Friday 12 December 2014

TUKANG SEMBUH



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================

Ini adalah salah satu “cerita”  yang masih tersisa ketika saya berada di RSJPD Harapan Kita Jakarta, di sela-sela waktu menunggu cucunda #Amzarul_Haqqy#  yang masih dirawat di ruangan ICU. Sebuah pembelajaran yang patut direnungkan, agar kita tidak terjebak dalam “kemusyrikan” lantaran lupa pada “kehendak dan kekuasaan” #ALLAH# atas segala makhluk dan ciptaan-NYA sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman-Nya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali ‘Imran: 189)”

Sebab terkadang ada di antara kita yang lupa, bahwa “kitalah” yang mampu melakukan segala sesuatunya lantaran “ilmu dan kepintaran” yang kita miliki. Kemampuan dan kehebatan kita atas sesuatu hal membuat kita “sombong” dan lupa diri; Kita lupa bahwa sesungguhnya tidak ada suatu kekuatan ataupun daya upaya yang mampu kita perbuat tanpa adanya #pertolongan_ALLAH#. Bahkan untuk berlaku ta’at dan beribadah sekalipun kita perlu pertolongan dan bantuan Allah. Oleh sebab itulah ketika diserukan azan “hayya ‘alash-sholah” kita menjawabnya dengan kalimat “hauqolah”: “Laa haula wa la wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim” (Tiada satupun daya upaya (kita) melaikan dengan bantuan/pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)……………………………

………Petang itu beberapa sa’at sebelum masuk waktu Maghrib, datang seorang laki-laki muda ke tempat kami berkumpul di salah satu sudut RSJPD Harapan Kita dan langsung menemui saya sembari berkata:

“Pak Kyai, mohon ma’af. Apa bapak bisa menyembuhkan orang yang kesurupan ?”

“Lho, emang ada apa ?”, saya balik bertanya kepada laki-laki tersebut.

“Itu pak, di lantai dua ada orang yang sudah sejak satu jam yang lalu kesurupan. Sudah diusahakan menyembuhkannya, tapi nggak bisa-bisa. Kalau bapak bisa menyembuhkannya  mohon pertolongannya.”, jawab laki-laki itu menerangkan maksudnya yang kemudian saya jawab:

“Ma’af nak, saya nggak bisa menyembuhkannya. Saya Cuma bisa membantu dan berusaha mengatasinya dengan berdo’a memohon pertolongan Allah. Mudah-mudahan Allah berkenan menyembuhkannya.”

Dengan nada yang sedikit kecewa laki-laki muda itu berkata:

“Oh, iya deh pak, kalau bapak nggak bisa nggak apa-apa.”, lalu berdiri dan langsung pergi begitu saja meninggalkan saya.  

Melihat keadaan itu saya hanya bisa beristighfar memohon ampunan Allah dan memaklumi kondisi laki-laki tersebut yang memang masih dalam keadaan panik menghadapi situasi dan kondisi yang sedang dialaminya. Sehingga ia lupa, bahwa sesungguhnya yang #Maha_Menyembuhkan# itu hanyalah #ALLAH#, sekalipun pada lahiriahnya yang mengobati itu adalah “dokter; dukun; tukang obat” dan atau apapun namanya. Karena sesungguhnya hal yang demikian itu sudah sangat jelas ditegaskan Allah di dalam Kitab-Nya melalui ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:

Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah // kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? // karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, // kecuali Tuhan semesta alam, // (yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dia-lah yang menunjuki aku,//  dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, // dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku, // dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).” (Q.S. Asy-Syara’: 75-81)

Bahkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis-salam yang mampu menyembuhkan orang sakit; orang yang buta;  Allah Ta’ala menegaskan:

“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan se-izin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Q.S. Al-Maidah: 110)

Begitu juga kepada Rasulullah SAW, Allah menegaskan bahwa kemenangan yang diperoleh kaum muslimin waktu Perang Badar, bukanlah kemenangan yang begitu saja mereka peroleh, melainkan #hanya# dengan bantuan dan pertolongan Allah semata sebagaimana Firman-Nya:

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Anfal: 17)

Mudah-mudahan kita akan selalu ingat pada kelemahan yang kita miliki dan sadar bahwa apa yang kita perbuat hanyalah sebagai #syarat# belaka, tanda keta’atan dan kepatuhan kita kepada Allah untuk mendapatkan ridho dan pertolongan-Nya.  Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 15 Safar 1436 H / 8 Desember 2014
KH.Bachtiar Ahmad.

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.