oleh: KH.BACHTIAR
AHMAD
=====================
Anakku, salah satu rahmat Allah bagi
orang-orang yang beriman adalah adanya perbedaan pendapat di kalangan mereka
sebagaimana firman-Nya:
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat.” (Q.S.Huud:
118)
Oleh
sebab itu janganlah engkau menyelisihi atau mencela pendapat saudaramu atau
ulama yang lain, lantaran engkau sepaham dengan pendapat atau bertaklid kepada
pendapat ulama lainnya. Kecuali jika mereka menyekutukan Allah dan mengaku ada
Nabi dan Rasul yang lain sesudah Muhammad Rasulullah SAW dalam pendapat mereka
tersebut. Atau mereka menghalalkan sesuatu yang sudah jelas dan pasti haramnya;
dan sebaliknya mengharamkan sesuatu yang sudah jelas dan pasti halalnya.
Anakku,
hendaklah engkau ketahui; bahwa adalah hal yang wajar manakala terjadi
perbedaan pandangan dan keragaman fatwa atau pendapat dalam suatu permasalahan,
karena “ijtihad” mereka tidaklah sama
dalam hal membahas atau mengupas permasalahan tersebut. Sekalipun “dalil” yang mereka gunakan bersumber
dari satu tempat yang sama. Hal yang demikianlah yang pernah terjadi di kalangan
sahabat setelah wafatnya Rasulullah SAW, dan para ulama generasi pertama umat ini (Islam). Mereka tidak pernah saling hujat manakala terjadi
perbedaan pendapat; Bahkan yang terjadi adalah, mereka saling mengisi antara
satu sama lain, sehingga pada akhirnya pemahaman terhadap masalah yang ada
semakin berkembang, dan adakalanya itu sangat memudahkan umat untuk menjalankan
apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Anakku,
janganlah bersikap fanatik dan memiliki loyalitas berlebihan terhadap pendapat
para imam dan ulama yang engkau kagumi; yang kepadanya engkau lekatkan beragam
sanjungan dan muliakan; sehingga pada akhirnya dengan amat mudah engkau
meremehkan; bahkan mencaci ulama-ulama yang lain. Padahal mereka juga telah
dimuliakan Allah dengan ilmunya, yang juga di-ikuti oleh sebahagian besar
saudara-saudaramu yang seiman. Ingatlah akan firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena
itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. // Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…” (QS. Al-Hujuraat:
10-11)
Anakku, janganlah engkau
jadikan ulama-ulama yang engkau kagumi sebagaimana orang-orang Yahudi dan
Nasrani telah menjadikan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan sebagaimana yang
tersirat dan tersurat dalam firman Allah SWT:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah..” (QS. At-Taubah: 31)
Anakku, salah satu terpecah
belahnya persatuan dan kesatuan umat ini dalam firqah-firqah yang mereka buat
sendiri adalah karena adanya saling hujat menghujat tersebut. Dan pada akhirnya
hal inilah yang dijadikan alat oleh musuh-musuh Islam untuk mencerai beraikan
dan melemahkan kita dengan debat berkepanjangan, bahkan kadang ada yang tidak
merasa, bahwa mereka sudah menjadi bagian orang-orang Yahudi dan Nasrani
lantaran pendapat mereka sudah terkontaminasi oleh pendapat orang-orang Yahudi
dan Nasrani tersebut.
Anakku, sesungguhnya Allah
Ta’ala berfirman:
“Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang
yang ragu.” (QS. Al-Baqarah: 147)
Adapun maknanya antara lain
adalah; bahwa kebenaran yang hakiki itu hanya ada dalam ilmu dan pengetahuan
Allah. Dan jika engkau merasa benar dengan apa yang engkau ketahui, genggamlah
dengan erat dan laksanakanlah kebenaran itu; dan biarkanlah saudaramu yang lain
dengan pendapat yang mereka yakini kebenarnnya. Mudah-mudahan kita semua
termasuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang benar, sekalipun dalam
berbagai pendapat kita saling berbeda memahaminya. Wallahua’lam.
(dinukil dan diedit
dari HALAQAT AS-SALIKIN karangan SYAIKH ABDULLAH FATHURRAHMAN )
Bagansiapiapi, 24 Muharram 1434 H / 8
Desember 2012
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment