Sunday 18 December 2011

KEBIJAKAN SANG KHALIFAH.


dinukil dan di-edit dari: “Kisah-kisah Teladan”
oleh: KH. BACHTIAR AHMAD.
************************
Umar ibnu Aziz r.a adalah salah seorang khalifah yang kedudukannya nyaris disamakan dengan “kakeknya” Umar bin Khattab r.a; sehingga dengan kesederhanaan dan kebijakannya beliau disebut juga sebagai “khalifah ke V” setelah Abubakar; Umar; Utsman dan Ali r.a.

Suatu hari Umar ibnu  Aziz  r.a dikunjungi  oleh seorang “ibu tua” yang  bermaksud mengadukan halnya kepada sang khalifah.

Setelah diterima oleh isterinya, Umar datang menemui ibu tua tersebut sambil membawa sendiri sedulang anggur sebagai hidangan. Kemudian sang khalifah memilih buah-buah yang baik untuk disuguhkan kepada tamunya itu, sementara buah yang agak busuk dimakannya sendiri bersama sang isteri. Dan betapa lapang dan senangnya hati sang khalifah, karena setiap kali ia menyuguhkan anggur; didengarnya   ucapan “Alhamdulillah” dari mulut ibu tua itu.

Beberapa saat kemudian sang khalifah bertanya tentang apa keperluannya datang berkunjung, dan ibu tua pun segera bertutur:

“Wahai amirul mukminin, kedatanganku kemari adalah hendak mengadukan  kepadamu; Bahwa sesungguhnya aku memiliki 5(lima) orang anak laki-laki yang sudah dewasa, yang sampai saat ini satupun belum ada yang bekerja. Karenanya sudilah kiranya baginda membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan.”

Demi mendengar itu berlinanglah air mata sang khalifah. Dikutuknya dirinya karena sebagai pemimpin ia tidak tahu bahwa, di antara rakyatnya masih ada yang tidak kebagian pekerjaan; Sementara yang lain memiliki jabatan ganda.

Setelah mendengar itu sang khalifah lalu mengambil alat-alat  tulis dan berkata kepada perempuan itu: “Coba sebutkan nama anak ibu yang pertama.” Dan setelah si ibu menyebutkan, maka Umarpun menuliskannya dan menyatakan kepada si ibu, bahwa anaknya diberikan bantuan modal untuk berusaha. Dan demi mendengar itu si ibu mengucapkan “Alhamdulillah.” 

Begitulah seterusnya hingga pada anak yang ke-empat, setiap kali dituliskan nama dan bantuannya, si ibu selalu menyatakan rasa syukurnya kepada Allah dengan mengucapkan “Alhamdulillah”.

Pada giliran anaknya yang nomor lima, saking girangnya si ibu mendengar jumlah bantuan yang diberikan sang khalifah, ia lupa mengucapkan “hamdalah” dan berkata kepada sang khalifah:  “Wahai tuan khalifah yang baik, terima kasih; terima kasih atas bantuannya.”

Dan demi mendengar itu Umar terkesima sesaat dan kemudian setelah menatap si ibu, sang khalifah lalu   merobek kertas yang ada di tangannya. Dan belum lagi hilang rasa heran si ibu melihat sikap sang khalifah. Umar ibnu Aziz  berkata:

“Sampai pada anak yang keempat ibu selalu mengucapkan hamdalah, suatu pernyataan rasa syukur yang tepat, lantaran Dia-lah Dzat yang sesungguhnya  yang berhak untuk itu, sebab pada hakikatnya Dialah yang berhak memberi dan mengambil sesuatu dari kita. Sedangkan saya hanyalah hamba yang digunakannya sebagai alat perantara. Jadi mengapa ibu berubah pikiran pada anak yang kelima tadi ?.”

Ibu tua itupun berkata: “Hamba tak bisa mengatakan apa-apa wahai tuan, lantaran hamba merasa disenangkan oleh kebaikan dan kedermawanan tuan.”

Lalu sang khalifah berkata kepada ibu tua itu:

“Wahai ibu tua, saya mohon maaf. Ucapan yang demikian tak layak ibu sampaikan kepada saya. Sebab yang berhak dan yang wajib dipuji hanyalah Allah. Sesungguhnya saya tidaklah berbeda dengan ibu, hanya saja saya sekarang diberi amanah untuk saya jalankan. Didepan Allah mungkin saya lebih hina dari orang lain, sebab hisab mereka yang ringan. Sementara sebagai pemimpin yang menjalankan amanah hisab saya sangatlah berat sekali. Oleh sebab itu, maka kewajiban saya hanyalah memberikan bantuan kepada empat orang anak ibu terdahulu, karena mereka telah memperolehnya dari Allah ketika ibu menghaturkan hamdalah sebagai pujian dan ungkapan syukur kepada Dia yang telah memberi. Sedangkan untuk anak ibu yang kelima, ia belum mendapatkannya dari Yang Maha Memberi.. Akan tetapi walaupun demikian, terimalah bantuan yang ada dan bagikanlah secara adil kepada keluarga ibu.”

Setelah si ibu berlalu dari hadapannya, sang khalifah bersujud memohon ampun kepada Rabb-nya; Allah SWT; kalau-kalau ia telah berbuat tidak adil kepada rakyat yang dipimpinnya dan memohon ampun atas kelancangan si ibu yang memujinya.  Sebab bagi sang khalifah,  segala puji dan yang berhak dipuji  hanyalah milik Allah !
Wallahua’lam

Bagansiapiapi, 25 Rabi’ul Awal 1431 H / 11 Maret 2010
KH. BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.