang bersumber dari  Ikrimah r.a diceritakan; Bahwa ; sekelompok orang-orang Yahudi yang telah masuk Islam yang dipimpin oleh Abdullah bin Salam datang menghadap Rasulullah SAW. Kepada Rasulullah SAW mereka  meminta agar diberikan keringanan untuk membaca kitab TAURAT setiap malam sebagai amalan tambahan. Mereka juga meminta di-izinkan untuk merayakan  hari Sabtu yang pada mulanya memang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai hari besarnya orang Yahudi. Akan tetapi permintaan para Yahudi tersebut ditolak secara tegas oleh Rasulullah SAW dengan turunnya wahyu Allah Ta’ala:

Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam Islam secara “kaffah”   (secara menyeluruh) dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang sangat nyata bagi mu. (Q.S. Al-Baqarah: 208)

Anakku, memang pada sebabnya perintah  Allah Ta’ala tersebut “diwahyukan” karena adanya permintaan orang-orang Yahudi tersebut. Akan tetapi pada hakikatnya perintah itu adalah ditujukan semata-mata kepada setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, agar mereka tidak mencampur adukkan perbuatan yang hak atau amal kebajikannya  dengan perkara yang batil, yang jelasd-jelas dilarang oleh Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya:
                  
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui. ” (Q.S. Al-Baqarah: 42)
Hal ini kusampaikan kepadamu, sebab pada kenyataannya di zaman sekarang ini banyak sekali orang-orang (yang mengaku) beriman, yang telah mencampur adukkan perbuatan yang hak dan yang batil tersebut tanpa merasa bersalah sedikitpun. Seakan-akan apa yang mereka lakukan itu benar adanya.
Anakku, sekarang ini banyak kita lihat banyak orang yang rajin sholat, berzakat, berpuasa, tidak hanya  yang wajib, tapi yang sunnahpun dia kerjakan; bahkan ada yang berkali-kali  melaksanakan ibadah haji dan umrah. Sementara  dari sisi lain orang juga  melihat dengan nyata kejahatan yang dia lakukan dengan menggunakan  kekuasaan; kepintaran dan kedudukan yang Allah anugerahkan kepadanya.

Oleh sebab itu anakku, hendaklah engkau selalu waspada dengan tipu daya dan langkah-langkah syaitan. Karena seseorang yang pada lahiriahnya beriman yang memandang baik perbuatan jahat mereka, pada hakikatnya mereka bukanlah orang yang beriman sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan Firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).” (Q.S. An-Naml: 4)

Anakku, memang ada dikatakan orang bahwa “air dan minyak” tidak akan bercampur. Akan tetapi ketika keduanya sudah berada dan bercampur dalam satu wadah, maka pastilah kedua-duanya tidak lagi dapat digunakan dengan baik dan sempurna. 

Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa membimbing kita dengan hidayah dan inayah-Nya dan menyelamatkan kita dari bujuk rayu syaitan yang terkutuk. Wallahua’lam.

Jakarta,  2 Rajab 1435 H / 2 Mei 2014.
KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.