Friday 16 March 2018

SIKSA DUNIA



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
     Sesungguhnya  Allah   Yang Maha Pemurah tidak  pernah  melarang hamba-Nya  untuk  mencari kenikmatan dan kesenangan  dunia. Hal ini  jelas sekali  terlihat  dalam Firman Allah yang   memberi  motivasi hamba-Nya untuk mendapatkan “dunia” yang mereka idam-idamkan sebagaimana yang ditegaskan-Nya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang kain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah berbuat kerusakan di muka buni. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(Q.S.Al-Qashash: 77 )
             Bahkan untuk hal itu Allah mengajarkan kita untuk memohon dengan do’a yang baik sebagaimana Firman-Nya: “Wahai Tuhan kami, berilah kepada  kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka”(Q.S.Al-Baqarah: 201)
             Namun demikian kita hendaklah senantiasa waspada, bahwa mengejar dan mencari dunia yang kita dambakan itu bisa jadi merupakan satu “siksaan” yang Allah ujikan atau berikan kepada kita; yang membuat hidup tidak pernah nyaman; tenteram dan bahagia, sekalipun harta benda berlimpah; Bahkan bisa-bisa kita mati dalam keadaan “kafir” sebagaimana yang ditegaskan Allah di dalam Kitab-Nya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan memberikan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” ( Q.S. At-Taubah: 55 )

             Dalam penjelasannya yang berkaitan dengan ayat di atas, Syaikh Abdullah Al-Ghazali  menyatakan, bahwa sesungguhnya dengan ayat 55 surah At-Taubah tersebut secara transparan  Allah memberikan pelajaran dan peringatan-Nya kepada kita: Bahwa hendaknya orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian tidak merasa tergoda atau iri hati dengan apa yang diberikan Allah kepada orang lain dalam hal harta benda dunia termasuk anak-anak yang mereka miliki. Sebab bagaimanapun juga Allah lebih mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya. Dan ini telah Allah terangkan dengan Firman-Nya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu; dan boleh jadi pula kamu menyukai seseuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

             Berkaitan dengan “siksa dunia” yang dimaksudkan Allah dalam Surah At-Taubah ayat 55 di atas,  dalam Risalatu Fi Amradul Qulubi”   Muhammad  ibnul  Qayyim  Al-Jauziyah   menjelaskan beberapa hal yang akan dirasakan oleh para pencinta dan pemburu kenikmatan duniawi sebagai bentuk siksaan atau musibah dunia yang Allah timpakan kepada mereka. Dan 3(tiga) di antaranya akan terus menyiksa mereka sampai mati jika mereka tidak menyadari kekeliruannya:

             Pertama: Gelisah dan takut yang berkepanjangan.
             Para pemburu dan pencinta dunia akan selalu dilanda perasaan takut dan gelisah yang tak berkesudahan. Hal ini disebabkan oleh perasaan khawatir dan cemas terhadap apa yang sudah dimiliki, jangan-jangan semuanya itu akan hilang atau lepas dari genggamannya. Mereka senantiasa dihantui oleh hal-hal yang bisa merenggut harta benda yang mereka miliki seperti pencurian dan perampokan; kebakaran; orang yang akan menipu mereka; bencana alam dan lain sebagainya. Dan inilah salah satu bentuk ketakutan yang dimasukkan Allah ke dalam hati orang-orang kafir sebagai siksaan untuk mereka di atas dunia sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam Firman Allah: “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.” (Q.S. ‘Ali Imran: 151)

             Kedua: Kelelahan.
             Siksa kedua yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah penyakit kelelahan yang berkepanjangan, karena tak pernah cukup istirahat akibat dari sikap yang terus mengejar segala sesuatu yang menjadi ambisinya. Lantaran sibuk berusaha mencari mengejar dunia, mereka tak cukup tidur; makan tidak teratur yang pada akhirnya akan membuat mereka jatuh sakit.

             Ketiga: Keserakahan yang tak akan pernah berakhir.
             Hal ini disebabkan oleh keadaan diri yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh. Setiap kali mendapatkan sesuatu, maka ia ingin mendapatkan sesuatu yang lain. Bahkan tak sedikit yang berangan-angan di luar batas kemampuannya. Sikap ini sangatlah dicela oleh Rasulullah SAW, sebagaimana hadis beliau: Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (H.R. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas r.a)

             Selain itu “Ibnul Qayyim” juga menyatakan, bahwa pahitnya siksa dunia yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah laksana seorang pencinta yang rindu berat dengan kekasih idamannya. Akan tetapi semakin kuat rindu dan  ingin berdekatan dengan sang kekasih, maka sang kekasih malah menjauh dan meninggalkan dirinya. Sedangkan di sisi yang lain sang kekasih sesungguhnya adalah seorang yang khianat,  yang  siap  memberikan  cintanya  kepada  siapa  saja yang mendambakan cintanya.
             Dikatakan juga, bahwa pencinta dunia di-ibaratkan sebagai orang yang berhasil  menyunting seorang kekasih yang diidam-idamkan banyak orang. Akan tetapi sebenarnya ia menderita dan tersiksa setelah menyunting dambaannya, karena begitu ia tahu kekasih yang dicintainya juga berbagi cinta dengan orang lain, maka ketika ia ingin  melepaskan sang kekasih dari kehidupannya, dirinya merasa berat dan malu untuk menanggung cemoohan orang lain.

             Apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim tersebut  pastilah tak terelakkan oleh setiap  pemburu dan pencinta dunia.  Oleh sebab itulah kita wajib berhati-hati dengan  kenikmatan dan kesenangan dunia yang kita inginkan.  Hendaklah kita selalu ingat, bahwa dunia ini memang kita perlukan, akan tetapi dunia bukanlah tujuan yang hidup kita yang sesungguhnya melainkan akhirat. Dan oleh karena itulah sebagaimana yang dikatakan Syaikh Abdullah Al-Ghazali: Allah mendahulukan “negeri akhirat” dari “dunia” di dalam Firman-Nya (ayat 77 surah Al-Qashash), maksudnya adalah agar kita tidak lalai dan tertipu oleh dunia yang memang Allah jadikan sebagai salah satu “tipuan” untuk menguji keimanan dan ketakwaan para hamba-Nya, yang hal itu telah Allah jelaskan dengan Firman-Nya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.  Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid: 20)
            
             Dampak lain dari keserakahan mereka terhadap dunia, para pencinta dan pemburu kesenangan duniawi juga akan menjadi kikir dalam hal bersedekah atau meng-infakkan harta mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Hal ini terjadi karena mereka begitu mudah masuk dalam perangkan “setan” yang menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan, jika mereka bersedekah atau ber-infak seperti  yang dijelaskan Allah di dalam Kitab-Nya: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S.Al-Baqarah: 268)
Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah, bahwa orang yang serakah dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi menjadi lebih takut akan datangnya “malaikat maut” yang akan memutuskan semua kenikmatan dan kesenangan duniawi yang mereka miliki. Hal ini secara jelas Allah terangkan dengan Firman-Nya: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”        (Q.S.Al-Baqarah: 96)

             Adapun perkara lain yang wajib menjadi perhatian dan ingatan kita semua adalah:
             Pertama, boleh jadi ketika Allah memberikan banyak kenikmatan duniawi, kita tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat nanti sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan Firman-Nya: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” (Q.S. Asy-Syuura: 20)

             Kedua, Allah menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah semacam permainan dan senda gurau belaka sebagaimana Firman-Nya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’aam: 32)

             Oleh hal-hal yang demikian itulah, maka sudah seharusnyalah kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam berusaha dan mengejar kesenangan duniawi yang kita inginkan. Apalagi sampai melanggar rambu-rambu larangan Allah yang pada akhirnya harta atau kesenangan dunia yang kita peroleh tidak memberi manfaat apa-apa bagi kehidupan akhirat yang akan kita jalani selain dari menjadi beban berat yang akan “siksa akhirat” untuk kita. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 2 Rajab 1439 H / 19  Maret 2018.

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.