Monday, 30 January 2012

MAULIDUR-RASULULLAH SAW



oleh: KH.BACHTIAR AHMAD

=======================

Sekarang kita sudah berada kembali di bulan “Rabi’ul Awwal”; dan setiap kali datang  “Rabi’ul Awwal”  umat Islam di banyak belahan bumi ini; khususnya kaum muslimin di negeri ini (Indonesia) sibuk dan menyibukkan diri menyambut dan memperingati “Maulid Nabi SAW” dengan berbagai acara dan kegiatan. Dan ini sudah merupakan tradisi tahunan yang seakan-akan tidak boleh dilupakan dan ditinggalkan dengan begitu saja. Sehingga kadang-kadang; walaupun “Rabi’ul Awwal” sudah lama berlalu, di sana-sini masih banyak yang mengadakan ataupun menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi SAW. Tapi untuk apa peringatan tersebut kita selenggarakan ?

Sebenarnya banyak diantara kita yang sudah tahu, bahwa tujuan awal peringatan Maulid Nabi SAW yang secara besar-besaran dilakukan oleh Salahuddin al Ayyubi adalah; Agar kaum muslimin; khususnya para prajurit yang ketika itu berlaga di medan perang salib, tetap memiliki semangat juang yang tinggi; meneladani Rasulullah SAW dan para sahabat beliau dalam segala aspek, demi menegakkan kalimat “Laa ila ha illallaah wa Muhammadur-rasulullah”  dan tentu saja agar mereka memiliki “akhlaqul kariimah”.

Akan tetapi hal yang demikian itu; dalam beberapa kurun waktu terakhir ini (khususnya di negeri kita) “acara tahunan” yang kita namakan sebagai  peringatan Maulid Nabi SAW, tampaknya hanya diperingati sebagai tanda (sekadar) ingat kepada Rasul Allah yang bernama Muhammad SAW.  Sebab banyak “pendakwah/muballigh” yang menyampaikan  materi  dalam kegiatan “maulidur-rasul”  tersebut, tidak secara sungguh-sungguh berusaha membangkitkan semangat dan jiwa umat untuk benar-benar mencintai dan meneladani Muhammad Rasulullah SAW sebagai “uswatun hasanah” sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT di dalam Kitab-Nya:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak mengingat (dan menyebut nama) Allah.”  (Q.S.Al-Ahzab: 21)

“Sejarah kehidupan dan perjuangan” dari “hamba Allah yang mulia lagi dimuliakan” tersebut acapkali diabaikan oleh para pendakwah yang berbicara dalam peringatan “maulidur-rasul” yang diselenggarakan.  Walaupun apa yang disampaikan tetap berkaitan dengan nafas keimanan dan ketakwaan, tapi apa yang disampaikan tersebut  lebih banyak membicarakan masalah-masalah yang bersifat umum. Bahkan ada di antaranya ada yang sengaja membuat-buat “lawakan” memancing tawa para pendengarnya, dan untuk itu kadang-kadang tak segan pula membicarakan dan membuka aib orang lain yang dinilai telah melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, satu hal yang tentu saja bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik; Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujuraat: 11)

Diakui atau tidak, sekarang ini sebahagian besar umat Islam; khususnya para generasi mudanya; hanya sedikit yang mengetahui sejarah kehidupan dan perjuangan  “Muhammad SAW” sebagai Nabi dan Rasul Allah yang wajib jadi panutan mereka. Dan yang sangat memprihatinkan adalah, bahwa banyak “anak muda Islam” yang lebih kenal dan mengetahui sejarah kehidupan sosok  artis musik; bintang film dan tokoh-tokoh yang sesungguhnya tidak layak untuk mereka teladani ataupun ditiru tingkah polahnya. Padahal tak ada satupun makhluk di muka bumi ini yang memiliki “akhlaqul kariimah” atau budi pekerti yang agung selain dari “Muhammad Rasulullah SAW” sebagaimana yang telah ditegaskan Allah SWT dengan firman-NYA:

“Dan sesungguhnya kamu (hai Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung.” 
(Q.S. Al-Qalam: 4)

Memperhatikan kondisi yang semacam ini dan walaupun sulit untuk mendapatkan “hasil yang maksimal”, maka sudah selayaknyalah kita memanfaatkan kembali “momentum” peringatan “maulidur-rasul” sebagaimana mula pertama hal itu dilakukan oleh “Salahuddin Al-Ayyubi”. Yakni  menjadikan kegiatan “maulidur-rasul” sebagai salah satu sarana dan prasarana pendidikan untuk mengenal lebih banyak hamba Allah yang sangat-sangat kita cintai dan muliakan “Muhammad Rasulullah SAW”; Khususnya sebagai salah satu upaya memperbaiki akhlak atau budi pekerti umat (Islam) yang kian hari kian terkontaminasi oleh “buruk dan jahatnya” kemajuan zaman dan teknologi kehidupan yang telah dicapai umat manusia sa’at ini.  Tidak hanya merupakan sebuah kegiatan “seremonial” keagamaan yang dimanfaatkan sebagai ajang  sekadar “kumpul-kumpul dan sholawatan” belaka.  Wallahua’lam.

Bagansiapiapi,  6 Rabi’ul Awwal  1433 H /  30 Januari 2012
KH.BACHTIAR  AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.