oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Kita tentu sepakat, bahwa tidak ada seorang manusiapun di muka bumi
ini yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sebab hakikatnya manusia
adalah mahluk sosial yang pasti membutuhkan lingkungan dan pergaulan. Begitu juga saya dan anda
semua; Apapun latar belakang dengan kehadiran atau ikut sertanya kita di “arena
FB” ini, pasti butuh “friends” atau teman-teman; baik yang sudah kita kenal
secara nyata maupun hanya di “dunia maya”. Lalu untuk apa sebenarnya kita
“berteman” ?
Bagi orang yang beriman
(seorang muslim), “friend” atau teman bukan hanya sekadar tempat untuk “curhat”
atau “kawan bermain”. Allah dan Rasul-Nya (syariat Islam) sudah menetapkan,
bahwa “tujuan” pokok berteman atau bergaul itu adalah untuk saling tolong
menolong dalam setiap kebajikan dalam upaya meningkatkan nilai-nilai ketakwaan; bukan sebaliknya saling menjerumuskan ke
dalam perbuatan maksiat dan kejahatan sebagaimana yang ditegaskan Allah SWT
dengan firman-Nya:
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maa-idah: 2)
Dan oleh karena hal yang demikian itulah
dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan kawan yang baik adalah seperti
pembawa minyak wangi (misik), bila kamu tidak mendapat sesuatu darinya (minyak
tersebut) maka paling tidak kamu akan terkena aroma harumnya. Dan perumpamaan
kawan yang jahat adalah laksana tukang besi, bila kamu tidak mendapat hitamnya
maka paling tidak kamu akan terkena asapnya.” (H.R.
Muttafaq ’alaihi dari Abu Musya Al-Asyari/Anas r.a)
Bahkan dalam hadis lainnya Rasulullah SAW telah membuat patokan yang
lebih penting dalam hal memilih teman; bahwa beliau bersabda:
“Agama seseorang itu cenderung mengikuti
agama temannya, oleh karena itu setiap orang dari kalian hendaknya melihat
(memperhatikan) siapa yang ia pergauli.” (H.R.
At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a)
Hal ini sangat ditekankan
oleh Rasulullah SAW, sebab pada di “yaumil akhir” nanti, teman yang kita pergauli di dunia ini
akan menjadi tidak akan lagi dapat kita ajak kompromi dan saling berbagi,
melainkan akan menjadi “musuh” sebagaimana yang ditegaskan Allah SWT dengan
firman-Nya:
“Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Az-Zukhruf: 67)
Oleh sebab yang demikian itulah hendaknya
kita bisa memilih dan memilah teman dengan sebaik-baiknya, agar pada masanya
kita tidak menyesal dan merasa rugi dengan “friends” yang kita pilih dan akan
berkata di hadapan Allah SWT:
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman
akrab (ku).” (Q.S.
Al-Furqaan: 28)
Selain itu ada pula hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dan diaplikasikan “adab bergaul” dalam keberagaman yang ada; Bahwa kita sangat
dilarangn mencela atau mencaci seseorang “yang
tidak kita sukai” sebagai teman lantaran adanya perbedaan pendapat dalam
masalah-masalah yang tidak prinsip; yang sering kita sebut sebagai masalah “khilafiyah”. Dan hal tersebut telah ditegaskan Allah dengan
firman-Nya:
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. // Hai
orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang lalim. // Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. // Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujuraat: 10-13)
Semoga Allah menghidarkan kita dari budi
pekerti yang buruk dan memberi serta memilihkan “teman” yang tepat lagi sesuai untuk kita. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 10 Safar 1434 H / 24
Desember 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment