oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Hampir setiap saat kita mendengar ajakan untuk selalu bershalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW, agar
kiranya kelak di kemudian hari (di akhirat) kita memperoleh syafa’at beliau
sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis:
“Orang yang lebih berhak
mendapat syafa’atku pada hari kiamat ialah orang yang lebih banyak shalawatnya
kepadaku.” (HR. Imam Ahmad dari Ibnu Mas’ud r.a)
“Syafa’at” menurut bahasa maknanya adalah “pertolongan” atau “bantuan”,
yang dalam terminologi sosial artinya
adalah: Bantuan yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya; atau satu usaha
yang diberikan kepada orang lain dalam
rangka mengelakkan mereka dari suatu mudharat
(bahaya) yang mengancam mereka. Sedangkan dalam pemahaman agama; syafaat itu pada
hakikatnya adalah pertolongan yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya
sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah (hai Muhammad), hanya kepunyaan
Allah sajalah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi.
Kemudian kepada-Nya lah kamu (semua) dikembalikan.” (Q.S.Az-Zumar : 44)
Hanya saja dengan segala kemurahan-Nya, di Hari Kiamat nanti Allah
memberikan wewenang kepada Rasulullah
SAW kepada umat beliau sebagaimana yang disebutkan
dalam firman-Nya:
“Pada hari itu tidak berguna syfaat kecuali
syafaat orang-orang yang telah diberi izin oleh Allah Yang Maha Pemurah dan
Allah telah meridhoi perkataannya.” (Q.S.Tha-haa: 109)
Mengenai ayat 109 surah Tha-haa di atas, dalam kitab beliau yang
berjudul “As-Syifaa Bi Ta’riifi Huquuqil Mushthafaa”; berdasarkan sebuah riwayat yang
bersumber dari Abu Hurairah r.a; Syaikhul Islam “Al-Qadhi Iyadh” menerangkan; Bahwa pada Hari Kiamat
nanti banyak orang yang mencari pertolongan atau “syafaat” dari kesulitan yang
mereka hadapi, lalu mereka berduyun-duyun datang meminta tolong kepada Adam
a.s; ternyata Adam a.s tak punya wewenang untuk memberikan syafa’at dan
menyuruh mereka kepada Nuh a.s; ternyata Nuh a.s menyuruh mereka kepada Ibrahim
a.s yang berlanjut kepada Musa a.s dan Isa a.s yang pada akhirnya syafa’at
tersebut baru mereka peroleh dari Muhammad Rasulullah SAW.
Patut diketahui
bahwa “syafa’at Rasulullah SAW” tidak hanya diberikan kepada orang yang
senantiasa bershalawat kepada beliau, tapi juga akan diberikan kepada
kelompok-kelompok lainnya sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadis: “Orang
yang ikhlas dalam melafazkan dan melaksanakan kalimat Tauhid; Orang
yang berdo’a sesudah azan atau yang mendengar azan; Orang yang berziarah kepada (makam)
beliau; Orang yang diwafatkan Allah di Madinah; Orang yang memperbanyak
sujudnya dengan melaksanakan shalat-shalat sunat dan lain-lainnya.
Namun demikian seperti yang diterangkan oleh Syaikh Abdullah
Al-Ghazali, bahwa syafa’at itu tidaklah diberikan kepada orang yang benar-benar
bertakwa, melainkan hanya diberikan kepada orang-orang beriman yang masih
memiliki kesalahan dan dosa yang amal kebajikan mereka tidak mencukupi untuk
mendapatkan ampunan Allah SWT. Dan keadaan yang demikian inilah yang disebutkan
oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis:
“Aku telah diberi pilihan antara separuh umatku dimasukkan surga atau
memberikan syafa’at, maka akupun lebih memilih untuk bisa memberikan syafa’at.
Sebab hal itu lebih bersifat umum; Apakah kamu mengira syafa’at itu diberikan
untuk orang-orang yang bertakwa . Bukan, karena sesungguhnya syafa’at itu
hanyalah untuk orang-orang yang berdosa lagi bersalah.” (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi dari Abu Musa r.a)
Adapun bagi orang yang benar-benar
bertakwa sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdullah Al-Ghazali; mereka akan
dimasukkan ke dalam golongan hamba Allah yang di-izinkan untuk memberikan
syafa’at kepada yang lainnya sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam ayat
109 surah Tha-ha di atas. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui hadis
beliau:
“Dimasukkan ke dalam surga berkat syafaat
seorang laki-laki dari kalangan umatku, yang pahalanya melebihi Bani Tamim.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim
dari Abdullah bin Abil Jad’a r.a)
Selain itu Rasulullah SAW juga
menyebutkan bahwa orang mati syahid juga dapat memberikan syafa’at:
“Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang yang
syahid dapat memberikan syafaat kepada 70 orang ahli baitnya.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda r.a)
Mudah-mudahan dengan amal kebajikan yang kita lakukan; kita dapat
menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat izin untuk memberikan syafa’at kepada
yang lainnya. Jikapun tidak; semoga kita semua termasuk ke dalam golongan umat
Muhammad SAW yang akan mendapat syafa’at beliau kelak. Wallahua’lam
Bagansiapiapi, 25 Rabiul Akhir 1434 H / 8 Maret 2013
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment