Saturday 6 December 2014

SA’AT YANG TEPAT UNTUK BERTAUBAT



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================

Suatu hari seorang laki-laki separuh baya datang berkunjung kepada Syaikh Abdulllah Al-Ghazali dan berkata: “Wahai Tuan Guru, sesungguhnya umurku sudah tidak muda lagi. Selama ini aku telah menghabiskan umurku dengan banyak melakukan perbuatan maksiat. Akan tetapi rasanya aku belum ingin berhenti untuk menikmati kesenangan dunia ini, kira-kira kapankan sa’atnya yang tepat bagiku untuk bertaubat kepada Allah.”

Mendengar ucapan laki-laki yang berterus terang dengan keadaannya itu, Syaikh Abdullah hanya tersenyum dan kemudian menjawab pertanyaan laki-laki tersebut dengan lemah lembut: “Wahai anakku, jika engkau ingin mengetahui kapan sa’at yang tepat untuk bertaubat ialah, manakala engkau telah tahu kapan dan dimana engkau akan mati.”

Untuk beberapa sa’at laki-laki itu terdiam. Kemudian berkata: “Tapi tuan guru, bukankah hal itu adalah rahasia Allah yang seorangpun tidak dapat mengetahuinya.”

Dengan arifnya Syaikh Abdullah berkata: “Anakku, disitulah letak masalahnya. Artinya adalah, oleh karena tak seorangpun tahu kapan; dimana dan bagaimana dirinya akan mati; Allah memerintahkan kita untuk segera bertaubat selagi nyawa masih ada di badan; sebelum ajal datang menjemput atau seperti pesan Rasulullah Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla itu menerima taubatnya seorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya, yakni ketika akan meninggal dunia.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar r.a). Kemudian Syaikh Abdullah membaca Firman Allah Ta’ala (yang artinya):

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera; maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. // Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati, sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami (Allah) sediakan siksa yang pedih.” (Q.S.An-Nisaa’: 17-18)

Mendengar itu serta merta laki-laki menangis sesunggukan di hadapan Syaikh Abdullah dan menyatakan dirinya bertaubat kepada Allah Ta’ala. Wallahua’lam.

Jakarta, 29 Muharram 1436 H/22 Nopember 2014
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.