oleh: KH.BACHTIAR
AHMAD
========================
Bagaimanapun juga
Rasulullah SAW adalah seorang manusia, yang dengan keadaan itu boleh jadi
beliau juga memiliki problematika yang sama dengan yang lainnya dalam
menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan yang diujikan Allah kepada beliau.
Hanya saja dalam kedudukan beliau yang mulia sebagai Rasul dan Nabi, Allah
menolong beliau untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan tersebut dengan
petunjuk yang langsung diwahyukan Allah kepada beliau. Namun demikian walaupun
pada hakikatnya petunjuk dan pertolongan tersebut diberikan Allah kepada Nabi
dan Rasul-Nya, sebenarnya petunjuk dan pertolongan tersebut juga ditujukan
kepada orang-orang yang beriman untuk dapat dimanfaatkan dalam
persoalan-persoalan hidup yang mereka hadapi.
Di antara petunjuk dan pertolongan yang diberikan Allah
kepada Rasulullah SAW, adalah dalam hal mengobati keresahan dan kegelisahan
hati beliau tatkala berhadapan dengan orang-orang kafir pada saat mendakwahkan
risalah agama yang beliau terima dari Allah SWT. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu hai Muhammad) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. // Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada
(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu); // (yaitu orang-orang
yang menganggap adanya Tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan
mengetahui (akibat-akibatnya). // Dan
Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa
yang mereka ucapkan; // maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah
kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat); // dan sembahlah Tuhanmu
sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Q.S. Al-Hijr: 94-98)
Secara ringkas
dapat kita simpulkan, bahwa melalui firman Allah SWT di atas; maka untuk
mengobati rasa resah dan gelisah yang membuat sesak dan sempitnya dada beliau
dalam menghadapi tantangan dakwah yang beliau sampaikan, maka Allah
memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk senantiasa “bertasbih dan mendirikan
shalat (baik yang wajib maupun yang sunnah)” sampai akhir hayatnya.
Dalam ruang yang
terbatas ini kita tidak akan membahas secara panjang lebar
tentang “bertasbih dan shalat” secara panjang lebar. Akan tetapi tentunya kita
telah mengetahui, bahwa “keduanya” saling berkaitan, artinya adalah: Bahwa
untuk menjabarkan apa yang diperintahkan Allah dalam ayat 94-98 surah Al-Hijr
di atas, dalam salah satu hadis beliau Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita
untuk senantiasa bertasbih kepada Allah tiap-tiap kita selesai shalat, yakni “bertasbih;
bertahmid dan bertakbir” (membaca “Subhanallah; Alhamdulillah; Allahu Akbar”
masing-masing 33 kali). Sementara perintah shalat itu memang adalah sesuatu
yang wajib untuk dilaksanakan oleh semua orang yang beriman yang tidak memiliki
uzur sampai akhir hayatnya.
Jadi dengan
memperhatikan kondisi yang demikian ini, jika kita memang menghendaki hidup
yang tenang; terjauh dari perasaan resah
dan gelisah lantaran adanya problematika hidup yang sedang dijalani, maka sudah
selayaknyalah kita senantiasa mendawamkan atau mengamalkan petunjuk yang telah diwahyukan Allah kepada Rasulullah
SAW tersebut. Apalagi sebagai mana yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya yang
lain, bahwa jika kita senantiasa “mengingat Allah”, hati akan senantiasa
menjadi tenang dan tenteram dalam menjalani kehidupan ini:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d: 28)
Wallahua’lam
Bagansiapiapi, 18 Rabiul Akhir 1434 H /
1 Maret 2013.
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment