oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Ada beberapa komentar yang
disampaikan untuk menanggapi tulisan/foto yang saya muat di FB dengan judul “Dakwah
dan Haha… Hihi…”. Selanjutnya melalui catatan/tulisan ini, saya ingin
berbagi pendapat “sebagai jawaban” atas komentar-komentar tersebut. Akan tetapi mengingat “keterbatasan” yang ada,
maka “jawaban” tersebut saya sajikan dalam 2(dua) buah catatan/tulisan. Dan
mohon maa’f jika “jawaban” tersebut kurang lengkap dan sempurna sebagaimana
yang di-inginkan.
TENTANG NIAT dan TERTAWA:
“Amal itu tergantung niatnya” demikianlah
yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis beliau. Maka berdasarkan
hadis tersebut ada yang berpendapat, bahwa “haha..hihi atau melawak”
dalam dakwah dianggap hal yang boleh-boleh saja. Kata mereka: “yang
pentingkan nawaitunya”.
Pendapat yang demikian bisa dibenarkan
jika “nawaitunya” tidak bercampur dengan sesuatu yang “tidak disukai”
atau sesuatu “yang sangat dibenci” oleh Allah dan Rasul-NYA. Atau dengan
kata lain; “mencampurkan yang hak dengan yang bathil”, suatu perbuatan
yang secara tegas dilarang oleh Allah SWT dengan firman-NYA:
“Dan janganlah kamu campur
adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak
itu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 42)
Kita tentu sudah paham dan mengetahui,
bahwa “berdakwah adalah kewajiban
setiap mukmin” dalam rangka
melaksanakan “amar ma’ruf nahi mungkar” yang diperitahkan Allah SWT,
walaupun hanya sekadar “menyampaikan satu ayat” sebagaimana yang disuruh oleh Rasulullah SAW.
Sementara itu “tertawa” adalah
perbuatan yang walaupun dibolehkan, tapi sangat-sangat tidak disukai oleh Allah
SWT sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dengan firman-NYA:
“Maka hendaklah mereka tertawa
sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka
kerjakan.” (Q.S. At-Taubah: 82)
Rasulullah SAW dalam sebuah hadis
lagsung ataupun tidak langsung, juga melarang kita (banyak) tertawa sebagaimana
yang diriwayatkan:
"Janganlah kalian banyak
tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati." (HR Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Jadi dengan demikian tentulah tidak
bisa kita sandingkan niat untuk “dakwah dan tertawa” dengan begitu saja,
mengingat yang satu adalah “hak” dan yang satunya bisa digolongkan pada
perbuatan “bathil” lantaran tidak begitu disukai Allah dan Rasul-Nya.
Kita bukan “berburuk sangka”,
bahwa ketika diundang untuk berdakwah atau berceramah, maka boleh jadi “sang
da’i” sudah merancang lebih dulu bagaimana ia harus membuat “lawakan” agar pendengarnya
bisa tertawa dan suka pada “ceramahnya”. Sementara orang yang datang
untuk mendengar, boleh jadi datang bukan lantaran tertarik untuk mendengar
ceramah “sang da’i” melainkan hanya karena “sang da’i” pintar “melawak
dan melucu” atau mungkin karena “popularitas” si pendakwah. Nah,
jika “asumsi” di atas benar, maka tentulah “nawaitunya” sudah
tumpang tindih, bahkan salah sama sekali. Padahal niat itu harus jelas dan
tegas dan tidak boleh ada dua niat dalam satu pekerjaan.
Contoh yang sederhana adalah
sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW dalam hadis yang lain; Bahwa hijrah
itu hanya karena Allah atau karena perempuan. Tidak ada hijrah karena Allah
untuk mendapatkan perempuan. Analoginya adalah; Kalau karena Allah, maka
tentulah Allah akan membalasnya dengan segala macam kebaikan yang
dijanjikan-NYA. Dan jika karena perempuan, maka Allah hanya akan memberikan
perempuan itu baginya.
Sebuah “majelis dzikrullah” ;
majelis yang di dalamnya kita membicarakan yang hak dengan yang bathil; majelis
yang di dalamnya kita banyak mengingat Allah dan membicarakan ajaran-ajaran
Rasul-Nya; sebagaimana yang disebutkan
Rasulullah SAW dalam sebuah hadis adalah sebagai bagian dari “Taman Surga”,
dimana selama “majelis” itu berlangsung
“para Malaikat” akan terbang mengelilingi mereka yang ada di dalamnya
dan terus menerus memohon ampunan Allah bagi mereka. Lalu ketika orang-orang
yang ada di dalamnya lebih banyak tertawanya; bahkan sampai terbahak-bahak
mengeluarkan air mata; Apakah masih dapat kita sebut sebagai “Taman Surga”; Apakah para Malaikat masih mau
mendo’akan mereka yang ada di dalamnya? Wallahua’lam.
(Insya Allah bersambung)
Batam, 20 Rabi’ul Awwal 1433 H /
13 April
2012.
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment