KH. Bachtiar
Ahmad.
=================
Umar ibnu Aziz
r.a adalah salah seorang khalifah yang kedudukan nyaris disamakan dengan
“kakek”nya Umar bin Khattab r.a; sehingga dengan kesederhanaan dan kebijakannya
beliau disebut juga sebagai “khalifah ke V” setelah Abubakar; Umar; Utsman dan
Ali r.a.
Suatu hari Umar
ibnu Aziz r.a dikunjungi oleh seorang “ibu tua” yang bermaksud mengadukan halnya kepada sang
khalifah. Setelah diterima oleh isterinya, Umar datang menemui ibu tua tersebut
sambil membawa sendiri sedulang anggur sebagai hidangan. Kemudian sang khalifah
memilih buah-buah yang baik untuk disuguhkan kepada tamunya itu, sementara buah
yang agak busuk dimakannya sendiri bersama sang isteri. Dan betapa lapang dan
senangnya hati sang khalifah, karena setiap kali ia menyuguhkan anggur; didengarnya
ucapan “Alhamdulillah” dari mulut ibu
tua itu.
Beberapa saat kemudian
sang khalifah bertanya tentang apa keperluannya datang berkunjung, dan ibu tua pun
segera bertutur: “Wahai amirul mukminin, kedatanganku kemari adalah hendak
mengadukan kepadamu; Bahwa sesungguhnya
aku memiliki 5(lima) orang anak laki-laki yang sudah dewasa, yang sampai saat
ini satupun belum ada yang bekerja. Karenanya sudilah kiranya baginda membantu
mereka untuk mendapatkan pekerjaan.”
Demi mendengar itu berlinanglah air
mata sang khalifah. Dikutuknya dirinya karena sebagai pemimpin ia tidak tahu
bahwa, di antara rakyatnya masih ada yang tidak kebagian pekerjaan; Sementara
yang lain memiliki jabatan ganda. Setelah mendengar itu sang khalifah lalu
mengambil alat-alat tulis dan berkata
kepada perempuan itu: “Coba sebutkan nama anak ibu yang pertama.” Dan setelah
si ibu menyebutkan, maka Umarpun menuliskannya dan menyatakan kepada si ibu,
bahwa anaknya diberikan bantuan modal untuk berusaha. Dan demi mendengar itu si
ibu mengucapkan “Alhamdulillah.”
Begitulah seterusnya hingga pada anak
yang ke-empat, setiap kali dituliskan nama dan bantuannya, si ibu selalu
menyatakan rasa syukurnya kepada Allah dengan mengucapkan “Alhamdulillah”.
Pada giliran anaknya yang nomor lima,
saking girangnya si ibu mendengar jumlah bantuan yang diberikan sang khalifah,
ia lupa mengucapkan “hamdalah” dan berkata kepada sang khalifah: “Wahai tuan khalifah yang baik, terima kasih;
terima kasih atas bantuannya.”
Dan demi mendengar itu Umar terkesima
sesaat dan kemudian setelah menatap si ibu, sang khalifah lalu merobek
kertas yang ada di tangannya. Dan belum lagi hilang rasa heran si ibu melihat
sikap sang khalifah. Umar ibnu Aziz berkata:
“Sampai pada anak yang keempat ibu
selalu mengucapkan hamdalah, suatu pernyataan rasa syukur yang tepat, lantaran
Dia-lah Dzat yang sesungguhnya yang
berhak untuk itu, sebab pada hakikatnya Dialah yang berhak memberi dan
mengambil sesuatu dari kita. Dan segala pujian itu hanyalah untuk Allah. Sedangkan
saya hanyalah hamba yang digunakannya sebagai alat perantara. Jadi mengapa ibu berubah pikiran pada anak yang kelima tadi ?.”
Ibu tua itupun berkata: “Hamba tak bisa
mengatakan apa-apa wahai tuan, lantaran hamba merasa disenangkan oleh kebaikan
dan kedermawanan tuan.”
Lalu sang khalifah berkata kepada ibu
tua itu: “Wahai ibu tua, saya mohon maaf. Ucapan yang demikian tak layak ibu
sampaikan kepada saya. Sebab yang berhak dan yang wajib dipuji hanyalah Allah.
Sesungguhnya saya tidaklah berbeda dengan ibu, hanya saja saya sekarang diberi
amanah untuk saya jalankan. Didepan Allah mungkin saya lebih hina dari orang
lain, sebab hisab mereka yang ringan. Sementara sebagai pemimpin yang
menjalankan amanah hisab saya sangatlah berat sekali. Oleh sebab itu, maka
kewajiban saya hanyalah memberikan bantuan kepada empat orang anak ibu
terdahulu, karena mereka telah memperolehnya dari Allah ketika ibu menghaturkan
hamdalah sebagai pujian dan ungkapan syukur kepada Dia yang telah memberi.
Sedangkan untuk anak ibu yang kelima, ia belum mendapatkannya dari Yang Maha
Memberi.. Akan tetapi walaupun demikian, terimalah bantuan yang ada dan
bagikanlah secara adil kepada keluarga ibu.”
Setelah si ibu berlalu dari hadapannya,
sang khalifah bersujud memohon ampun kepada Rabb-nya; Allah SWT; kalau-kalau ia
telah berbuat tidak adil kepada rakyat yang dipimpinnya dan memohon ampun atas
kelancangan si ibu yang memujinya. Karena sesungguhnya segala puji dan yang
berhak dipuji hanyalah Allah SWT.
(diedit
dan disarikan dari berbagai sumber)
Bagansiapiapi, 25 Rabi’ul Awal 1431 H /
11 Maret 2010
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment