oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
========================
Salah satu penyakit hati yang sangat ganas, yang
sangat dibenci oleh Allah dan rasul-Nya adalah “hasad”, yang secara umum
maknanya adalah perasaan “dengki” yang tumbuh dan berada dalam diri dan
jiwa seseorang. Dan oleh karena sangat dan berbahaya serta ganasnya penyakit dengki inilah, Allah SWT
telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu memohon perlindungan
sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam firman-Nya:
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang
menguasai subuh; dari kejahatan makhluk-Nya; dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita; dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus
pada buhul-buhul; dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (Q.S.Al-Falaq: 1-4)
Dan oleh karena bahayanya itulah Rasulullah SAW mengingatkan
“umat beliau” untuk tidak saling mendengki sebagaimana sabda beliau:
“Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu
persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula
saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak
menzaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakan-nya dan tidak pula
melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini (seraya Nabi SAW menunjuk ke
dadanya tiga kali). Telah pantas seseorang disebut melakukan kejahatan, karena
ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain
adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra).
Akan
tetapi sudah diperingatkan sedemikian rupa, penyakit iri dan dengki tersebut
tetap saja mewabah di kalangan umat (Islam; khususnya di Indonesia) tak
terkecuali apakah ia seorang politisi; pejabat negeri; ilmuwan bahkan tak
sedikit pula tokoh-tokoh agama (para ulama) yang menampakkan prilaku buruknya karena adanya iri dan dengki yang bersemayam
di dalam dada mereka.
Secara umum dengki gejala utama penyakit dengki itu
adalah, tumbuh dan adanya perasaan benci dan tidak senang terhadap orang lain
yang memiliki kenikmatan atau keutamaan yang melebihi dirinya. Walaupun
adakalanya ia sendiri memiliki kenikmatan atau kesenangan yang lebih banyak
dari orang yang dibencinya itu. Bak kata orang sekarang, penyakit dengki itu
sama dengan penmyaklit “SMS” yakni: “Susah Melihat (orang) Senang; Senang Melihat (orang) Susah.” Salah
satu gejala penyakit dengki yang dalam istilah agama disebut dengan istilah “syamatah.”
Dan penyakit
dengki itu semakin mewabah dan terlihat jelas dalam dalam kehidupan dunia modern yang serba
materialistis ini; Dimana semua keberhasilan dan pencapaian seseorang diukur
dengan uang dan materi duniawi. Contohnya bisa kita saksikan dalam kehidupan
sehari-hari, dimana sering kita lihat ada orang yang dengki kepada kawannya
yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang baru saja beli mobil;
dengki kepada saudara yang berhasil mendidik anak-anaknya; bahkan dengki kepada
orang yang dianggapnya lebih alim dan ta’at dari dirinya.
Menurut keadaan yang ada para ulama membagi
penyakit dengki tersebut secara bertingkat-tingkat:
Pertama, ada pendengki yang berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh
orang yang didengkinya, dengan ucapan seperti fitnah dan perbuatan, meskipun
dia tidak mengharapkan nikmat tersebut pindah kepada dirinya.
Kedua, ada
pendengki yang selain berusaha menghilangkan nikmat dari orang yang
didengkinya, ia juga berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya.
Kedua
macam dengki ini digolongkan kepada sifat
dengki yang sangat tercela dan dapat menyeret pelakunya kepada dosa
besar.
Yang ketiga, iri
hati atau dengki yang tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya,
tetapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Dalam hal
ini ada pendapat yang mengatakan, bahwa jika nikmat itu bersifat duniawi, maka
tidak ada kebaikannya sama sekali. Akan tetapi jika nikmat itu bersifat
ukhrawi, maka ia adalah kebaikan. Dan inilah yang dinamakan ghibthah (keinginan
yang mendorong seseorang untuk melaksanakan kebajikan-kebajikan akhirat).
Yang ke-empat, orang yang dengki atau iri hati pada orang lain.
Akan tetapi kedengkiannya tidak dilanjutkannya kepada perbuatan atau perkataan,
melainkan dipendamnya sendiri di dalam hatinya. Dan menurut Al-Hasan
jenis dengki atau iri hati ini tidaklah berdosa. Sebab ia merupakan lintasan hati yang berasal dari
syaitan yang selalu menggoda manusia. Akan tetapi menurut beliau keadaan ini
jauh jika dilawan dan dihilangkan. Sebab jika terus menerus dibiarkan dapat
berubah kepada jenis penyakit hati yang lebih berbahaya.
Adapun penyebab utama timbulnya penyakit dengki dan
iri hati di dalam diri manusia adalah karena kecintaan kepada dunia yang
berlebih-lebihan. Dan biasanya tumbuh lantaran adanya satu keinginan atau satu
tujuan terhadap sesuatu; Baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang yang
didengkinya. Pada akhirnya penyakit
dengki yang tumbuh di dalam diri seseorang tersebut akan menyeretnya pula pada
beberapa kondisi atau penyakit jiwa yang
sangat merusak diri, di antaranya ialah:
Pertama, akan timbul konflik; persaingan tidak sehat dan permusuhan, karena
seseorang yang dijangkiti penyakit dengki akan selalu menganggap orang-orang
yang melebihi dirinya adalah musuhnya.
Kedua, tumbuhnya perasaan ta'azzuz (merasa paling mulia). Ia
keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut bila koleganya
mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
Ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu
dia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut bila orang lain
memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk padanya.
Keempat, merasa ta'ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya.
Kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu
maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak
terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu, setiap kelebihan yang ada pada
orang lain selalu ia tutup-tutupi.
Keenam, ambisius dalam hal kepemimpinan (hubbur riyasah). Hubbur
riyasah dengan hubbul jah (senang pangkat-kedudukan) adalah saling
berkaitan. Ia tidak menoleh terhadap kelemahan dirinya, seolah-olah dirinya tak
ada tolok bandingnya.
Ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika
disampaikan kabar padanya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya.
Sebaliknya, ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan telah berhasil mencapai
kesuksesan dan kepangkatan yang dicarinya.
Selain hal-hal di atas, mungkin masih ada hal-hal
lainnya yang sangat membahayakan diri dan jiwa seseorang. Akan tetapi paling
tidak, inilah beberapa hal yang paling banyak
terjadi, jika seseorang dijangkiti penyakit dengki.
Sebagaimana yang telah disampaikan di awal tulisan
ini, maka jelas Allah SWT dan rasul-Nya menyebutkan bahwa dengki adalah
penyakit yang paling bahaya dalam kehidupan, yang dapat menggerogoti iman
seseorang, yang pada akhirnya akan melemparkannya ke dalam “neraka jahannam”.
Hal yang demikian ini dapat kita simak dari banyaknya penjelasan dan peringatan
Allah SWT di dalam Al-Qur’an tentang penyakit “hasad atau dengki”
tersebut. Dan salah satu contoh
yang paling utama adalah bagaimana kedengkian Iblis laknatullah kepada
Adam alaihis-salam, sehingga pada akhirnya menjadikan Iblis laknatullah
durhaka kepada Allah SWT; kasus putra-putranya Nabi Adam a.s (Habil dan Qabil)
serta kasus kedengkian
saudara-saudaranya terhadap Nabi Yusuf a.s sebagaimana yang diterangkan Allah
SWT dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan
Allah pada kisah Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang yang beriman. // yaitu
ketika mereka berkata: “Sesungguhnya yusuf dan saudara kandungnya lebih
dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita ini adalah satu
golongan yang kuat. Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.
// Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke daerah yang tqak dikenal, supaya
perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu
menjadi orang-orang yang baik.” (Q.S.Yusuf: 7-9)
Mudah-mudahan Allah menolong kita dengan hidayah
dan inayah-Nya, sehingga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
memiliki penyakit iri dan dengki. Wallahua’mam.
Bagansiapiapi,
19 Jumadil Akhir 1433
H. / 11 Mei 2012
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment