Friday 19 December 2014

KURIKULUM POKOK



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Tadinya niat hati cuma mau singgah sekejap di kiosnya Bang Arsyad untuk mengisi bensin motor. Eh disana malah diajak berbual-bual oleh Pak Liyas, pensiunan guru SD yang sekarang sudah pindah profesi jadi  “petani sawit” di Sungai Nyamuk. Bual punya bual, akhirnya sanpai juga pada masalah kurikulum pendidikan yang saat ini tengah hangat-hangatnya dibincangkan orang banyak.

“Sebagai mantan guru saya selalu bingung menengok ulah para pemimpin sekarang ini pak Kelipah, nyaris setiap kali ganti kepemimpinan, setiap kali itu pula kurikulum pendidikan kita selalu diubah-ubah. Kalau begini caranya, bagaimana anak-anak bisa cepat pandainya. Baru nak lurus jalannya; eh malah disuruh belok atau balik lagi ke belakang. Belum lagi kalau ditengok dari sisi biaya yang harus ditanggung para orang tua; ganti kurikulum; ganti pula bukunya. Macam mana pula pendapat pak Kelipah?”, kata Pak Liyas kepada saya dengan gaya bahasanya yang khas Indo-Melayunya.

“Biarkan sajalah Pak, saya malas nak membahasnya. Bagi saya sekarang ini, sehebat atau secanggih apapun kurikulum pendidikan pemerintah untuk memajukan pendidikan duniawi bagi anak-anak kita tak ada masalah; silahkan saja dibuat. Yang penting itu buat kita adalah; bagaimana caranya kita mendidik dan mengajarkan anak-anak kita dengan “Kurikulum Pokok” yang ada. Bagaimana caranya agar mereka mau setiap hari mempelajari; menghafal dan sekaligus mengerjakan pe-er (pekerjaan rutin) dari kurikulum pokok tersebut.”, jawab saya kepada Pak Liyas.

Dengan nada sedikit heran Pak Liyas balik bertanya kepada saya: “Ha, apa pula kurikulum pokok tu pak Kelipah. Baru sekarang saya mendengarnya.”  

“Ah, masa bapak tak tahu atau lupa. Kurikulum Pokok yang saya maksudkan itu adalah, mata pelajaran yang hanya berkaitan dengan 6(enam) soal yang kelak akan ditanyakan malaikat Munkar dan Nakir kepada kita sesaat setelah kita ditanam atau dimasukkan orang ke dalam kubur. Sebab setinggi apapun sekolah kita di dunia ini; sebanyak atau sehebat apapun gelar pendidikan yang kita sandang di dunia ini; baik untuk yang sekolah maupun untuk yang tidak sekolah;   Bahkan untuk semua bangsa yang ada di dunia ini, maka hanya 6(enam) soal itulah yang kelak akan ditanyakan Munkar dan Nakir kepada kita. Sebab kata Rasulullah SAW, kalau lulus menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir itu, maka akan mudahlah bagi kita untuk menempuh jalan-jalan berikutnya. Jika tidak, jangan harap nak lancer perjalanan berikutnya. Macam mana pak, sudah paham apa yang saya maksudkan dengan Kurikulum Pokok tersebut.”, tanya saya kepada Pak Liyas usai menyampaikan “cerpen” alias ceramah pendek kepadanya.

“He..he..he.. pak Kelipah ni bisa-bisa saja nak menceramahi orang. Tapi memang betul apa yang tuan katakan tadi. Bahkan kalau kurikulum itu tidak hanya berlaku untuk anak-anak kita, malahan lebih penting dan utama lagi bagi kita yang tua-tua ini untuk menghapal dan mengerjakan pe-ernya. Sebab kalau dikaji dengan akal, kita-kita inilah yang lebih dekat ke pintu kubur dan yang paling diintai oleh Malaikat Maut.”, jawab Pak Liyas dengan sedikit terkekeh-kekeh mendengar cerpen saya tadi.

“Nah, itulah pak. Seperti yang sudah kita sering kita dengar setiap kali orang membaca “talqin” di kuburan, maka Munkar dan Nakir tidak akan bertanya kepada kita tentang mata pelajaran Geografi; Matematika; Bahasa Inggeris; Komputer; Geologi atau pelajara apapun namanya di dunia ini. Kita hanya diminta menjawab; Siapa Tuhan kita; Siapa Nabi kita; Apa Kitab yang jadi pedoman hidup kita; Kemana Kiblat kita; Apa agama kita dan Siapa yang menjadi saudara-saudara kita. Kalau ini terjawab dan dapat nilai 10(sepuluh) alamat selamatlah perjalanan kita selanjutnya. Kalau tidak tanggungkanlah dibadan segala macam azab; bak di kubur maupun di akhirat nanti. Betul tak pak Liyas?”

“Ha..ha..haa… macam kata Upin dan Ipin; betul..betul..betul….”, jawab pak Liyas sambil menyalami saya karena ingin segera pulang ke Sungai Nyamuk. Dan sayapun merasa agak lega, karena tak perlu berlama-lama melayani bual Pak Liyas. Sebab sajapun nak pergi ke Pajak Ikan Lama menjemput “bini” tercinta……….
Wallahua’lam bish-shawab.

Bagansiapiapi,  21 Safar 1436 H / 14 Desember 2014
KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.