oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Seseorang
bertanya: “(1) Manakah yang lebih baik; sabar terhadap cobaan (musibah) atau
terhadap kenikmatan (harta benda). (2) Manakah yang lebih sempurna kesabaran
Nabi Yusuf a.s menghadapi fitnah dan dipenjarakan atau kesabaran Nabi Ayyub a.s
yang kehilangan kesehatan; harta dan anak-anaknya. (3) Manakah yang lebih baik dan sempurna
kesabaran Nabi Yusuf a.s ketika dimasukkan ke dalam sumur atau ketika
dipenjarakan. (4) Manakah yang lebih tinggi derajatnya sabar dalam keta’atan
atau sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan?”
Kalau
kita mengacu pada apa yang telah dijelaskan Allah SWT di dalam Kitab-NYA
(Al-Qur’an), maka “sabar” ketika ditimpa musibah atau “sabar”
ketika diberi kenikmatan; baik “sabar” dalam hal menjalankan keta’atan
ataupun “sabar” dalam menahan diri dari berbuat maksiat, ataupun “sabar” yang lainnya sebagaimana
pertanyaan di atas, maka nilainya tetap sama dalam pandangan Allah SWT. Sebab
tidak ada satu ayat atau dalilpun yang secara khusus menyebutkan, bahwa
kesabaran yang satu adalah lebih baik dan lebih sempurna dari kesabaran yang
lainnya. Untuk itulah Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS.Ali ‘Imran: 200)
Syaikh Abdullah Al-Ghazali menjelaskan, bahwa melalui ayat di atas, secara umum Allah SWT
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu sabar dan menguatkan
kesabaran yang telah ada dalam segala
persoalan hidup yang mereka hadapi, dan senantiasa waspada terhadap segala
macam kemungkinan yang bisa menjadikan mereka putus asa dan kehilangan
kesabaran. Dan secara khusus beberapa diantaranya dijelaskan Allah SWT dengan firman-Nya:
1.
Dalam hal musibah atau cobaan/ujian hidup dan keimanan:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. // (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)” // Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Al-Baqarah: 155-157)
2.
Dalam hal melaksanakan perintah atau keta’atan kepada Allah SWT:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaa-Haa: 132)
Kalaupun
mau dilihat nilai kesabaran yang mana yang paling tinggi dan yang lebih utama, maka boleh jadi “ bersabar
pada saat mendapat musibah” adalah hal yang paling utama untuk dilakukan
seseorang di dalam kehidupannya. Hal ini dimungkinkan dengan adanya firman
Allah SWT tentang keadaan nabi Ayyub a.s sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhan-nya). (QS.Shaad: 44)
Akan
tetapi menurut Al-Ghazali pujian Allah kepada
Nabi Ayyub a.s tersebut tidaklah semata-mata karena kesabarannya dalam
menerima dan menghadapi musibah yang diujikan Allah kepada beliau, tapi juga
meliputi kesabaran atas tetap ta’atnya Ayyub a.s beribadah sekalipun beliau dalam kondisi
sakit parah.
Al-Ghazali
menjelaskan, bahwa nilai lebih atau tinggi maupun rendahnya derajat kesabaran
yang dimiliki seseorang sebenarnya terletak pada sikap diri seseorang ketika
menerima ujian dari Allah SWT; baik ujian dalam bentuk musibah maupun dalam
bentuk kesenangan hidup. Begitu juga kesabarannya dalam melaksanakan perintah
Allah ataupun meninggalkan semua larangan-Nya. Sebab secara umum makna
kesabaran itu (menurut syariat) adalah: “Sikap teguh dan tahan (hati)
seseorang dalam menghadapi pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu
berdasarkan keyakinannya atas hak-hak Allah SWT pada hamba-hamba-Nya; Khususnya
sikapnya dalam menentang kehedak hawa nafsu yang dapat menjerumuskannya kepada
murka Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah; dalam menjalankan perintah
maupun meninggalkan apa yang dilarang-Nya.”
Jadi
dengan mengacu pada beberapa penjelasan ringkas di atas, maka untuk pertanyaan yang diajukan sebagaimana yang telah
dituliskan di awal tulisan ini, “jawabannya” hanya ada dalam pengetahuan
Allah SWT “Yang Maha Sabar”.
Kalaupun
ada nilai lebih antara satu dengan yang lainnya, maka hal itu tergantung dari
sisi mana kita melihat dan memahaminya. Hal ini tentunya tak perlu dijadikan
bahan perdebatan, sebab yang terpenting
dan yang paling utama untuk kita sikapi dalam hidup ini adalah, bagaimana kita
berlaku sabar dan berupaya memperkuat kesabaran diri dalam semua hal yang telah
ditetapkan dan ditentukan Allah SWT ke atas diri kita. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi,
25 Rabi’ul Akhir 1433 H / 19 Maret 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
Saya bertambah pengetahuan tentang sabar dan smg Allah memberikan kesabaran kepada saya dan keluarga. amin.
ReplyDeleteTerima kasih Pak Kyai.
ILMU KESABARAN
ReplyDeleteKESABARAN adalah ilmu tingkat tinggi...
~Belajarnya setiap hari.
~Latihannya setiap saat.
~Ujiannya sering mendadak.
~Sekolahnya seumur hidup...
KESABARAN adalah hasil dari hati yg berbelas kasih.
KESABARAN merupakan buah dari kerendahan hati.
KESABARAN menciptakan kelemah-lembutan.
KESABARAN mencegah kesalahan2 besar...
Pada dasarnya org yg sabar melebihi seorg pahlawan,
org yg bisa menguasai dirinya dalam Suka maupun Duka .