oleh: KH. BACHTIAR AHMAD
========================
PUASA INDRAWI.
Kita tentu juga maklum, bahwa
dalam “puasa” juga diperintahkan untuk mengatur dan mengendalikan
nafsu melalui pemanfaatan indra tubuh yang ada, sebagaimana yang tersirat dan
tersurat dalam sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan dusta, dan perbuatan dusta dan jahil/bodoh, maka Allah
tidak butuh akan lapar dan dahaga (puasa) mereka.” (HR. Bukhari; Abu Dawud dari Abu
Hurairah r.a)
Dalam hadis yang lain dinyatakan
oleh Rasulullah SAW: “Jika kamu sedang berpuasa, maka jangan berkata
keji; jangan ribut (marah) dan jika ada orang yang memakimu atau yang
mengajakmu berkelahi, hendaklah dikatakan kepadanya “saya sedang berpuasa”. (HR. Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah r.a)
Dan tentu saja pengendalian
indrawi tubuh agar tidak terpengaruh oleh kejahatan nafsu juga berlaku pada
hari-hari yang lain. Tidak hanya hanya di bulan Ramadhan. Dan untuk hal ini
secara ringkas dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Yusron menjelaskan
sebagai berikut:
Yang Pertama:
Puasa menjaga Lidah / Pembicaraan.
Kewajiban menjaga lidah atau pembicaraan tidak
hanya selama bulan Ramadhan tatkala seseorang sedang berpuasa, tetapi kewajiban itu sebenarnya berlaku seumur
hidupnya, sebagai salah satu tanda bahwa ia adalah orang yang beriman
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka
hendaklah ia tidak mengganggu tetangganya; Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian, maka hendaklah ia menghormati tamunya; Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka hendaklah ia berkata yang
baik-baik atau lebih baik diam jika ia tak mampu melakukannya.” (HR.
Muttafaq ‘alaihi; Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a)
Dan kewajiban tersebut semakin dipertegas oleh Allah SWT
sebagaimana yang tersirat dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman; dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujuraat: 11)
Dan dalam ayat lainnya Allah
SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu
mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini
halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung.” (Q.S. An-Nahl: 116)
Yang kedua: Puasa menjaga Telinga
/ Pendengaran.
Kita tentu maklum bahwa “telinga” juga memiliki peranan yang sensitif
dalam membangkitkan nafsu jahat yang ada di dalam diri manusia. Oleh
sebab itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa memelihara telinga atau
pendengaran kita, agar tidak tidak mudah terpancing pada hal-hal yang buruk
akibat “salah mendengar”. Hal
ini dinyatakan Allah melalui firman-Nya:
“Dan apabila mereka
mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan
mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu,
kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang
jahil". (Q.S. Al-Qashash: 55)
Sedangkan dalam ayat lainnya
Allah SWT berfirman:
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu
orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka
sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata.”(QS. An-Nuur: 12)
Yang ketiga: Puasa menjaga Mata /
Penglihatan.
Dari sekian banyak “indera”
tubuh yang dikaruniakan Allah kepada kita, maka (barangkali) matalah
yang paling utama untuk dipuasakan. Sebab kalau disimak dari keadaan hidup kita
sehari-hari, maka lebih
banyak kemungkinan- kemungkinan
buruk yang bisa terjadi oleh sebab pandangan mata. Oleh sebab itulah
dalam hal ini Allah SWT menggandeng perintah puasa sekaligus dengan perintah
untuk mempuasakan (mengendalikan) syahwat yang kita miliki. Bahkan
perintah tersebut tidak disebutkan-Nya secara umum untuk laki-laki ataupun
perempuan, melainkan disebutkan 2(dua) kali. Sekali bagi laki-laki dan sekali
lagi untuk kaum perempuan. Allah SWT berfirman:
“Katakanlah kepada
orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka;
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS.An-Nuur: 30)
“Katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nuur: 31)
Syahwat yang dibangkitkan oleh pandangan mata tidak hanya
berkaitan dengan “urusan kemaluan”, tapi juga urusan perut atau
selera makan; kepemilikan harta benda; jabatan dan lain-lain sebagainya
sebagaimana yang telihat dalam kasus-kasus kejahatan yang ada di sekitar kita
seperti kasus pemerkosaan; perampokan harta benda; pembunuhan dan lain
sebagainya.
Inilah beberapa hal yang patut kita pahami tatkala kita melaksanakan
ibadah puasa Ramadhan. Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat menjadikan
ibadah “puasa ramadhan” tahun ini dengan sebaik-baiknya, dan akan
terus mengaplikasikan hasilnya di setiap bulan di sepanjang tahun yang kita
lalui dalam kehidupan. Sehingga dengan demikian nilai-nilai takwa yang kita
miliki akan senantiasa terpelihara; dan insya Allah kita akan menjadi salah
seorang yang paling dekat kepada Allah SWT sebagaimana yang di-isyaratkan Allah
dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)
Wallahu’alam
Jakarta, 25 Ramadhan 1433 H / 15 Agustus 2012
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment