oleh:
KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
TENTANG
“KESEHARIAN” NABI YANG KITA CINTAI (4).
Ya nabii
salaamun ‘alaika; Ya rosuul salaamun
‘alaika
Ya habiib
salaamun ‘alaika; Sholawaatullaahi ‘alaika
(Wahai Nabi
salam kami kepadamu; Wahai Rasul salam
kami kepadamu
Wahai kekasih Allah salam kami kepadamu; Rahmat
Allah semoga melimpah terus untukmu)
RASULULLAH SAW DAN HARTA BENDA.
Sebagai Nabi dan Rasul Allah; Muhammad SAW tidaklah
“miskin” harta benda sebagaimana yang banyak disangkakan orang. Kalau
beliau mau, maka Muhammad bisa minta apa saja kepada Allah. Bahkan tanpa
diminta, Allah pernah menawarkan dan memberikan emas sebesar dan sebanyak gunung
Uhud (menjadikan gunung Uhud sebagai emas) untuk keperluan beliau. Akan tetapi Muhammad SAW tetap memilih hidup
dalam kesederhanaan, bahkan dapat dikatakan miskin lantaran seringkali beliau
tidak pernah kenyang dalam beberapa hari. Dan selalu merasa senang, walaupun
selama tiga hari berturut-turut hanya memakan roti gandum tanpa lauk pauk atau adakalanya hanya memakan hidangan yang
disebut-sebut sebagai “Al-Aswadini” yakni kurma dan air putih. Sementara
dalam sebuah riwayat ada disebutkan, bahwa Umar bin Khattab r.a para sahabat
lainnya pernah menangis menyaksikan beliau tidur di atas jerami tanpa alas,
sehingga meninggalkan bekas di tubuh beliau.
Bagi Muhammad SAW
harta bukanlah segala-galanya, oleh sebab itulah setiap kali mendapat bagian
dari harta rampasan perang yang menjadi bagiannya sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, semuanya habis dibagi-bagikan kecuali hanya sedikit untuk
keperluan keluarga beliau. Bahkan pernah suatu ketika, tatkala beliau sedang
berjalan-jalan ada seorang perempuan yang meminta dan menarik kain (selendang)
yang beliau pakai, maka dengan segala keikhlasan hatinya Muhammad SAW
memberikan kain tersebut kepada perempuan tersebut seketika itu juga.
Perlakuan Muhammad
Rasulullah SAW terhadap harta benda tentu saja sangat berbeda dan sangat
berlawanan dengan “akhlak” kita, yang selalu memandang bahwa harta
adalah segala-galanya, dan lupa pada peringatan-peringatan Allah yang telah
disampaikan kepada kita tentang “bahaya dan malapetaka” yang bisa
ditimbulkan oleh harta benda. Dan tentu saja yang sangat berbahaya adalah
ketika kita dilalaikannya dari mengingat Allah SWT sebagaimana firman-Nya:
“Hai orang-orang
beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang
merugi.” (Q.S. Al-Munafiquun: 9)
Dan satu hal lagi yang patut kita “camkan dan waspadai”
adalah, bahwa adakalanya harta benda yang dianugerahkan Allah kepada kita
bukanlah merupakan rahmat dan nikmat-Nya, melainkan merupakan salah satu “azab
dunia” yang Allah timpakan kepada kita sebagaimana yang tersurat dan
tersirat dalam firman-Nya:
“Dan janganlah harta
benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan
mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa
mereka, dalam keadaan kafir.” (Q.S.
At-Taubah: 85)
Allah memang tidak
melarang, bahkan menyuruh kita untuk mencari “kebahagiaan dunia”, akan
tetapi yang namanya “kebahagiaan dunia” itu tidak mutlah dan
tidaklah harus selalu di-identikkan
dengan kepemilikan harta benda. Oleh sebab itu mari kita belajar lebih banyak
dari keteladanan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW (juga para sahabat)
dalam masalah yang satu ini. Mudah-mudahan “berharta atau tidak berharta” nya
kita dalam kehidupan di dunia yang fana ini, bukanlah persoalan yang pelik bagi
kita untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Semoga catatan ini
bermanfaat dan insya Allah pada catatan berikutnya kita bisa belajar dari
Rasulullah SAW dalam “keseharian” beliau yang lainnya. Wallahu’alam.
Bagansiapiapi, 16
Rabi’ul Awwal 1433 H / 9 Pebruari
2012.
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment