Friday, 2 March 2012

IBADAH: Fitrah Manusia


oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Syaikh Abdullah Al-Ghazali menjelaskan, bahwa “ibadah” di dalam kehidupan manusia bukanlah sesuatu “yang diperintahkan”, melainkan adalah bagian dari “fitrah” manusia itu sendiri, sekalipun dalam realitasnya Allah SWT telah menyatakan bahwa manusia memang diperintahkan untuk beribadah dan diciptakan untuk beribadah sebagaimana firman-Nya:

“Wahai sekalian   manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakan-mu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” ( Q. S.  Al-Baqarah :  21 )

Syaikhul Islam “Ibnul Qayyim”  mengatakan, bahwa kata “Ya ayyuhannaas” yang berarti “Wahai sekalian manusia”  yang Allah jadikan sebagai awal dari ayat 21 surah Al-Baqarah di atas adalah merupakan sebuah prinsip “ibadah” yang berlaku umum untuk seluruh manusia sebagai penjabaran lebih lanjut dari firman Allah SWT:

“dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka (beribadah) menyembah-KU.” (Q.S. Adz-Dzariyaat: 56)

Jadi masalah  beribadah kepada Allah SWT adalah sesuatu yang universal atau bersifat umum bagi seluruh manusia dari bangsa manapun ia dilahirkan. Dan inilah hakikat ibadah yang sesungguhnya dalam kehidupan manusia. Artinya ialah bahwa “ibadah adalah bagian dari fitrah manusia” itu sendiri, yang ada dan dibawa oleh manusia sejak mula pertama diciptakan dan dilahirkan. Bukan sesuatu yang datang kemudian, yang diajarkan dalam proses pertumbuhannya. Dan inilah penjabaran dari hakikat “kenalnya” manusia dengan “Sang Pencipta” sebelum mereka dikeluarkan dari “rahim” sang bunda ke dunia yang fana ini sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dengan firman-Nya:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?”; mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al-A’raaf: 172)

Adapun dengan diutusnya para Nabi dan Rasul oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengajak dan mengajarkan manusia beribadah atau menyembah Allah, hanyalah dimaksudkan   untuk menata  pelaksanaan ibadah tersebut  dalam suatu aturan yang jelas dan terarah, memiliki pola keseragaman, agar tidak timbul kerancuan bagaimana beribadah dan menyembah Allah antara satu dengan yang lain. Sedangkan hakikat atau tujuan utama ibadah itu sendiri adalah; untuk mengantarkan manusia ke arah keselamatan hidup dunia dan akhirat. Sebab “inti dari ibadah” yang wajib dilakukan oleh seluruh manusia adalah keselamatan bagi manusia itu sendiri.

Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa ibadah itu adalah bagian dari fitrah manusia tersebut, adalah sebagaimana yang kita lihat dalam sejarah perkembangan manusia itu sendiri, yang dala hal ini  sebelum sampai kepada mereka para Nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT atau ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul tersebut sampai kepada mereka, maka manusia selalu beribadah atau menyembah “Tuhan” yang mereka yakini keberadaan-NYA dengan interpretasi masing-masing. Ada  yang menyembah batu; pohon kayu; berhala atau patung yang mereka buat sendiri dan lain sebagainya.

Bertentangan dengan fitrah itu sendiri, manusia boleh-boleh saja berupaya untuk meniadakan  atau mengingkari keberadaan “Tuhan” yang menciptakan dirinya. Akan tetapi lantaran adanya fitrah ibadah di dalam dirinya, maka  sejauh manapun ia berusaha untuk tidak mengakui eksistensi Tuhan dalam kehidupannya, maka suatu ketika; Baik secara sadar atau tidak, manusia pasti membutuhkan pertolongan Tuhan, yang antara lain keadaan ini ditegaskan Allah di dalam Al-Qur’an:

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia (Allah), maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” (Q.S. Al-Isra’: 67)

Ibadah dalam pengertian khusus memang memiliki suatu bentuk atau tata cara penyembahan kepada  Allah SWT. Akan tetapi dalam pengertian umum ibadah adalah suatu kewajiban bagi manusia untuk tunduk dan mematuhi perintah Tuhan untuk keselamatan manusia itu sendiri. Oleh sebab itulah  dengan menyimak dan memperhatikan beberapa keterangan di atas, maka sudah selayaknyalah sebagai seorang mukmin atau muslim, kita berkewajiban untuk memelihara “fitrah diri” tersebut dengan sebai-baiknya dengan cara melaksanakan apa-apa yang telah diperintahkan dan meninggalkan apa yang telah dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya untuk dan demi keselamatan diri sendiri.
Satu hal yang patut dikethui dan kita yakini adalah, bahwa  ketika Allah memerintahkan kita untuk beribadah dan menyembah-NYA, maka hal itu tidak akan membuat Allah Azza Wa Jalla akan  semakin Agung dan Mulia. Atau sebaliknya, ketika kita enggan menyembah dan beribadah kepada-NYA; tidaklah akan membuat Allah SWT menjadi kecil dan terhina.  Sebab sejak awal ALLAH memang sudah Maha Agung dan Maha Mulia; tidak ada sesuatupun yang dapat mengecilkan atau membesarkan Allah Yang Maha Besar selain dari Allah sendiri. Karenanya ibadah yang engkau lakukan hanyalah untuk membesarkan dan memuliakan dirimu sendiri. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi,  7  Rabi’ul Akhir  1433 H  /  01  Maret  2012
KH.BACHTIAR  AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.