Friday 6 January 2012

GENERASI SYAHWAT


oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Tuan dan puan yang terhormat boleh setuju atau tidak; tapi melihat kenyataan akan situasi dan kondisi yang kita alami sekarang ini, maka setidaknya kita sudah memasuki atau sampai pada era atau zaman buruk sebagaimana yang telah diperingatkan Allah dengan firman-Nya:

“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.// Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan (MENGABAIKAN) sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Q.S. Maryam: 58-59)

Firman Allah SWT di atas memang menggambarkan situasi dan kondisi 2(dua) zaman yang berbeda. Akan tetapi barangkali kita mungkin tidak adil kalau membandingkan zaman sekarang ini dengan zaman dimana Rasulullah SAW masih hidup;  kemudian di-ikuti oleh zaman para sahabat dan beberapa periode setelah itu; dimana orang-orang di zaman itu memang tak tertandingi keta’atan dan ketakwaannya.

Dalam hal ini barangkali cukuplah kita lihat ke belakang; pada era 1 atau 2 generasi sebelum generasi kita saat ini; generasi buyut; kakek atau mungkin generasi ayah dan ibunda kita; dimana keta’atan dan kepatuhan mereka dalam melaksanakan perintah Allah SWT; khususnya untuk urusan sholat yang diwajibkan; jauh lebih baik dari apa yang kita jalankan sa’at ini.

Kita mungkin bisa saja “berhelah” atau  ber-argumentasi; bahwa zaman yang kita nikmati saat ini berbeda dengan zaman mereka lantaran kemajuan teknologi yang  telah dicapai; yang salah satu dampaknya adalah makin bertambahnya tuntutan kebutuhan dan hajat hidup yang kita perlukan. Sehingga pada akhirnya lantaran banyaknya persaingan yang harus kita hadapi di semua lini kehidupan, maka pemanfaatan waktupun menjadi makin optimal;  yang pada akhirnya “waktu untuk sholat”; baik sengaja atau tidak disengaja menjadi terabaikan. Padahal ketentuan sholat yang diwajibkan tidak pernah berubah dari zaman ke zaman sejak “sholat” mula pertama diwajibkan kepada Muhammad SAW dan umat yang mengikuti beliau.

Syaikh Abdullah Al-Ghazali menyatakan, bahwa yang disebut sebagai tindakan menyia-nyiakan atau mengabaikan sholat, bukanlah berarti sama sekali tidak  mendirikan atau mengerjakan sholat. Termasuk satu di antaranya adalah mengabaikan atau menyia-nyiakan waktu sholat dengan lebih mengutamakan dan mendahulukan kepentingan duniawi, tanpa adanya keringanan syar’i yang membolehkannya untuk hal itu. Dan yang lebih berbahaya dan termasuk ke dalam kategori utama orang yang menyia-nyiakan sholatnya adalah; orang-orang yang sholat tapi tidak mampu mengendalikan nafsu dan  mencegah dirinya dari berbuat kemungkaran dan kefasikan. Padahal salah satu tujuan pokok didirikannya sholat oleh seseorang adalah, agar dirinya tercegah dari berbuat keji dan mungkar sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dengan firman-Nya:

“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabuut: 45)
           
Oleh sebab itu, dengan memperhatikan keadaan yang ada; sudah saatnyalah kita segera instropeksi atau mengoreksi diri; dan berupaya semaksimal mungkin untuk tidak termasuk ke dalam generasi yang disebut Allah dalam firman-Nya sebagai “pengganti yang jelek”  tersebut; dan ikut pula berupaya semaksimal mungkin, agar  “GENERASI SYAHWAT”  tersebut tidak semakin tumbuh dan berkembang, terutama anak dan cucu kita yang akan datang kemudian.

Memang adalah sesuatu yang sulit untuk menyamai keshalihan dan keta’atan para pendahulu dan orang-orang tua yang telah mendahului kita. Akan tetapi wajib bagi kita untuk terus mencoba dan berusaha, sehingga walaupun kita tak mampu “seratus persen” menyamai prestasi ketaatan dan keshalihan mereka, maka paling tidak kita bisa memperkecil kadar kesalahan yang kita lakukan; baik untuk kita sendiri maupun bagi anak dan cucu kita di masa-masa yang akan datang.

Adalah perlu untuk  senantiasa kita ingat dan waspadai; bahwa orang-orang yang   memperturutkan hawa nafsunya, adalah orang-orang yang selalu berada dalam kesesatan; yang tidak akan pernah mendapat hidayah dan inayah dari Allah SWT; yang pada akhirnya akan mendapat azab yang berat dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya:

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Qashash: 50)                                                                                                

“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”   (Q.S. Shad: 26)

Semoga Allah SWT berkenan memaafkan dan mengampuni kita dan tetap memberikan kita petunjuk-Nya, agar kita dan anak cucu kita selamat dari keadaan-keadaan buruk yang tidak kita inginkan; baik di dunia maupun di akhirat kelak.

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat; Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”  (Q.S. Ibrahim: 40)

“Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (Q.S. Al-Mumtahanah: 4)

Wallahua’lam.

BAGANSIAPIAPI, 11  Safar  1433 H / 6 Januari  2012
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.