oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
======================
Kita
tentu sudah maklum, bahwa perjalanan kehidupan di dunia ini tak ubahnya
bagaikan berada dalam putaran roda; kadang di atas; kadang di bawah. Dan tentu
saja kita tak bisa tawar menawar untuk keadaan yang semacam ini. Sebab
bagaimanapun keadaannya, yang hidup pasti mati; terang benderangnya siang pasti
akan berganti menjadi gelapnya malam; yang berpangkat rendah suatu saat tentu
akan naik, sedangkan yang berpangkat tinggi pada akhir-nya pasti akan kembali
menjadi orang biasa setelah habis masa tugas dan jabatannya. Dan inilah takdir
yang pasti, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana yang
dinyatakan-Nya di dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah:
“Wahai Tuhan yang mem-punyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki; di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. // Engkau masukkan malam ke dalam
siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup
dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup; dan Engkau beri
rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (Q.S.Ali ‘Imraan: 26-27)
Namun demikian, walaupun masalah ini sudah
jelas diketahui, ternyata masih banyak di antara kita yang tak bisa
menyikapinya secara baik. Bahkan terkadang cenderung menyalahkan “Tuhan” dan
beranggapan bahwa “Tuhan” telah berbuat tidak adil kepada kita.
Sehingga pada akhirnya mereka berontak ketika pergantian roda kehidupan itu
terjadi, dan berupaya melawannya dengan berbagai cara, seakan-akan merekalah
yang lebih kuat daripada Allah SWT.Na’udzubillahi min dzalik! Padahal
“ibroh” (pelajaran) yang diterangkan dan yang ditampakkan Allah kepada
kita; baik dengan apa yang terjadi di sekitar kita, maupun dengan sejarah
kehidupan umat di masa lalu. Dan untuk itulah kemudian Allah mengingatkan kita
dengan satu “pertanyaan” yang juga Allah “jawab” sendiri
untuk kita:
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan: “Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi ?. // Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (Q.S.
Al-Ankabuut: 2-3)
Dan
untuk itu, bagi kita yang kadang kala masih saja tidak bisa menerima situasi
dan kondisi hidup yang sedang dialami; ada baiknya kita belajar kembali dari “Uhud”
dalam rangka memperkuat iman dan kesabaran diri….
“….Sejarah
telah mencatat, bahwa dalam “perang Uhud” kaum muslimin mengalami
kekalahan telak, padahal sebelumnya sudah mendapatkan kemenangan. Bahkan
tersiar kabar bahwa Rasulullah SAW “tewas dan terbunuh” dalam peperangan
tersebut. Dan ketika kaum muslimin bertanya-tanya mengapa Allah tidak
memberikan pertolongan kepada mereka sebagaimana halnya yang mereka dapatkan
dalam perang Badar, maka turunlah wahyu Allah:
“Jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada';
dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Q.S. Ali ‘Imraan: 140)
Jadi
kalau saat ini kita sedang di uji, maka hal itu tak perlu dirisaukan. Sebab
bagaimanapun juga, keadaan serupa bahkan mungkin lebih buruk dan lebih sulit
lagi keadaannya; telah lebih dulu diberikan dan diujikan Allah kepada mereka yang
lahir dan hidup sebelum kita. Mudah-mudahan dengan demikian kita akan selalu
bersabar dan bertawakkal kepada Allah sambil terus berupaya memperbaiki
keadaan yang ada, dan siap menerima dengan penuh ikhlas apa yang akan datang
dan apa pula yang akan pergi dari kehidupan kita. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi,
04 Safar 1434 H / 17 Desember 2012.
KH.BACHTIAR
AHMAD.
No comments:
Post a Comment