oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Anakku, bersabar atas segala musibah dan
ujian Allah adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman
sebagaimana firman-Nya:
“Kamu sungguh-sungguh akan
diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Q.S.Ali
‘Imran: 186)
Begitu juga kewajiban bersyukur
atas segala rahmat-Nya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(Q.S.Ibrahim: 7)
Akan tetapi adalah lebih utama
jika engkau mampu bersyukur atas segala musibah dan ujian yang ditimpakan Allah kepadamu serta bersabar atas rahmat dan
nikmat yang diberikan-Nya, karena keadaan dan perbuatan yang demikian inilah
yang akan mengantarkan engkau ke tingkat iman yang lebih baik dan sempurna.
Anakku, bersabar atas rahmat
adalah engkau menggunakan pemberian Allah lebih banyak untuk kepentingan
agama-NYA daripada sekadar yang telah Allah tetapkan; dan menahan diri dari
menggunakannya untuk kepentingan dan kesenangan hawa nafsu, sekalipun hal itu
mubah atau tidak dilarang oleh agama. Janganlah
engkau pernah berpikir dua kali atau menimbang-nimbang buruk baiknya dalam
hal menggunakan harta yang diberikan
Allah kepadamu untuk melaksanakan kepentingan agama Allah; baik yang diwajibkan
ataupun yang disunnahkan oleh Allah dan Rasulullah SAW. Janganlah meniru dan mencontohi
Tsa’labah, yang pada akhirnya tidak seorangpun mau menerima zakatnya setelah ia
menolak dan berpikir-pikir untuk memberikan zakat harta (ternak kambingnya)
sebagaimana yang diminta oleh Rasulullah SAW. Sebaliknya contohilah para
sahabat seperti Abu Bakar; Umar; Ibnu Auf dan yang lain-lainnya dalam hal
menggunakan harta benda mereka di jalan Allah.
Anakku, adapun yang kumaksudkan
bersyukur atas musibah yang diujikan Allah kepadamu adalah sebagaimana yang
dikatakan oleh Umar bin Khattab r.a: “Alhamdulillah, untunglah musibah ini
tidak sampai merenggut atau merusak agamaku.” Dalam pemahaman yang lain
maknanya adalah, bahwa apa-apa musibah yang diujikan kepadamu itu masih sangat
kecil jika dibandingkan dengan musibah yang diujikan Allah kepada hamba-hamba-NYA
yang lain. Sehingga dengan demikian ujian atau musibah yang menimpamu itu
sedikitpun tidak akan mengguncang iman yang ada di dalam hatimu. Sebab jika
sedikit saja imanmu terguncang dan tumbuh perasaan akan adanya ketidak adilan
Allah terhadap dirimu, maka yang demikian itulah yang dimaksudkan Sayyidina
Umar sebagai hal yang merenggut atau
merusak agamanya. Ingatlah akan firman Allah SWT:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-mahfuz)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. // (Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(Q.S.Al-Hadiid: 22-23)
Mudah-mudahan nasihatku ini
dapat engkau pahami dan diamalkan dengan hati yang lapang di sepanjang hidupmu.
Wallahua’lam
(dinukil dan diedit
dari HALAQAT AS-SALIKIN karangan SYAIKH ABDULLAH FATHURRAHMAN )
Bagansiapiapi, 11 Rabi’ul Akhir 1434 H / 22
Pebruari 2013
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment