oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Satu hal yang sangat-sangat dibenci
dalam Islam adalah sikap “berlebih-lebihan”. Sebab dalam segala hal,
sesuatu yang berlebih-lebihan itu pasti akan mendatangkan mudharat dan bisa
membahayakan jiwa. Oleh keadaan yang demikian inilah Allah dan Rasul-Nya
mengarahkan orang-orang yang beriman untuk hidup dalam kebersahajaan dan
sederhana dalam setiap gerak langkah hidup mereka. Allah SWT berfirman:
“…dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S.Al-An’aam: 141)
Perintah untuk hidup sederhana dan
bersahaja tersebut secara umum telah diperingatkan Allah dan Rasul-Nya; tidak
hanya kepada hal-hal yang bersifat konsumtif; akan tetapi juga meliputi masalah
budi pekerti dan masalah ibadah.
Untuk hal-hal yang bersifat
konsumtif secara umum Allah peringatkan dengan firman-Nya:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”
(Q.S.Al-A’raaf: 31)
Hal yang demikian itu secara
tersirat dan tersurat juga dapat kita lihat dalam perintah Allah agar kita
tidak membelanjakan harta dengan boros, tapi juga tidak pula boleh berlaku
pelit atau kikir. Allah berfirman:
“dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan (boros) dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
(Q.S.
Al-Furqan: 67)
Sedangkan yang berkaitan dengan budi
pekerti yang mulia atau akhlakul karimah hal itu jelas tergambar dalam
firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri; Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 18-19)
Bahkan dalam beribadah pun kita dilarang oleh Rasulullah untuk
berlebih-lebihan sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis beliau:
Dari Aisyah r.a berkata:
“Ketika Rasulullah SAW masuk ke rumah kami, beliau melihat seorang perempuan.
Lalu beliau bertanya: “Siapakah ini?”. Aisyah menjawab: “Ini adalah Fulanah”
dan Aisyah pun menceritakan perihal ibadah perempuan tersebut. Lalu Rasulullah
SAW bersabda: “Mah (ungkapan yang menunjukkan rasa kurang senang), jangan
demikianlah, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua
saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan
memberi pahala, sehingga engkau
semua bosan melaksanakan amalan itu. Kelakuan
agama yang sangat disukai Allah adalah yang sederhana dan dikerjakan dengan
terus menerus (istiqomah).” (H.R. Muttafaq ‘alaihi)
Inilah sesungguhnya gaya
hidup orang-orang yang beriman, yakni hidup dengan pola yang sederhana dan
bersahaja; bukan seperti apa yang kita lihat yang sekarang ini terjadi di
sekitar kita; bahwa banyak orang yang berlomba-lomba menunjukkan “superioritasnya”
dengan pola hidup yang serba berlebih-lebihan. Sehingga pada akhirnya tidak
hanya menimbulkan mudaharat pada dirinya, tapi juga berdampak pada
lingkungannya. Dan dalam hal ini tentulah “anda” bisa memahami dan memaknainya lebih lanjut. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 06
Dzulhijjah 1433 H / 22 Oktober 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
subhanalloh....bisa menentramkan jiwa yg sgt sibuk dg urusan dunia,yg ingin genggam dunia,yg ingin superior....semoga KH BACHTIAR AHMAD selalu di berikan kesehatan dan keselamatan shg bisa trs mengingatkan diri ini yg trs lalai....aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih do'anya; mudah-mudahan saudaraku Ahmad Bisrie dan kel juga senantiasa dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Aamiin ya robbal 'alamiin..
ReplyDelete