oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
=====================
“Ketika”
harta benda yang kita miliki hilang dan atau dicuri orang, maka seluruh
semangat dan jiwa yang kita miliki seakan-akan ikut hilang; “Ketika” itulah
kita baru ingat dan mengadukan kemalangan yang kita kepada-Nya; Allah; Tuhan
kita Yang Maha Rahmah lagi Maha Pemurah.
“Ketika”
kita disakiti; “Ketika” itu juga kita kehilangan kesabaran dan dengan mudahnya
kita membalas seraya melemparkan caci
maki; umpatan atau kata-kata kotor lainnya; bahkan terkadang kita menuduh Tuhan
kita; Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Sabar; tidak adil dan telah menghinakan
diri kita. Akan tetapi sebaliknya “ketika” kita mendapat pujian dan
penghormatan; “Ketika” itu pula kita menjadi besar kepala; sombong dan merasa
diri kita hebat dari yang lain; lupa mengucapkan “Alhamdulillah” atau
kalimat puji syukur lainnya kepada Tuhan kita; Allah Yang Maha Besar lagi Maha
Agung dan Perkasa.
“Ketika”
kita tidak di undang untuk menghadiri sebuah jamuan yang kita anggap penuh gengsi
dan kehormatan; “Ketika” itu pula kita merasa dilecehkan; sakit hati dan kecewa
karena sudah tidak lagi dihormati dan diperhatikan. Padahal “ketika” kita
diundang oleh Tuhan kita; Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Kaya melalui
seruan “muadzin” untuk datang menghadiri “jamuan Allah” di masjid
atau di musholla yang ada di sekitar kita; “Ketika” itu pula kita menjadi tuli;
tidak mendengar dan tidak menjawab undangan tersebut; dan “ketika” itu sedikitpun
hati kita tidak tersentuh dan tergerak untuk memenuhi dan menghadiri jamuan
Allah; Tuhan kita Yang Maha Melihat lagi
Maha Mendengar.
“Ketika”
kita mulai sholat dan berdiri di
hadapan-Nya; “ketika” takbir mulai kita
lafazkan; “Ketika” kita pula banyak persoalan dunia yang memalingkan
kita dari-Nya; Allah; Tuhan kita Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Padahal
ketika itu bibir kita baru saja mengucapkan: “Allah Maha Besar (dari
segala-galanya)”
Ketika
ini dan ketika itu yang lainnya terjadi pada diri kita; Apakah “ketika” itu kita
pernah bertanya pada hati nurani; Sebenarnya ada apa dengan kita; dan
apakah kita masih pantas kita disebut
sebagai “hamba-Nya”.
Bagansiapiapi,
05 Dzulqaidah 1433 H / 21 September 2012.
KH.BACHTIAR
AHMAD
No comments:
Post a Comment