Saturday 31 December 2011

KHALIFAH PUN MEMARAHI DIRINYA


Suatu hari  seseorang datang menjumpai “amirul mukminin” Umar bin Khattab r.a untuk mengadukan halnya. Ketika itu sang khalifah berada di masjid dan tengah disibukkan oleh suatu urusan. Merasa urusannya terganggu, sang khalifah memarahi orang itu dan memberinya sepecut cambukan sambil berkata:

“Ketika aku menyediakan waktu untuk menerima pengaduan kalian, engkau tidak datang kepadaku. Sekarang diriku sedang disibukkan oleh urusan penting, engkau datang mengganggu diriku.”

Menerima perlakuan yang tak disangka-sangka itu,  orang tersebut berlalu dari hadapan Umar tanpa berkata sepatahpun. Akan tetapi beberapa saat kemudian Umar menyuruh seseorang untuk memanggil orang tersebut, dan ketika ia telah berdiri di hadapannya, maka Umar berkata:

“Wahai hamba Allah, maafkanlah atas kelakuan dan kekasaranku tadi, sungguh aku sudah disibukkan oleh setanku, sehingga melupakan kepentinganmu.. Sekarang sebutkanlah keperluanmu dan setelah itu ambillah cambukku ini, cambuklah diriku sebagaimana aku tadi mencambukmu sebagai qishas untukku, agar Allah mau mengampuniku.” 

Lalu orang tersebut berkata kepada Umar:

“Wahai amirul mukminin, sebenarnya akulah yang harus minta maaf padamu, sebab aku dtang tidak pada waktunya. Dan adapun perlakuanmu tadi dapatlah kumaklumi dan telah kumaafkan sejak awal.”

Setelah mengucapkan kata-katanya, orang tersebut pun berlalu dari hadapan Umar bin Khattab. Setelah mendengar dan melihat apa yang dilakukan orang tersebut kepadanya, “amirul mukminin” Umar bin Khattab r.a buru-buru meninggalkan masjid, pulang ke rumahnya.  Seibanya di rumah sang khalifah lalu ia melakukan sholat (sunat) dua rakaat memohon ampunan kepada Allah SWT sambil memarahi dirinya sendiri:

“Wahai Umar, dulu kedudukanmu sangatlah hina dan rendahnya, sampai akhirnya derajatmu dinaikkan oleh Allah. Dulu engkau adalah orang yang tersesat jauh sampai kemudian Allah berkenan memberikan hidayah-Nya untukmu. Dulu engkau adalah seorang yang nista, sampai kemudian Allah menjadikanmu sebagai seorang khalifah bagi kaum  muslimin. Namun ketika orang yang dibawahmu datang mengadukan halnya dan memohon keadilanmu, dirinya kau kasari dan sakiti. Lalu apa alasanmu nanti di hadapan Allah setelah berhadapan di pengadilan-Nya ?.” 

Sang khalifah lalu  menangis panjang menyesali tindakannya.

Itulah “Al-Farouq” , tidak seperti kebanyakan pemimpin yang kita miliki, yang selalu berusaha menutupi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, walau harus mengorbankan kepentingan rakyat yang telah memilih mereka.  Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 05 Safar 1433 H /  31 Desember 2011
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.