Sunday 17 June 2012

ISRA’ MI’RAJ: Memantapkan Aqidah/Tauhid (Bag.Ketiga)


oleh: KH. BACHTIAR AHMAD
========================
BELAJAR DARI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ r.a (2)

Begitu besarnya nilai aqidah/tauhidnya Abu Bakar kepada Allah SWT, juga dapat kita simak dan kita contoh tentang sikapnya terhadap kepemilikan dan cintanya kepada harta benda.

Tatkala Rasulullah SAW meminta kaum muslimin menginfaqkan harta mereka untuk membantu perjuangan umat Islam (Fi Sabilillah), maka Abu Bakar serta merta menyerahkan seluruh harta benda / kekayaan yang dimilikinya kepada Muhammad Rasulullah SAW. Dan ketika Rasusullah SAW bertanya kepadanya:

“Wahai Abubakar, kau serahkan seluruh harta benda / kekayaan yang engkau miliki untuk fi sabilillah, lalu apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu.”

Abu Bakar hanya menjawab singkat tapi benar-benar menunjukkan keteguhan aqidah dan tauhid yang ada di dalam dadanya: “Allah dan Rasul-NYA.”

Menurut Syaikh Abdullah Al-Ghazali, ucapan Abu Bakar itu dapatlah ditafsirkan dengan pemahaman: “Harta benda dan kekayaanku tidak akan memberikan jaminan kebahagiaan bagi ahli keluargaku, baik di dunia dan akhirat. Akan tetapi Allah jualah yang memberikan jaminan yang pasti, selama mereka ta’at dan mencintai Rasul-Nya (Muhammad SAW).” Dan ini sangat sejalan dengan apa yang menjadi bagian do’a Ibrahim a.s sebagaimana yang suratkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an:

“(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh; dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian; dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan; dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat; dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan; (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna; kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”   (QS. Asy-Syu’araa: 83-89 )

Dalam hal ini bisa jadi juga Abu Bakar sadar dan paham betul, bahwa salah satu faktor yang bisa menghambat keta’atannya kepada Allah SWT adalah harta, sebagaimana yang diperingatkan-Nya:

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
                                                                                                                                                    (QS. Al-Munafiquun: 9)

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu L\lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.Al-Hadiid: 20)

Sekarang ukurlah dirimu; ukurlah diri kita dengan momentum yang satu ini; Bagaimanakah sikap kita terhadap harta benda dan kekayaan yang kita miliki ; dan yang tak pernah berhenti kita kejar sampai-sampai lupa ibadah dan kematian yang akan menjemput?

Memang benar, Abu Bakar pernah nyaris lemah dan kehilangan semangat dan nilai aqidahnya menjadi kendur tatkala bersembunyi dengan Rasulullah SAW di gua Tsur, sa’at mereka dikejar oleh kaum kafir Quraisy pada waktu hendak hijrah dari Makkah ke Madinah. Tapi hal itu adalah sesuatu yang wajar, apalagi saat itu Abu Bakar bersama dengan Rasulullah SAW. Sehingga ketakutannya bukanlah lantaran dirinya sendiri, tapi melainkan karena Abu Bakar begitu mencintai Muhammad SAW dan tak mau kehilangan “kekasih; sahabat” yang sangat-sangat dia cintai. Dan juga sebagai salah satu cara bagi Allah untuk menambah wawasan keimanan dan tauhidnya Abu Bakar melalui wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Abu Bakar sendiri dikisahkan, bahwa ketika beberapa orang Quraisy mendekat ke mulut goa Tsur, Abu Bakar berbisik kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, kalaulah mereka menoleh ke tanah yang mereka injak, tentulah mereka melihat kita.”  Rasulullah SAW lalu bersabda: “Hai Abu Bakar, apakah engkau meragukan, bahwa disamping kita berdua ada Allah sebagai fihak yang ketiga?.”
 
Episode yang indah dan mendebarkan ini dipatrikan Allah dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya:

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah; 40)

Masih banyak catatan lain yang berkaitan dengan mantapnya nilai aqidah/tauhid yang dimiliki oleh Abu Bakar dan sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang lain, yang patut diunggah ke laman catatan ini. Tapi waktu dan ruang yang kita miliki sangat terbatas. Oleh sebab itu, yang sebanyak ini;  yang barangkali sudah membuat anda bosan kiranya sudah dapat dipetik hikmah dan pelajarannya. Mudah-mudahan Allah tambahkan hidayah dan inayah-NYA bagi kita semua, sehingga pada akhirnya kita benar-benar memiliki nilai-nilai tauhid/aqidah yang bebas dari kemusyrikan; dan senantiasa mendapatkan ampunan-Nya.   Wallahua’lam

Bagansiapiapi, 29 Rajab 1432 H / 01 Juli  2011
KH BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.