Monday, 19 March 2012

NILAI KESABARAN: Sebuah Jawaban


oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Seseorang bertanya: “(1) Manakah yang lebih baik; sabar terhadap cobaan (musibah) atau terhadap kenikmatan (harta benda). (2) Manakah yang lebih sempurna kesabaran Nabi Yusuf a.s menghadapi fitnah dan dipenjarakan atau kesabaran Nabi Ayyub a.s yang kehilangan kesehatan; harta dan anak-anaknya.  (3) Manakah yang lebih baik dan sempurna kesabaran Nabi Yusuf a.s ketika dimasukkan ke dalam sumur atau ketika dipenjarakan. (4) Manakah yang lebih tinggi derajatnya sabar dalam keta’atan atau sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan?”

Kalau kita mengacu pada apa yang telah dijelaskan Allah SWT di dalam Kitab-NYA (Al-Qur’an), maka “sabar” ketika ditimpa musibah atau “sabar” ketika diberi kenikmatan; baik “sabar” dalam hal menjalankan keta’atan ataupun “sabar” dalam menahan diri dari berbuat maksiat, ataupun  “sabar” yang lainnya sebagaimana pertanyaan di atas, maka nilainya tetap sama dalam pandangan Allah SWT. Sebab tidak ada satu ayat atau dalilpun yang secara khusus menyebutkan, bahwa kesabaran yang satu adalah lebih baik dan lebih sempurna dari kesabaran yang lainnya. Untuk itulah Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS.Ali ‘Imran: 200)

Syaikh Abdullah Al-Ghazali menjelaskan, bahwa melalui ayat di atas, secara umum Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu sabar dan menguatkan kesabaran yang telah ada  dalam segala persoalan hidup yang mereka hadapi, dan senantiasa waspada terhadap segala macam kemungkinan yang bisa menjadikan mereka putus asa dan kehilangan kesabaran. Dan secara khusus beberapa diantaranya dijelaskan Allah SWT  dengan firman-Nya:

1. Dalam hal musibah atau cobaan/ujian hidup dan keimanan:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. //  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)” // Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”  (QS.Al-Baqarah: 155-157)

2. Dalam hal melaksanakan perintah atau keta’atan kepada Allah SWT:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaa-Haa: 132) 

Kalaupun mau dilihat nilai kesabaran yang mana yang paling tinggi dan yang  lebih utama, maka boleh jadi “ bersabar pada saat mendapat musibah” adalah hal yang paling utama untuk dilakukan seseorang di dalam kehidupannya. Hal ini dimungkinkan dengan adanya firman Allah SWT tentang keadaan nabi Ayyub a.s sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhan-nya). (QS.Shaad: 44)

Akan tetapi menurut Al-Ghazali pujian Allah kepada  Nabi Ayyub a.s tersebut tidaklah semata-mata karena kesabarannya dalam menerima dan menghadapi musibah yang diujikan Allah kepada beliau, tapi juga meliputi kesabaran atas tetap ta’atnya Ayyub a.s  beribadah sekalipun beliau dalam kondisi sakit parah.

Al-Ghazali menjelaskan, bahwa nilai lebih atau tinggi maupun rendahnya derajat kesabaran yang dimiliki seseorang sebenarnya terletak pada sikap diri seseorang ketika menerima ujian dari Allah SWT; baik ujian dalam bentuk musibah maupun dalam bentuk kesenangan hidup. Begitu juga kesabarannya dalam melaksanakan perintah Allah ataupun meninggalkan semua larangan-Nya. Sebab secara umum makna kesabaran itu (menurut syariat) adalah: “Sikap teguh dan tahan (hati) seseorang dalam menghadapi pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu berdasarkan keyakinannya atas hak-hak Allah SWT pada hamba-hamba-Nya; Khususnya sikapnya dalam menentang kehedak hawa nafsu yang dapat menjerumuskannya kepada murka Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah; dalam menjalankan perintah maupun meninggalkan apa yang dilarang-Nya.”
Jadi dengan mengacu pada beberapa penjelasan ringkas di atas, maka untuk  pertanyaan yang diajukan sebagaimana yang telah dituliskan di awal tulisan ini, “jawabannya” hanya ada dalam pengetahuan Allah SWT “Yang Maha Sabar”.

Kalaupun ada nilai lebih antara satu dengan yang lainnya, maka hal itu tergantung dari sisi mana kita melihat dan memahaminya. Hal ini tentunya tak perlu dijadikan bahan perdebatan, sebab  yang terpenting dan yang paling utama untuk kita sikapi dalam hidup ini adalah, bagaimana kita berlaku sabar dan berupaya memperkuat kesabaran diri dalam semua hal yang telah ditetapkan dan ditentukan Allah SWT ke atas diri kita. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 25 Rabi’ul Akhir 1433 H / 19  Maret  2012
KH.BACHTIAR AHMAD

2 comments:

  1. Saya bertambah pengetahuan tentang sabar dan smg Allah memberikan kesabaran kepada saya dan keluarga. amin.

    Terima kasih Pak Kyai.

    ReplyDelete
  2. ILMU KESABARAN

    KESABARAN adalah ilmu tingkat tinggi...
    ~Belajarnya setiap hari.
    ~Latihannya setiap saat.
    ~Ujiannya sering mendadak.
    ~Sekolahnya seumur hidup...

    KESABARAN adalah hasil dari hati yg berbelas kasih.

    KESABARAN merupakan buah dari kerendahan hati.

    KESABARAN menciptakan kelemah-lembutan.

    KESABARAN mencegah kesalahan2 besar...

    Pada dasarnya org yg sabar melebihi seorg pahlawan,
    org yg bisa menguasai dirinya dalam Suka maupun Duka .

    ReplyDelete

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.