oleh:
KH. BACHTIAR AHMAD
========================
BELAJAR
DARI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ r.a (2)
Begitu
besarnya nilai aqidah/tauhidnya Abu Bakar kepada Allah SWT, juga dapat kita
simak dan kita contoh tentang sikapnya terhadap kepemilikan dan cintanya kepada
harta benda.
Tatkala
Rasulullah SAW meminta kaum muslimin menginfaqkan harta mereka untuk membantu
perjuangan umat Islam (Fi Sabilillah), maka Abu Bakar serta merta menyerahkan
seluruh harta benda / kekayaan yang dimilikinya kepada Muhammad Rasulullah SAW.
Dan ketika Rasusullah SAW bertanya kepadanya:
“Wahai Abubakar, kau serahkan seluruh harta benda / kekayaan yang
engkau miliki untuk fi sabilillah, lalu apa yang engkau tinggalkan untuk
keluargamu.”
Abu
Bakar hanya menjawab singkat tapi benar-benar menunjukkan keteguhan aqidah dan
tauhid yang ada di dalam dadanya: “Allah dan Rasul-NYA.”
Menurut
Syaikh Abdullah Al-Ghazali, ucapan Abu Bakar itu dapatlah ditafsirkan dengan
pemahaman: “Harta benda dan kekayaanku tidak akan memberikan jaminan
kebahagiaan bagi ahli keluargaku, baik di dunia dan akhirat. Akan tetapi Allah
jualah yang memberikan jaminan yang pasti, selama mereka ta’at dan mencintai
Rasul-Nya (Muhammad SAW).” Dan ini sangat sejalan dengan apa yang menjadi
bagian do’a Ibrahim a.s sebagaimana yang suratkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an:
“(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh; dan jadikanlah aku
buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian; dan jadikanlah
aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan; dan
ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang
yang sesat; dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan;
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna; kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’araa: 83-89 )
Dalam
hal ini bisa jadi juga Abu Bakar sadar dan paham betul, bahwa salah satu faktor
yang bisa menghambat keta’atannya kepada Allah SWT adalah harta, sebagaimana yang
diperingatkan-Nya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka
itulah orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Munafiquun: 9)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu L\lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.Al-Hadiid: 20)
Sekarang
ukurlah dirimu; ukurlah diri kita dengan momentum yang satu ini; Bagaimanakah
sikap kita terhadap harta benda dan kekayaan yang kita miliki ; dan yang tak
pernah berhenti kita kejar sampai-sampai lupa ibadah dan kematian yang akan
menjemput?
Memang
benar, Abu Bakar pernah nyaris lemah dan kehilangan semangat dan nilai
aqidahnya menjadi kendur tatkala bersembunyi dengan Rasulullah SAW di gua Tsur,
sa’at mereka dikejar oleh kaum kafir Quraisy pada waktu hendak hijrah dari
Makkah ke Madinah. Tapi hal itu adalah sesuatu yang wajar, apalagi saat itu Abu
Bakar bersama dengan Rasulullah SAW. Sehingga ketakutannya bukanlah lantaran
dirinya sendiri, tapi melainkan karena Abu Bakar begitu mencintai Muhammad SAW
dan tak mau kehilangan “kekasih; sahabat” yang sangat-sangat dia cintai. Dan
juga sebagai salah satu cara bagi Allah untuk menambah wawasan keimanan dan
tauhidnya Abu Bakar melalui wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang
bersumber dari Abu Bakar
sendiri dikisahkan, bahwa ketika beberapa orang Quraisy mendekat ke mulut goa
Tsur, Abu Bakar berbisik kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, kalaulah
mereka menoleh ke tanah yang mereka injak, tentulah mereka melihat kita.” Rasulullah SAW lalu bersabda: “Hai Abu
Bakar, apakah engkau meragukan, bahwa disamping kita berdua ada Allah sebagai
fihak yang ketiga?.”
Episode
yang indah dan mendebarkan ini dipatrikan Allah dalam Al-Qur’an dengan
firman-Nya:
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah
telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya
(dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka
cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan
keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. dan
kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah; 40)
Masih
banyak catatan lain yang berkaitan dengan mantapnya nilai aqidah/tauhid
yang dimiliki oleh Abu Bakar dan sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang lain, yang
patut diunggah ke laman catatan ini. Tapi waktu dan ruang yang kita miliki
sangat terbatas. Oleh sebab itu, yang sebanyak ini; yang barangkali sudah membuat anda bosan
kiranya sudah dapat dipetik hikmah dan pelajarannya. Mudah-mudahan Allah
tambahkan hidayah dan inayah-NYA bagi kita semua, sehingga pada akhirnya kita
benar-benar memiliki nilai-nilai tauhid/aqidah yang bebas dari kemusyrikan; dan
senantiasa mendapatkan ampunan-Nya. Wallahua’lam
Bagansiapiapi,
29 Rajab 1432 H / 01 Juli 2011
KH BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment