oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
====================
Siapapun
manusianya pastilah memiliki
harapan untuk meraih kenikmatan
dunia. Bahkan orang yang kita anggap
gila sekalipun harapan dan angan-angannya berbeda dengan orang yang waras. Sebab
adanya “harapan” atau “keinginan” untuk memperoleh segala
fasilitas kehidupan dunia dengan segala kenikmatannya yang mempesona dan yang
menggoda, memang diciptakan Allah di dalam diri manusia sebagai bagian dari
fitrah dirinya. Hal ini tersirat dalam firman Allah Ta’ala:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang di-ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali ‘Imraan:
14)
Bahkan
untuk mendukung manusia dalam hal usaha pencarian kenikmatan dan kebahagiaan
duniawi tersebut Allah mengajarkan kita do’a yang berkaitan dengan hal tersebut:
"Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka" (Q.S.Al-Baqarah: 201)
Akan
tetapi kendatipun demikian adanya, manusia tentunya tidak boleh lupa bahwa
hakikat atau tujuan pokok daripada penciptaan dan pemberian kenikmatan hidup
duniawi tersebut adalah semata-mata
sebagai salah satu alat untuk menguji mereka sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa
yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di
antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
(Q.S.Al-Kahfi: 7)
Sementara
Rasulullah SAW telah mengisyaratkannya dalam sebuah hadis:
“Sesunguhnya dunia ini manis dan hijau dan
sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah-Nya di dunia ini; Maka DIA akan melihat
apa yang kalian perbuat. Maka takutlah kepada dunia dan takutlah kepada wanita,
karena fitnah yang pertama kali pada Bani Israil adalah karena wanita.” (H.R.Muslim; At-Tirmidzi; Ibnu Majahdan Imam Ahmad dari
Abu Said Al-Khudri r.a)
Disamping
itu ada hal yang patut selalu di-ingat, bahwa manusia memiliki batas waku
kehidupan yang singkat. . Atau dengan kata lain mereka pasti akan mati
sebagaimana yang diperingatkan Allah Ta’ala:
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (Q.S. Ali ‘Imran:
185)
Oleh
sebab itu jika manusia memiliki harapan dan usaha untuk memperleh kenikmatan
hidup di dunia yang telah dijanjikan Allah untuknya, maka hal tersebut tidak
boleh melalaikannya dari kematian yang telah Allah janjikan untuknya. Dan satu
hal lagi yang patut di-ingat adalah; Bahwa sebanyak apapun “harapan” itu diwujudkan Allah dalam kehidupan dunia ini, maka
semuanya itu akan lenyap sebagaimana Firman-Nya:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa
yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. (Q.S.An-Nahl: 96)
Semoga
kita tidak terlena dengan harapan hidup yang mengantarkan kita pada “thulul ‘amal” atau “panjangnya angan-angan” yang mendatangkan rasa malas untuk beramal
ibadah; menunda-nunda waktu (untuk bertaubat dan berbuat baik); sangat
mencintai dunia dan lupa pada kematian yang akan datang menjemput di waktu dan
di tempat yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi,
25 Dzulhijjah 1436 H / 9 Oktober 2015
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment