oleh:
KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
PENGANTAR
CATATAN:
Ya nabii salaamun ‘alaika (Wahai Nabi salam kami kepadamu)
Ya rosuul salaamun ‘alaika (Wahai Rasul
salam kami kepadamu)
Ya habiib salaamun ‘alaika (Wahai kekasih Allah salam kami kepadamu)
Sholawaatullaahi ‘alaika (Rahmat Allah semoga melimpah terus untukmu)
Inilah
senandung yang paling banyak dilantunkan;
nyanyian hati yang paling banyak dilafazkan bibir ketika
Rabi’ul Awwal tiba; Bulan yang kita sebut sebagai bulan “Maulid atawa Maulud”; Bulan
kelahiran Nabi dan Rasul yang diagungkan: Muhammad
Shallallaahu ‘Alaihi Wa-sallam. Dan senandung tersebut tidaklah hanya sebatas itu
saja, tapi berlanjut dengan pujian lainnya yang merangkai salam pembuka
tersebut:
Asyroqol
badru ‘alaina (bulan purnama telah terbit menyinari kami)
Fakhtafat
minhul buduuru (bulan purnama lainnya menjadi pudar)
Mitslahusnik
maa ro-aita (belum pernah kami melihat purnama yang
menyamaimu)
Qot-tuyaa
waj-has-suruuri (wahai wajah yang menggembirakan)
Anta
syamsun anta badrun (engkau bagaikan matahari, engkau bagaikan
purnama)
Anta
nuurun fauqonuurin (engkau
adalah cahaya di atas segala cahaya)
Anta
iksiirun wa ghooliy (engkau adalah emas murni yang paling mahal)
Anta mishbaahush-shuduuri (engkaulah pelita seluruh hati)
Yaa
habiibi yaa Muhammad (wahai
kekasihku, wahai hamba yang terpuji)
Yaa
‘aruusal khoofiqoini (wahai pengantin yang menenangkan dua hati)
Yaa
mu-ayyad yaa mumaj-jad (wahai Nabi yang diteguhkan dengan mukjizat)
Yaa
imaamal qiblataini
(wahai yang menjadi imam dua kiblat)
(dan seterusnya
sejuta pujian lainnya yang tak dapat dimuat dalam tulisan yang ringkas
ini)
Maka dengan
lantunan dan senandung sholawat puja-puji itu menjadi meriahlah bulan Maulid dengan
berbagai kegiatan; berbagai syi’ar yang meng-agungkan Rasulullah SAW dan agama
yang diwahyukan kepada beliau. Bahkan jauh melampaui batas Rabi’ul Awwal hingga ke Rabi’ul Akhir dan Jumadil Awwal, lantaran waktu yang sebulan rasanya tak cukup
untuk memperingati sejarah
kelahiran dan perjuangan Nabi yang kita muliakan itu.
Akan
tetapi sangat disayangkan pujian dan penghormatan yang diberikan itu hanya
memberikan bekas yang sedikit dalam kehidupan kita. Tak banyak yang bisa
memetik makna yang sesungguhnya dari sejarah; mengapa
Maulid diperingati? Bahkan yang paling
menyedihkan, tidak sedikit pula “umat
Muhammad SAW”; khususnya generasi
muda Islam yang tahu dan kenal tentang sosok
“Nabi” yang mereka cintai dan
yang mereka puji dan puja. Hanya sedikit yang tahu tentang “Apa dan siapa Muhammad SAW”.
Sehingga
sholawat; puji dan puja yang disenandungkanemuanya lewat begitu saja, bagaikan
senandung pujian kita yang kemudian berangsur hilang menjelang datang Rabi’ul
Awwal berikutnya. Sedikit sekali, bahkan nyaris tidak ada yang mau dan mampu “meneladani”
beliau sebagai hamba yang disebut Allah
sebagai “uswatun hasanah” dengan firman-Nya:
”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak
menyebut (mengingat) Allah.” (Q.S.Al-Ahzab: 21)
Padahal
bagaimanapun juga, adalah suatu kepatutan, bahkan wajib bagi kita sebagai
orang-orang yang beriman pada ke-Nabian dan ke-Rasulan beliau, untuk terus
mengkaji serta meneladani prilaku kehidupan atau “akhlaqul kariimah” beliau
sebagai salah satu upaya meningkatkan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana yang tersirat
dan tersurat dalam ayat 21 surah Al-Ahzab yang telah dipetikkan di atas.
Sementara
di sisi lain, dengan meneladani dan
menjabarkan prilaku Muhammad Rasulullah SAW, adalah merupakan bagian dari pengamalan nilai-nilai
ajaran Al-Quran di dalam kehidupan. Sebab ketika suatu hari kepada “ummul
mukminin” Aisyah r.a ditanyakan tentang akhlak atau budi pekerti Rasulullah
SAW, maka Aisyah berkata; bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran. Artinya
adalah, bahwa semua tingkah laku dan tindak tanduk keseharian Rasulullah SAW
adalah penjabaran dan pelaksanaan dari apa-apa yang telah diperintahkan Allah
SWT yang tertuang dan terangkum dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dan ucapan Aisyah
r.a tersebut tentulah sangat beralasan, sebab pada bagian lain di dalam
Al-Qur’an Allah SWT menegaskan:
“Nun, demi kalam dan apa yang
mereka tulis.// berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah
orang gila.// Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang
tidak putus-putusnya.// Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (Q.S.Al-Qalam: 1-4)
Kemuliaan serta
keagungan akhlaq “manusia” yang telah
dipilih dan terpilih sebagai Rasul Allah tersebut, tidak hanya diakui oleh
kalangan Islam, akan tetapi juga oleh sejarawan non Islam yang secara cermat
meneliti sejarah kehidupan Muhammad Rasulullah SAW. Bahkan sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, bahwa hanya dengan kemuliaan dan keagungan
akhlaknya itulah; Muhammad SAW telah
berhasil melunakkan hati lawan-lawannya, yang pada akhirnya tunduk dan
mengikuti ajaran agama Allah yang beliau sampaikan.
Oleh sebab itulah, dari
berbagai sumber yang menjadi rujukan “catatan ringkas” ini, dalam
suasana “maulid Nabi SAW” tahun ini, saya ingin mengajak anda untuk
kembali menyimak serba sedikit tentang sejarah hidup; perjuangan dan budi
pekerti mulia dari “junjungan alam” dan “kekasih para mukmin” serta “panutan”
kita “Muhammad Rasulullah SAW” melalui catatan bersambung yang saya
tuliskan.
Mudah-mudahan
bermanfa’at dan mohon ma’af jika ada salah dan kekeliruan dalam
penyampaiannya. (Insya Allah
bersambung) Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 9
Rabi’ul Awwal 1433 H / 2 Pebruari
2012.
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment