Friday, 3 February 2012

USWATUN HASANAH (1)


oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
PENGANTAR CATATAN:

Ya nabii salaamun ‘alaika    (Wahai Nabi salam kami kepadamu)
Ya rosuul salaamun ‘alaika    (Wahai Rasul salam kami kepadamu)
Ya habiib salaamun ‘alaika    (Wahai kekasih Allah salam kami kepadamu)
Sholawaatullaahi ‘alaika    (Rahmat Allah semoga melimpah terus untukmu)

Inilah senandung  yang paling banyak dilantunkan; nyanyian hati yang paling banyak dilafazkan  bibir ketika  Rabi’ul Awwal tiba; Bulan yang kita sebut sebagai bulan “Maulid atawa Maulud”; Bulan kelahiran Nabi dan Rasul yang diagungkan: Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wa-sallam.  Dan senandung tersebut tidaklah hanya sebatas itu saja, tapi berlanjut dengan pujian lainnya yang merangkai salam pembuka tersebut:

Asyroqol badru ‘alaina    (bulan purnama telah terbit menyinari kami)
Fakhtafat minhul buduuru    (bulan purnama lainnya menjadi pudar)
Mitslahusnik maa ro-aita    (belum pernah kami melihat purnama yang menyamaimu)
Qot-tuyaa waj-has-suruuri    (wahai wajah yang menggembirakan)
Anta syamsun anta badrun    (engkau bagaikan matahari, engkau bagaikan purnama)
Anta nuurun fauqonuurin    (engkau adalah cahaya di atas segala cahaya)
Anta iksiirun wa ghooliy    (engkau adalah emas murni yang paling mahal)
Anta mishbaahush-shuduuri    (engkaulah pelita seluruh hati)
Yaa habiibi yaa Muhammad    (wahai kekasihku, wahai hamba yang terpuji)
Yaa ‘aruusal khoofiqoini    (wahai pengantin yang menenangkan dua hati)
Yaa mu-ayyad yaa mumaj-jad    (wahai Nabi yang diteguhkan dengan mukjizat)
Yaa imaamal qiblataini (wahai  yang menjadi imam dua kiblat)

(dan seterusnya sejuta pujian lainnya yang tak dapat dimuat dalam tulisan  yang ringkas  ini)

Maka dengan lantunan dan senandung sholawat puja-puji itu menjadi meriahlah bulan Maulid dengan berbagai kegiatan; berbagai syi’ar yang meng-agungkan Rasulullah SAW dan agama yang diwahyukan kepada beliau. Bahkan jauh melampaui batas Rabi’ul Awwal hingga ke Rabi’ul Akhir dan Jumadil Awwal, lantaran waktu yang sebulan rasanya tak cukup untuk memperingati sejarah kelahiran dan perjuangan  Nabi yang kita muliakan itu.

Akan tetapi sangat disayangkan pujian dan penghormatan yang diberikan itu hanya memberikan bekas yang sedikit dalam kehidupan kita. Tak banyak yang bisa memetik makna yang sesungguhnya dari sejarah; mengapa Maulid diperingati? Bahkan yang paling menyedihkan, tidak sedikit pula “umat Muhammad SAW”; khususnya generasi muda Islam yang tahu dan kenal tentang sosok “Nabi” yang mereka cintai dan yang mereka puji dan puja. Hanya sedikit yang tahu tentang “Apa dan siapa Muhammad SAW”.

Sehingga sholawat; puji dan puja yang disenandungkanemuanya lewat begitu saja, bagaikan senandung pujian kita yang kemudian berangsur hilang menjelang datang Rabi’ul Awwal berikutnya. Sedikit sekali, bahkan nyaris tidak ada yang mau dan mampu “meneladani”   beliau sebagai hamba yang disebut Allah sebagai “uswatun hasanah” dengan firman-Nya:

”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah  itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut (mengingat) Allah.”   (Q.S.Al-Ahzab: 21)

Padahal bagaimanapun juga, adalah suatu kepatutan, bahkan wajib bagi kita sebagai orang-orang yang beriman pada ke-Nabian dan ke-Rasulan beliau, untuk terus mengkaji serta meneladani prilaku kehidupan atau “akhlaqul kariimah” beliau sebagai salah satu upaya  meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam ayat 21 surah Al-Ahzab yang telah dipetikkan di atas.

Sementara di sisi lain, dengan  meneladani dan menjabarkan prilaku Muhammad Rasulullah SAW,   adalah merupakan bagian dari pengamalan nilai-nilai ajaran Al-Quran di dalam kehidupan. Sebab ketika suatu hari kepada “ummul mukminin” Aisyah r.a ditanyakan tentang akhlak atau budi pekerti Rasulullah SAW, maka Aisyah berkata; bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran. Artinya adalah, bahwa semua tingkah laku dan tindak tanduk keseharian Rasulullah SAW adalah penjabaran dan pelaksanaan dari apa-apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang tertuang dan terangkum dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dan ucapan Aisyah r.a tersebut tentulah sangat beralasan, sebab pada bagian lain di dalam Al-Qur’an Allah SWT menegaskan:

“Nun, demi kalam  dan apa yang mereka tulis.// berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah orang gila.// Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.// Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”   (Q.S.Al-Qalam: 1-4)

Kemuliaan serta keagungan akhlaq “manusia” yang telah dipilih dan terpilih sebagai Rasul Allah tersebut, tidak hanya diakui oleh kalangan Islam, akan tetapi juga oleh sejarawan non Islam yang secara cermat meneliti sejarah kehidupan Muhammad Rasulullah SAW. Bahkan sebagaimana yang tercatat  dalam sejarah,  bahwa hanya dengan kemuliaan dan keagungan akhlaknya itulah; Muhammad SAW  telah berhasil melunakkan hati lawan-lawannya, yang pada akhirnya tunduk dan mengikuti ajaran agama Allah yang beliau sampaikan.

Oleh sebab itulah, dari berbagai sumber yang menjadi rujukan “catatan ringkas” ini, dalam suasana “maulid Nabi SAW” tahun ini, saya ingin mengajak anda untuk kembali menyimak serba sedikit tentang sejarah hidup; perjuangan dan budi pekerti mulia dari “junjungan alam”  dan “kekasih para mukmin” serta “panutan” kita “Muhammad Rasulullah SAW” melalui catatan bersambung yang saya tuliskan.

Mudah-mudahan bermanfa’at dan mohon ma’af jika ada salah dan kekeliruan dalam penyampaiannya.  (Insya Allah bersambung)  Wallahua’lam.

Bagansiapiapi,  9  Rabi’ul Awwal  1433 H  /  2  Pebruari  2012.
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.