Nasihat kepada ammatil muslimin, kepada pergaulan umum, adalah mengenai masyarakat:
“Jika engkau bodoh, belajarlah kepada yang pintar. Jika engkau orang pandai, ajarlah yang bodoh. Tunjukkanlah kemaslahatan yang mengenai keselamatan dunia dan akhirat; Jangan mereka disakiti dengan tangan atau lidah; tutup aib dan cela mereka; tolong yang lapar jika engkau mampu; hindarkan bahaya dari mereka; carikan manfaat untuk mereka; suruh berbuat baik; larang berbuat mungkar dengan lembut dan ikhlas. Jika beroleh nikmat jangan dihasadi (dengki), tetapi syukurilah; Hormati yang lebih besar; kasihi yang lebih kecil; Apa yang engkau rasa baik buat dirimu, itulah kebaikan yang akan dilimpahkan kepada temanmu; Apa yang engkau rasa sakit pada terhadap dirimu, jangan engkau lakukan kepada mereka; Peliharalah harta benda dan diri mereka dengan perkataanmu dan pekerjaanmu; Ajak mereka memakai budi pekerti yang tinggi dan terpuji.”
Maka contohilah Jurair di-dalam melakukan nasihat kepada sesama manusia, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abdul Qasim At-Thabrani :
Bahwa pada suatu hari Jurair menyuruh bujangnya membeli seekor kuda tunggang. Datanglah bujang itu membawa seekor kuda tunggang dengan harga 300 dirham. Ketika akan membayar dipanggilnyalah yang punya kuda itu ke rumahnya. Jurair berkata:
“Sesungguhnya kuda tunggangan ini terlalu elok, harganya amat murah kalau hanya 300 dirham, lebih baik saya bayar 400 dirham, sukakah engkau ?” Orang itu menjawab: “Itu terserah engkau ya, pak Abdullah.” Jurair berkata lagi: “400 dirhampun terlalu murah, sukakah engkau menjual 500 dirham ?”
Demikianlah keadaannya, Jurair terus bertanya dan harganya dinaikkan terus seratus demi seratus, sedang yang punya kuda menyerah saja, sehingga akhirnya Jurair membayar harga kuda tersebut menjadi 800 dirham. Lalu orangpun bertanya kepada Jurair, mengapa ia semurah dan sedermawan itu mengeluarkan uang. Jurair pun menjawab:
“Semasa Rasulullah SAW hidup, saya telah mengikat bai’at dengan beliau, bahwa akan berlaku jujur dan ikhlas kepada seluruh kaum muslimin. Oleh sebab itulah saya harus berkata jujur tentang kudanya yang elok itu.” Wallahua’lam.
(dipetik dan di-edit dari buku TASAWUF MODERN karangan PROF.DR. HAMKA)
Bagansiapiapi, 28 Safar 1433 H / 23 Januari 2012
KH. BACHTIAR AHMAD
Jika engkau bodoh belajarlah pada yg pintar...
ReplyDeleteJika kau pintar ajarlah yg bodoh...
@said setuju sangat Bah...hehehe
Tapi yg kita nampak di jaman sekarang '' pinter nya gak bisa ikutin...bodoh nya juga gak bisa di ajar..
Ma'af Bah...bukan maksud said untk menghukum...hehe
Syukron wa yarhamukalloh...posting nya sangat bermanfaat...
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteinsyakallah... niat yg baik adalah amal apa lg sdh dikerjakan. .. semangat menanam kebaikan ....
ReplyDelete