oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Bahkan untuk hal itu Allah
mengajarkan kita untuk memohon dengan do’a yang baik sebagaimana Firman-Nya: “Wahai
Tuhan kami, berilah kepada kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka”(Q.S.Al-Baqarah: 201)
Namun demikian kita hendaklah
senantiasa waspada, bahwa mengejar dan mencari dunia yang kita dambakan itu
bisa jadi merupakan satu “siksaan” yang
Allah ujikan atau berikan kepada kita; yang membuat hidup tidak pernah nyaman;
tenteram dan bahagia, sekalipun harta benda berlimpah; Bahkan bisa-bisa kita mati dalam keadaan “kafir” sebagaimana yang ditegaskan Allah
di dalam Kitab-Nya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak
mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan memberikan harta
benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan
kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” ( Q.S. At-Taubah: 55 )
Dalam penjelasannya yang berkaitan
dengan ayat di atas, Syaikh Abdullah
Al-Ghazali menyatakan, bahwa
sesungguhnya dengan ayat 55 surah At-Taubah tersebut secara transparan Allah memberikan pelajaran dan peringatan-Nya
kepada kita: Bahwa hendaknya orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian tidak merasa tergoda atau iri hati dengan apa yang diberikan
Allah kepada orang lain dalam hal harta benda dunia termasuk anak-anak yang
mereka miliki. Sebab bagaimanapun juga Allah lebih mengetahui apa yang terbaik
buat hamba-Nya. Dan ini telah Allah terangkan dengan Firman-Nya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
itu amat baik bagimu; dan boleh jadi pula kamu menyukai seseuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S.
Al-Baqarah: 216)
Berkaitan dengan
“siksa dunia” yang dimaksudkan Allah dalam Surah At-Taubah ayat 55 di atas, dalam “Risalatu Fi Amradul Qulubi” Muhammad
ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan beberapa hal yang
akan dirasakan oleh para pencinta dan pemburu kenikmatan duniawi sebagai bentuk
siksaan atau musibah dunia yang Allah timpakan kepada mereka. Dan 3(tiga) di
antaranya akan terus menyiksa mereka sampai mati jika mereka tidak menyadari
kekeliruannya:
Pertama: Gelisah dan
takut yang berkepanjangan.
Para pemburu dan pencinta dunia akan selalu dilanda perasaan takut dan
gelisah yang tak berkesudahan. Hal ini disebabkan oleh perasaan khawatir dan
cemas terhadap apa yang sudah dimiliki, jangan-jangan semuanya itu akan hilang
atau lepas dari genggamannya. Mereka senantiasa dihantui oleh hal-hal yang bisa
merenggut harta benda yang mereka miliki seperti pencurian dan perampokan;
kebakaran; orang yang akan menipu mereka; bencana alam dan lain sebagainya. Dan
inilah salah satu bentuk ketakutan yang dimasukkan Allah ke dalam hati
orang-orang kafir sebagai siksaan untuk mereka di atas dunia sebagaimana yang
tersurat dan tersirat dalam Firman Allah: “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan
keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.” (Q.S. ‘Ali Imran: 151)
Kedua:
Kelelahan.
Siksa kedua yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah
penyakit kelelahan yang berkepanjangan, karena tak pernah cukup istirahat
akibat dari sikap yang terus mengejar segala sesuatu yang menjadi ambisinya.
Lantaran sibuk berusaha mencari mengejar dunia, mereka tak cukup tidur;
makan tidak teratur yang pada akhirnya akan membuat mereka jatuh sakit.
Ketiga:
Keserakahan yang tak akan pernah berakhir.
Hal ini disebabkan
oleh keadaan diri yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh.
Setiap kali mendapatkan sesuatu, maka ia ingin mendapatkan sesuatu yang lain. Bahkan
tak sedikit yang berangan-angan di luar batas kemampuannya. Sikap ini sangatlah
dicela oleh Rasulullah SAW, sebagaimana hadis beliau: “Seandainya
manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang
kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah
ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu
menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (H.R. Al-Bukhari dari Ibnu
Abbas r.a)
Selain
itu “Ibnul Qayyim” juga menyatakan,
bahwa pahitnya siksa dunia yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia
adalah laksana seorang pencinta yang rindu berat dengan kekasih idamannya. Akan
tetapi semakin kuat rindu dan ingin
berdekatan dengan sang kekasih, maka sang kekasih malah menjauh dan
meninggalkan dirinya. Sedangkan di sisi yang lain sang kekasih sesungguhnya
adalah seorang yang khianat, yang siap
memberikan cintanya kepada
siapa saja yang mendambakan cintanya.
Dikatakan
juga, bahwa pencinta dunia di-ibaratkan sebagai orang yang berhasil menyunting seorang kekasih yang
diidam-idamkan banyak orang. Akan tetapi sebenarnya ia menderita dan tersiksa
setelah menyunting dambaannya, karena begitu ia tahu kekasih yang dicintainya
juga berbagi cinta dengan orang lain, maka ketika ia ingin melepaskan sang kekasih dari kehidupannya,
dirinya merasa berat dan malu untuk menanggung cemoohan orang lain.
Apa
yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim tersebut
pastilah tak terelakkan oleh setiap pemburu dan pencinta dunia. Oleh sebab itulah kita wajib berhati-hati
dengan kenikmatan dan kesenangan dunia
yang kita inginkan. Hendaklah kita
selalu ingat, bahwa dunia ini memang kita perlukan, akan tetapi dunia bukanlah
tujuan yang hidup kita yang sesungguhnya melainkan akhirat. Dan oleh karena
itulah sebagaimana yang dikatakan Syaikh
Abdullah Al-Ghazali: Allah mendahulukan “negeri
akhirat” dari “dunia” di dalam
Firman-Nya (ayat 77 surah Al-Qashash), maksudnya adalah agar kita tidak lalai
dan tertipu oleh dunia yang memang Allah jadikan sebagai salah satu “tipuan” untuk menguji keimanan dan
ketakwaan para hamba-Nya, yang hal itu telah Allah jelaskan dengan Firman-Nya: “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras
dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid: 20)
Dampak lain dari keserakahan mereka terhadap dunia, para
pencinta dan pemburu kesenangan duniawi juga akan menjadi kikir dalam hal
bersedekah atau meng-infakkan harta mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah
dan Rasul-Nya. Hal ini terjadi karena mereka begitu mudah masuk dalam perangkan
“setan” yang menakut-nakuti mereka
dengan kemiskinan, jika mereka bersedekah atau ber-infak seperti yang dijelaskan Allah di dalam Kitab-Nya: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S.Al-Baqarah:
268)
Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah,
bahwa orang yang serakah dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi menjadi lebih
takut akan datangnya “malaikat maut”
yang akan memutuskan semua kenikmatan dan kesenangan duniawi yang mereka
miliki. Hal ini secara jelas Allah terangkan dengan Firman-Nya: “Dan sungguh kamu
akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia),
bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin
agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S.Al-Baqarah: 96)
Adapun perkara lain yang wajib menjadi
perhatian dan ingatan kita semua adalah:
Pertama, boleh
jadi ketika Allah memberikan banyak kenikmatan duniawi, kita tidak akan
mendapatkan apa-apa di akhirat nanti sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan
Firman-Nya: “Barang siapa yang menghendaki
keuntungan di akhirat akan Kami
tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di
dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagian pun di akhirat.” (Q.S. Asy-Syuura: 20)
Kedua, Allah
menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah semacam permainan dan senda
gurau belaka sebagaimana Firman-Nya: “Dan
tiadalah kehidupan dunia ini,
selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’aam: 32)
Oleh hal-hal
yang demikian itulah, maka sudah seharusnyalah kita tidak boleh
berlebih-lebihan dalam berusaha dan mengejar kesenangan duniawi yang kita
inginkan. Apalagi sampai melanggar rambu-rambu larangan Allah yang pada
akhirnya harta atau kesenangan dunia yang kita peroleh tidak memberi manfaat
apa-apa bagi kehidupan akhirat yang akan kita jalani selain dari menjadi beban
berat yang akan “siksa akhirat” untuk kita. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 2
Rajab 1439 H / 19 Maret 2018.
No comments:
Post a Comment