Monday 13 February 2012

DAKWAH DAN HAHA… HIHI… (Jawaban Pertama)


oleh: KH.BACHTIAR  AHMAD
========================
Ada beberapa komentar yang disampaikan untuk menanggapi tulisan/foto yang saya muat di FB dengan judul “Dakwah dan Haha… Hihi…”. Selanjutnya melalui catatan/tulisan ini, saya ingin berbagi pendapat “sebagai jawaban” atas komentar-komentar tersebut.  Akan tetapi mengingat “keterbatasan” yang ada, maka “jawaban” tersebut saya sajikan dalam 2(dua) buah catatan/tulisan. Dan mohon maa’f jika “jawaban” tersebut kurang lengkap dan sempurna sebagaimana yang di-inginkan.

TENTANG NIAT dan TERTAWA:
“Amal itu tergantung niatnya” demikianlah yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis beliau. Maka berdasarkan hadis tersebut ada yang berpendapat, bahwa “haha..hihi atau melawak” dalam dakwah dianggap hal yang boleh-boleh saja. Kata mereka: “yang pentingkan nawaitunya”.

Pendapat yang demikian bisa dibenarkan jika “nawaitunya” tidak bercampur dengan sesuatu yang “tidak disukai” atau sesuatu “yang sangat dibenci” oleh Allah dan Rasul-NYA. Atau dengan kata lain; “mencampurkan yang hak dengan yang bathil”, suatu perbuatan yang secara tegas dilarang oleh Allah SWT dengan firman-NYA:

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 42)

Kita tentu sudah paham dan mengetahui, bahwa “berdakwah adalah kewajiban  setiap mukmin”  dalam rangka melaksanakan “amar ma’ruf nahi mungkar” yang diperitahkan Allah SWT, walaupun hanya sekadar “menyampaikan satu ayat”  sebagaimana yang disuruh oleh Rasulullah SAW.

Sementara itu “tertawa” adalah perbuatan yang walaupun dibolehkan, tapi sangat-sangat tidak disukai oleh Allah SWT sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dengan firman-NYA:

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”  (Q.S. At-Taubah: 82)

Rasulullah SAW dalam sebuah hadis lagsung ataupun tidak langsung, juga melarang kita (banyak) tertawa sebagaimana yang diriwayatkan:

"Janganlah kalian banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Jadi dengan demikian tentulah tidak bisa kita sandingkan niat untuk “dakwah dan tertawa” dengan begitu saja, mengingat yang satu adalah “hak” dan yang satunya bisa digolongkan pada perbuatan “bathil” lantaran tidak begitu disukai Allah dan Rasul-Nya.

Kita bukan “berburuk sangka”, bahwa ketika diundang untuk berdakwah atau berceramah, maka boleh jadi “sang da’i” sudah merancang lebih dulu bagaimana ia harus  membuat “lawakan” agar pendengarnya bisa tertawa dan suka pada “ceramahnya”. Sementara orang yang datang untuk mendengar, boleh jadi datang bukan lantaran tertarik untuk mendengar ceramah “sang da’i” melainkan hanya karena “sang da’i” pintar “melawak dan melucu” atau mungkin karena “popularitas” si pendakwah. Nah, jika “asumsi” di atas benar, maka tentulah “nawaitunya” sudah tumpang tindih, bahkan salah sama sekali. Padahal niat itu harus jelas dan tegas dan tidak boleh ada dua niat dalam satu pekerjaan.

Contoh yang sederhana adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW dalam hadis yang lain; Bahwa hijrah itu hanya karena Allah atau karena perempuan. Tidak ada hijrah karena Allah untuk mendapatkan perempuan. Analoginya adalah; Kalau karena Allah, maka tentulah Allah akan membalasnya dengan segala macam kebaikan yang dijanjikan-NYA. Dan jika karena perempuan, maka Allah hanya akan memberikan perempuan itu baginya.

Sebuah “majelis dzikrullah” ; majelis yang di dalamnya kita membicarakan yang hak dengan yang bathil; majelis yang di dalamnya kita banyak mengingat Allah dan membicarakan ajaran-ajaran Rasul-Nya; sebagaimana yang  disebutkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis adalah sebagai bagian dari “Taman Surga”,  dimana selama “majelis” itu berlangsung “para Malaikat” akan terbang mengelilingi mereka yang ada di dalamnya dan terus menerus memohon ampunan Allah bagi mereka. Lalu ketika orang-orang yang ada di dalamnya lebih banyak tertawanya; bahkan sampai terbahak-bahak mengeluarkan air mata; Apakah masih dapat kita sebut sebagai “Taman Surga”; Apakah para Malaikat masih mau mendo’akan mereka yang ada di dalamnya?  Wallahua’lam.
(Insya Allah bersambung)

Batam, 20 Rabi’ul Awwal 1433 H / 13  April  2012.
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.