oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Pernahkah engkau melihat atau
mendampingi orang yang sedang “sakaratul maut”? Lalu bagaimana dan apa
yang anda lihat? Tenangkah dia atau sebaliknya berada dalam kegelisahan panjang
sambil menahan rasa sakit? Dan setelah “ruh” orang tersebut berpisah
dengan “jasadnya”; Apakah engkau pernah merenung dan berpikir sesaat,
bahwa engkau akan mengalami hal yang serupa dengannya dan bertanya pada hatimu
bagaimana pula keadaanmu ketika itu ?
Mengutip satu atsar dari Al-Hasan
r.a, “hujjatul Islam” Abu Hamid Al-Ghazali menerangkan: “Demi Allah,
seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu
menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan
melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”.
Rasulullah SAW bersabda: “Kematian
yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar
kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta
bagian kain sutera yang tersobek ?”(HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah
r.a)
Nah, kalau yang paling ringan saja
sudah seperti itu azabnya bagi orang-orang yang beriman dan ta’at kepada
Tuhannya; Allah SWT, lalu bagaimana pula halnya dengan orang-orang yang fasik;
zalim dan durhaka kepada-Nya? Dan tentang inilah Allah SWT berfirman:
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu
melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut,
sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah
nyawamu” di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena
kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Q.S. Al-An’aam: 93)
Satu hal lagi yang patut jadi
pengajaran adalah, bahwa proses dicabutnya ruh atau nyawa dari jasad yang kita
cintai, antara satu orang dengan yang lainnya tidaklah sama waktunya. Kata
Al-Ghazali, kelihatannya memang singkat dalam hitungan waktu dunia kita, tapi
sesungguhnya proses yang terjadi bisa mencapai puluhan dan ratusan tahun pada
sa’at ruh ditarik dari tubuh seseorang.
Lalu sudah siapkah kita menghadapi
semuanya itu ?
Bagansiapiapi, 12 Dzulqaidah 1433 H
/ 28 September 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment