Oleh:
KH Bachtiar Ahmad
=====================
BELAJAR
DARI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ r.a (1)
Sejarah
mencatat, bahwa beberapa tahun setelah Muhammad
SAW dilantik sebagai Nabi dan Rasul Allah, sampai dengan diterimanya perintah
sholat sa’at beliau (Isra’ dan) Mi’raj ke hadapan Allah SWT, tidak ada perintah
tentang kewajiban amaliah lahiriah yang beliau terima dari Allah SWT untuk
disampaikan kepada orang-orang yang beriman. Selama masa itu inti dari dakwah
yang diserukan Muhammad SAW adalah; “Laa ilaha illallaah”; yakni menyeru
dan mengajak orang untuk beriman dan hanya menyembah kepada Allah; satu-satunya
Tuhan dan Pemilik alam semesta ini.
Dan
dalam masa-masa yang cukup panjang ini, Muhammad SAW benar-benar diuji Allah;
sebab yang hanya ada beberapa gelintir manusia yang benar-benar beriman dan
meyakini apa yang beliau sampaikan. Selebihnya beranggapan, bahwa Muhammad SAW
adalah orang yang sakit; gila; meracau tak tentu arah. Masa orang disuruh
percaya kepada sesuatu yang tak nampak; yang tak pernah dilihat dan yang
didengar suaranya. Tentang hal ini Al-Quran menjelaskan:
“Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al-Quran kepadanya,
Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. Mengapa kamu tidak mendatangkan
Malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?" (QS. Al-Hijr: 6-7)
Dan
keadaan ini benar-benar memuncak tatkala menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj
yang beliau alami; bahkan ada orang-orang yang tadinya sudah beriman kembali menjadi
murtad, lantaran beranggapan bahwa Muhammad SAW selama ini memang gila dan
makin menjadi-jadi gilanya dengan cerita yang tak masuk akal itu; Yakni cerita
tentang perjalanan malam hari yang dilakoni Muhammad SAW dari Makkah ke Baitul
Maqdis, lalu naik ke langit yang tinggi untuk berjumpa dengan Tuhan-nya dan
kembali lagi ke Makkah sebelum waktu subuh, yang hanya terjadi dalam bilangan
beberapa jam saja.
Walau
demikian, banyak sahabat yang tetap konsisten dengan keyakinan yang mereka
miliki sejak menjadi umat Muhammad SAW; Bahkan Tauhid yang mereka miliki
semakin kuat dan mantap dengan perilaku yang mereka tampakkan dalam kehidupan
mereka dimasa-masa berikutnya. Dan salah
satunya adalah Abdullah bin Abu Quhafah yang lebih popular dengan nama Abu
Bakar r.a.
Tatkala
disampaikan kepadanya bahwa Muhammad SAW sudah menjadi gila dan tengah sibuk di
masjid menceritakan perihal Isra’ dan
Mi’rajnya kepada orang ramai; Abu Bakar berujar: “Kalian dusta, Muhammad
tidak gila. Dan kalau itupun yang dikatakannya, maka tentulah ia mengatakan
yang sebenarnya. Sebab ketika dia mengatakan kepadaku, bahwa nyaris setiap saat
ia menerima berita dari Tuhan; dari langit ke bumi; baik siang maupun malam;
aku sudah mempercayainya. Maka tentulah hal semacam itu (Isra’ Mi’raj) tak lagi
perlu aku herankan.”
Lalu
Abu Bakar bersegera menjumpai sahabatnya; Muhammad SAW; yang saat itu tengah
memberikan gambaran tentang keadaan Baitul Maqdis. Dan lantaran Abu Bakar sudah
pernah berkunjung dan melihat sendiri Baitul Maqdis, iapun berkata kepada
Muhammad SAW: “Rasulullah, saya percaya pada apa yang engkau ceritakan dan
yang telah engkau alami.” Dan sejak itulah Rasulullah SAW menyebut dan
memanggil Abu Bakar dengan julukan “Ash-Shiddiq” sehingga sampai pada
masa kita sekarang ini.
Bukan
itu saja, sejak awalpun Abu Bakar sudah yakin seyakin-yakinnya pada agama
Tauhid yang didakwahkan Muhammad SAW kepadanya. Abu Bakar menerima ajakan
sahabatnya, Muhammad SAW, untuk masuk Islam dan mengikrarkan Laa ilaha
ilallah wa Muhammadur-rosullah tanpa ragu dan adanya pertimbangan apapun;
walau hanya sedikit. Dan hal ini secara tegas dijelaskan oleh Rasulullah SAW
dengan sabda beliau:
“Tak seorangpun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak
tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu; kecuali Abu Bakar bin Abu
Quhafah. Ia sedikitpun tidak menunggu-nunggu dan ragu ketika kusampaikan
(Islam) kepadanya.” (HR.
Ahmad; At-Tirmidzi r.a)
Sementara
kita saat ini yang sudah mengaku Islam dan beriman, adakalanya masih ragu
menerima sesuatu kenyataan yang sudah pasti ada dan terjadinya, yang menjadi
bagian dari Qudrat dan Irodat-nya Allah SWT. Keteguhan dan kokohnya
nilai-nilai tauhid yang dimiliki Abu Bakar As-Shiddiq r.a juga dapat kita simak
dan teladani dalam beberapa peristiwa
lainnya.
Ketika
Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar sedang berada di Sunh, sebuah kampung di
pinggiran kota Madinah di tempat salah seorang isterinya; tanpa ada tanya itu
dan ini, setelah mendapat kabar tentang wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar segera berangkat ke rumah Rasulullah SAW.
Padahal waktu sholat shubuh di Masjid (Nabawi) Abu Bakar masih bertemu dengan
Rasulullah SAW dan juga menjadi imam sholat atas perintah Rasulullah SAW.
Abu
Bakar sedikitpun tidak terkejut dengan berita wafatnya Rasulullah SAW, sebab
bagaimanapun juga hal itu adalah bagian dari kekuasaan dan kehendak Allah SWT
sebagaimana yang ditegaskan Allah di dalam Kitab-Nya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya); dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’: 35)
Dengan
langkah tegar Abu Bakar masuk ke rumah Aisyah (puterinya dan juga isteri
Rasulullah SAW), Abu Bakar membuka penutup wajah jenazah Rasulullah SAW, dan
setelah mencium wajah sahabatnya; menantunya dan Rasul Allah yang paling
dimuliakan oleh seisi alam semesta ini, Abu Bakar berkata: “Wahai
Rasulullah, alangkah sedapnya (harumnya) sewaktu engkau hidup; dan alangkah
sedapnya sewaktu engkau wafat.”
Setelah
itu Abu Bakar keluar menemui kaum muslimin yang sedang berkerumun melihat Umar
bin Khattab yang sedang berpidato, yang
mengatakan Rasulullah tidaklah wafat, melainkan hanya sejenak pergi bertemu
Allah sebagaimana halnya Musa a.s pergi ke Bukit Thursina menerima wahyu dari
Allah dan kembali lagi setelah 40 hari kemudian. Dalam keadaan Umar dan kaum
muslimin yang demikian itu, Abu Bakar berseru kepada mereka semua:
“Saudara-saudara, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sekarang
Muhammad sudah meninggal dunia. Akan tetapi barangsiapa yang meyembah Allah,
sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak akan pernah mati.” Lalu Abu Bakar membacakan firman Allah SWT:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia (Muhammad) wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran: 144)
Demi
mendengar suara lantang Abu Bakar tersebut semua orang terdiam; Umar yang tadi
kokoh dan bicara penuh semangat menjadi lunglai, rubuh dan pingsan beberapa
saat setelah benar-benar sadar bahwa Rasulullah SAW memang telah berpulang ke
rahmatullah.
Lihat
dan simaklah oleh kita, betapa tingginya nilai aqidah; nilai tauhid; nilai
keyakinan Abu Bakar terhadap kuasa dan kehendak Allah SWT. Padahal Muhammad SAW
adalah orang yang paling-paling beliau sayangi dan cintai melebihi kedua ibu
bapaknya. Lalu bagaimana dengan kita, jika mengalami hal semacam itu.
Jika
kita dihadapkan pada situasi semacam itu, maka tentulah sesaat kita menjadi
Umar bin Khattab, seakan tak percaya pada qudrat dan iradatnya Allah SWT.
Alih-alih atau bukannya kita segera mengucapkan istirja (innaa lillahi
wa innaa ilahi roji’un), malah yang ada kita guyon dengan orang menyampaikan
kabar kematian sahabat atau teman dekat kita tersebut. Terlebih-lebih lagi jika
teman kita yang meninggal dunia tersebut tidak dalam keadaan sakit, bahkan mungkin
beberapa jam sebelumnya masih sempat ngobrol dan minum kopi bersama. Dan bisa
saja kalimat pertama yang terlontar dari
mulut kita adalah semacam penafian atas kehendak Allah SWT: “Ah masa iya, baru
beberapa jam tadi kami sama-sama
berjama’ah di Masjid. Bahkan kami sempat ngopi bareng sebelum pisah ke rumah
masing-masing.”
Kisah
lain yang tak kalah menariknya yang dapat kita pelajari dari Abu Bakar
As-Shiddiq r.a, tentang nilai-nilai aqidah / tauhid adalah dalam masalah…. (insya
Allah akan dilanjutkan kemudian). Wallahua’lam
Bagansiapiapi,
26 Rajab 1432 H / 28 Juni 2011
KH BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment